Sabtu, 15 Februari 2014

Menghentikan Perilaku Salah Mahasiwa

MENURUT Wikipedia Indonesia, arti dari mahasiswa atau mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Mahasiswa adalah suatu kata yang tersusun dari kata "maha" dan "siswa". Kata maha di sini diartikan sesuatu yang lebih tinggi tingkatannya atau tidak merasa cukup, se
dangkan siswa sendiri adalah pelajar atau seorang yang menunutut ilmu.

Era reformasi dalam sejarah bangsa Indonesia tak bisa lepas begitu saja dari mahasiswa. Serentak di seluruh Indonesia, mahasiswa membuat gerakan. Orde baru tumbang. Rezim itu diganti dengan orde reformasi. Mahasiswa kemudian disebut sebagai salah satu agen perubahan. Mahasiswa ikut melakukan kontrol dan pengawasan terhadap berbagai aspek pembangunan. Bila ada yang janggal, mahasiswa selalu di depan membuka ruang dialog hingga menggelar aksi demo.

Itu idealnya. Ada mahasiswa yang seperti itu, namun ada juga yang kebablasan. Tawuran antar-mahasiswa. Perselingkuhan, aborsi dan perbuatan amoral lainnya. Dan, hal itu sudah terjadi di Propinsi NTT. Terakhir yang terjadi adalah keterlibatan dua oknum mahasiswa pada perguruan tinggi di Kupang terlibat penyelundupan sepeda motor ke Negara Timor Leste.

Entah apa penyebabnya, kedua oknum mahasiswa ini sudah lama terlibat dalam sebuah sindikat pencurian. Bahkan, keduanya disebut-sebut merupakan otak dari beberapa aksi pencurian. Hal ini sungguh ironis. Dari status mereka sebagai mahasiswa seharusnya hal ini tidak perlu terjadi. Faktor ekonomi, tidak mungkin. Keduanya disebut-sebut dari kalangan keluarga mampu. Gaya hidup, moral atau pengaruh lingkungan, mungkin itu penyebabnya.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi pengelola perguruan tinggi di Propinsi NTT. Pendidikan tinggi, kiranya tidak cukup untuk membentuk moral seseorang menjadi baik. Pendidikan karakter yang ditanamkan sejak menjadi mahasiswa baru juga ternyata tidak mempan. Mungkin ini disebabkan kebebasan berekspresi yang tidak terkontrol. Kebebasan yang dibiarkan sehingga terus dilakukan tanpa pengawasan.

Akhirnya kebablasan yang kemudian menjerumuskannya dalam dunia yang bertolak belakang dari status mahasiswa yang disandangnya. Apakah kita hanya menonton dan membiarkan ini terus terjadi. Hari ini pencurian motor, besok aborsi, berikutnya peselingkuhan. Pekan depannya lagi terlibat dalam peredaran dan pemakaian narkoba. Sudah saatnya ada aksi untuk menghentikan perilaku ini. Sama seperti ketika mereformasi pemerintahan di Indonesia, mahasiswa akan tetap menjadi sorotan. *

SYALOM