Oleh Sipri Seko
SEJAK satu minggu terakhir, ruas jalan negara yang menghubungkan Atambua dengan Kefamenanu terputus. Sebuah jembatan di wilayah di RT 2/RW 1, Lo'o Ho, Desa Rinbesi Hat, sekitar 26 kilometer dari Atambua, atau sekitar tiga kilometer dari pertigaan Halilulik, ambruk diterjang banjir. Akibatnya, banyak kendaraan roda empat ke atas tertahan.
Ada beberapa kendaraan yang mencoba menggunakan jalan alternatif. Namun karena harus memutar, jarak yang ditempuh dalam waktu 30 menit berubah menjadi dua jam. Akibat lainnya adalah, kendaraan angkutan penumpang mulai merugi. Kendaraan yang mengangkut penumpang dari Atambua dengan tujuan Kefamenanu, SoE atau Kupang terpaksa menurunkan penumpangnya. Para penumpang lebih memilih turun dan menggantikan kendaraan di seberang jembatan ketimbang harus memutar jauh yang memakan waktu lama.
Satu minggu dan belum diperbaiki? Ada yang untung, ada yang buntung. Warga setempat menggunakan kesempatan untuk mengais rezeki dengan memikul sepeda motor pengguna jalan. Ongkosnya Rp 30 ribu untuk satu kendaraan. Kalau dalam sehari ada sepuluh sepeda motor yang dipikul, maka mereka menerima Rp 300 ribu. Rezeki, bagi warga sekitarnya, sehingga mereka tentu berharap proses perbaikan jembatan butuh waktu lama.
Sejak putusnya jembatan Lo'o Ho tanggal 15 Februari 2009 lalu, kendaraan dari Atambua menuju Kefamenanu masuk lewat jalur Halilulik menuju Desa Labur. Dari Desa Labur, kendaraan diarahkan menuju jalur alternatif tepatnya di Maukumu, terus ke Dusun Loonitas, Desa Leotolu, kemudian ke arah Desa Rinbesi Hat.
Asal tahu saja, jalan alternatif ini tidak semuanya adalah jalan yang dibuat khusus untuk kendaraan. Hanya sebagian kecil saja yang beraspal, sisanya adalah jalan tanah. Beberapa bagian yang dilalui merupakan lahan kosong milik warga. Akibatnya, kondisinya sekarang mulai memrihatinkan. Tanah labil dan basah membuat beberapa kendaraan terjebak dalam kubangan lumpur. Ratusan truk pengangkut sembako, bahan bangunan dan barang kebutuhan lainnya sudah tertahan lebih dari tiga hari. Terjebak dalam lumpur, butuh kendaraan lain untuk menarik mereka.
Kondisi ini tentu sangat menyesakkan. Waktu untuk melaksanakan sebuah pekerjaan terhambat, bahkan mungkin batal dilaksanakan. Ruas jalan ini adalah jalan negara, siapa yang bertanggung jawab dan sampai kapan keadaan ini terus berlanjut? Dibiarkan, atau harus segera ada tindakan alternatif.
Pekerjaan rumah Dinas Kimpraswil Propinsi NTT dan Kabupaten Belu agaknya cukup banyak mengingat jalan putus juga terjadi di Teun, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu. Artinya setelah diadakan penelitian harus segera melakukan aksi dan jangan lagi berdalih masih terhambat akibat tidak ada alokasi dana. Seharusnya sudah ada peringatan dini kalau jembatan akan ambruk.
Kondisi tanah di NTT yang labil memang memudahkan terjadinya longsoran atau bencana alam yang tidak terduga. Apalagi curah hujan di tahun ini cukup tinggi, ditambah kondisi cuaca atau badai yang bisa saja datang dengan tiba-tiba. Artinya dengan mengacu pada prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa curah hujan di NTT masih akan tinggi, bukan tidak mungkin masih akan terjadi ambruknya jembatan atau longsoran yang lain.
Bagaimana mengatasi ini? Koordinasi lintas sektor harus dibangun. Satuan kerja (Satker) penanggulangan bencana yang sudah terbentuk harus diaktifkan. Mereka sudah harus memberikan peringatan dini tentang kemungkinan akan terjadinya bencana. Dengan demikian, ketika bencana itu benar-benar datang, alternatif penyelesaian sudah disiapkan.
Keengganan warga untuk membuka jalan alternatif di dekat jembatan yang terputus di Belu harus segera diselesaikan. Pemerintah Propinsi NTT dan Pemkab Belu harus segera turun tangan. Berikan pengertian kepada mereka bahwa semuanya untuk kepentingan banyak orang. Ini harus dilakukan karena untuk membangun sebuah jembatan butuh waktu yang lama, apalagi dilakukan di musim hujan seperti ini.
Mungkin saja akibat dari terputusnya jalan utama ini baru dirasakan oleh pengguna jalan. Tapi kondisi ini kalau dibiarkan, maka masyarakat akan ikut merasakannya. Pasokan sembako, bahan bakar minyak (BBM), bahan bangunan dan aktivitas ekonomi lainnya akan menjadi terhambat. Pekerjaan rumah ini akan berat. Tapi di sinilah ujian sesungguhnya yang diberikan untuk sesegera mungkin mengatasinya. **
Rabu, 25 Februari 2009
4 Hal yang Membahayakan Pernikahan
DON'T sweat the small stuff. Ada pepatah yang mengatakan untuk jangan terlalu memikirkan hal-hal kecil. Mungkin benar dalam beberapa hal, namun hal-hal kecil yang kita lakukan sehari-hari bisa jadi pemicu retaknya rumah tangga Anda. Sedikit instropeksi diri sekali-sekali pun diperlukan untuk me-refresh hubungan Anda dengan pasangan. Yuk, kita lihat apa yang bisa kita perbaiki dari diri kita.
· Keran bocor. Sesekali berkeluh kesah kepada sahabat atau orang terdekat memang perlu. Namun, usahakan menahan diri untuk tidak terlalu banyak menceritakan keburukan pasangan kepada pihak lain. Bayangkan jika Anda sedang duduk bersama mertua, lalu tiba-tiba muncul pertanyaan-pertanyaan antara Anda dan pasangan yang isinya problem pribadi. Wah, rasanya tak keruan kan? Nah, supaya hubungan Anda dan suami bebas gunjingan, Anda bisa mengajak pasangan untuk berdiskusi dan berjanji tak lagi menceritakan hal-hal pribadi kepada pihak lain. Pastikan Anda mengajaknya bicara dalam keadaan tenang dan santai supaya tak menimbulkan rasa sakit hati. Di lain pihak, Anda harus bisa menahan diri untuk tidak menceritakan hal-hal yang bisa menjelekkan suami di hadapan orang lain. Sebaliknya, usahakan untuk berkata yang baik-baik tentang pasangan kepada orang lain.
· Sindrom "malangnya diriku". Memendam perasaan sama buruknya dengan menjelekkan pasangan kepada orang lain. Jika ada hal-hal yang membuat Anda tak merasa senang dengan sikap pasangan, sebaiknya utarakan dengan sikap tenang dan menghormati. Coba sisihkan waktu dengan pasangan untuk bermanja-manja dan saling mengutarakan isi hati. Namun, usahakan untuk memberikan solusi atas permasalahannya. Begitu juga, jika suami "akhirnya" mau meletakkan baju kotor di keranjang baju kotor setelah berbulan-bulan Anda memintanya, jangan lupa untuk memujinya. Cara ini tak hanya membuat suasana lebih menyenangkan, tapi juga efektif.
· Bertengkar karena hal-hal sepele. Biasanya hal ini terjadi karena masalah barang-barang milik pasangan yang berserakan atau menumpuk tak keruan. Pertengkaran karena barang-barang pasangan bisa menjadi semacam penanda ada hal-hal yang tak Anda sukai dari pasangan. Menurut Michele Weiner-Davis, psikoterapis dan penulis buku The Sex-Starved Marriage, akan ada hal-hal yang Anda cintai dan tidak sukai dari pasangan. Itu adalah bagian dari sebuah pernikahan. Ketika Anda mengambil sumpah untuk menikah dengan seseorang, maka semua bagian dari dirinya, baik yang Anda sukai maupun tidak, sudah menjadi bagian dari paketnya. Yang bisa Anda lakukan adalah mencari solusinya, misalnya adakan garage sale untuk menjual barang-barang yang sudah tak dipakai. Jangan hanya pasangan saja yang harus berkorban; jual saja barang-barang Anda yang tak disukai pasangan dan memang sudah tak berguna untuk Anda. Anda dan pasangan jadi bisa menabung untuk membeli sesuatu yang sudah kalian inginkan, TV flatscreen, misalnya.
· Terlalu jauh. Anda berdua sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan, anak-anak, dan kepentingan sendiri-sendiri, tanpa sadar waktu untuk berbicara pun tak ada. Bahkan saat di tempat tidur. Ketika pasangan mulai mengurangi waktu berkualitas, ini bisa membuat hubungan terasa santai. Namun bisa juga sebaliknya, pasangan berasumsi bahwa Anda tak membutuhkannya lagi. Manusia merespons ketidakterikatan dengan menarik diri masing-masing. Segalanya bisa menjadi lebih parah. Namun, manusia juga merespons dari kebaikan orang lain. Maka, yang bisa Anda lakukan adalah mengambil inisiatif untuk meluangkan waktu. Sisihkan (bukan menyisakan) waktu yang biasanya Anda gunakan hanya untuk menonton TV dengan kegiatan lain yang Anda sukai bersama pasangan. Misalnya, bangun lebih pagi di hari libur untuk jalan pagi bersama. Jika sudah terlalu besar jarak antara Anda dan pasangan, berusahalah lebih keras untuk bisa lebih dekat. Para peneliti setuju agar pasangan seperti ini membuat jadwal rutin untuk berhubungan intim dan untuk bicara. Intimasi dari berhubungan badan memang bisa membuat hubungan pasangan lebih erat. **
Kampanye Jagung dan Koperasi
Kawal dan Evaluasi
Oleh Sipri Seko
KEPALA Biro Lembaga Kantor Berita Nasional Antara Kupang, Lorensius Molan, tampak gelisah ketika perahu motor 'Tri Sakti' yang ditumpanginya diombang-ambing gelombang di perairan Tanjung Gemuk, Larantuka-Flores Timur, Jumat (6/2/2009). Molan bukan gelisah hanya karena di perahu motor tersebut ada Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, Wakil Bupati (Wabup) Flores Timur, Yoseph Lagadoni Herin, S.Sos, beberapa kepala dinas dan pejabat lingkup Pemprop NTT ikut menumpang, melainkan karena gelombang setinggi enam meter lebih, air sudah masuk dalam perahu motor.
Dia heran karena Gubernur Lebu Raya, Wabup Lagadoni Herin dan juru mudi terlihat sangat tenang menghadapi kondisi cuaca yang sangat tidak bersahabat. Angin dan badai ternyata tidak hanya ada di lautan. Sepanjang perjalanan dari Larantuka menuju Maumere, ibukota Kabupaten Sikka, pohon-pohon bertumbangan di sejumlah titik akibat hujan dan angin kencang menghambat perjalanan.
Yang membuat dia salut terhadap Gubernur Lebu Raya dan Yoseph L Herin adalah tetap tenang. Lebu Raya malah tertawa ketika ditelepon seorang rekannya yang membaca running text di televisi bahwa mereka baru saja selamat dari amukan gelombang.
Bagi Lebu Raya, semua yang dihadapinya adalah ujian dalam menjalankan tugas. Sambutan, apresiasi dan respons positif dari masyarakat adalah obat mujarab untuk menghilangkan kelelahan. "Keadaan seperti ini harus dinikmati dan jangan dijadikan beban. Saya lihat ada anggota rombongan yang lelah malah ada yang mabuk perjalanan. Kamu yang masih muda- muda ini harus tetap semangat," ujar Lebu Raya kepada wartawan di ruang VIP Bandara El Tari Kupang, Sabtu (7/2/2009).
***
Mengampanyekan NTT untuk menjadi Propinsi Jagung dan Propinsi Koperasi memang tidak mudah. Masyarakat di Kabupaten Lembata, Flores Timur dan Sikka yang dikunjunginya memang antusias dan sangat respons menerima program tersebut. Betulkah demikian? Apakah mereka sudah mengerti arti Propinsi Jagung atau Propinsi NTT? Ataukah mereka mengangguk-angguk untuk setuju karena yang berbicara adalah seorang gubernur?
"NTT sebagai Propinsi Jagung dan Propinsi Koperasi memang tidak mudah. Tapi kita memang butuh tantangan kalau ingin maju. Maju atau mundur, berhasil atau tidak tergantung dari kita. Kita harus bisa memilih, apa saya akan tetap hidup seperti ini ataukah harus lebih maju."
Kata-kata ini terus diungkapkan Frans Lebu Raya saat bertatap muka dengan masyarakat di berbagai kesempatan. Sepanjang perjalan dari Lewoleba, Adonara, Larantuka hingga Maumere ada lebih dari sepuluh koperasi dan kebun jagung yang disinggahinya.
"Saya memang ingin langsung melihat kebun jagung dan koperasi masyarakat. Ini agar sejalan dengan program Anggur Merah atau anggaran menuju rakyat sejahtera yang kami canangkan. Ada yang bilang masyarakat tidak mengerti apa itu Anggur Merah. Bagi saya itu tidak penting. Masyarakat tidak perlu tahu apa itu Anggur Merah, tapi yang terpenting adalah semua aparatur pemerintah harus tahu apa itu Anggur Merah. Aparatur harus menyusun program dan anggaran yang memihak rakyat. Artinya, rakyat hanya menikmati Anggur Merah yang sudah diprogramkan dengan baik. Untuk itu, dalam setiap kunjungan saya selalu membawa kepala-kepala dinas dari propinsi agar mereka langsung melihat, mendengar dan mencatat apa yang diinginkan masyarakat," kata Lebu Raya.
Sukses atau tidaknya program NTT Propinsi Jagung dan Koperasi harus menjadi tanggungjawab bersama. Ketika Lebu Raya dan wakilnya, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, getol mengampanyekan program ini, dukungan positif harus terus diberikan. Harus total dan jangan setengah hati.
Ketika mengunjungi petani saat musim tanam seperti ini, kita pasti terkagum-kagum dengan tumbuh suburnya jagung mereka. Tapi bagaimana kalau mereka dikunjungi pada bulan Juni hingga November? Untuk itu, Ajak mereka untuk terus dan tak pernah berhenti menanam. Beritahu dan terus memotivasi petani bahwa saat ini jagung bukan lagi sekadar ditanam untuk makan dan sisanya disimpan di lumbung, tapi sudah menjadi bahan baku industri. Siapkan pasar dan harga yang layak sehingga mereka jangan lagi bertanya, "Hege hope?" (siapa yang beli kalau kami tanam banyak?).
Bagaimana dengan koperasi? Terbukti bahwa tanpa pemerintah, kopdit bentukan masyarakat ternyata berkembang sangat pesat. Artinya, koperasi sebenarnya sangat cocok untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat karena langsung menyentuh kebutuhan mereka. Untuk itu, program yang dicanangkan ini harus terus dikampanyekan agar minimal 30 persen masyarakat NTT menjadi anggota koperasi agar impian menjadi Propinsi Koperasi tercapai.
Kampanye jagung, kampanye koperasi harus terus dilakukan. Tapi tidak hanya sampai disitu. Pemantauan, pendampingan, motivasi dan evaluasi harus terus dilakukan. Kegagalan dan keberhasilan petani atau koperasi harus segera diketahui untuk dievaluasi. Artinya, bagaimanapun bagusnya program Anggur Merah yang salah satu implementasinya adalah Propinsi Jagung dan Koperasi tidak akan berhasil kalau hanya digembor- gemborkan saat kampanye. Tantangannya adalah, mampukah kita mengawalnya hingga sukses? (habis)
Oleh Sipri Seko
KEPALA Biro Lembaga Kantor Berita Nasional Antara Kupang, Lorensius Molan, tampak gelisah ketika perahu motor 'Tri Sakti' yang ditumpanginya diombang-ambing gelombang di perairan Tanjung Gemuk, Larantuka-Flores Timur, Jumat (6/2/2009). Molan bukan gelisah hanya karena di perahu motor tersebut ada Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, Wakil Bupati (Wabup) Flores Timur, Yoseph Lagadoni Herin, S.Sos, beberapa kepala dinas dan pejabat lingkup Pemprop NTT ikut menumpang, melainkan karena gelombang setinggi enam meter lebih, air sudah masuk dalam perahu motor.
Dia heran karena Gubernur Lebu Raya, Wabup Lagadoni Herin dan juru mudi terlihat sangat tenang menghadapi kondisi cuaca yang sangat tidak bersahabat. Angin dan badai ternyata tidak hanya ada di lautan. Sepanjang perjalanan dari Larantuka menuju Maumere, ibukota Kabupaten Sikka, pohon-pohon bertumbangan di sejumlah titik akibat hujan dan angin kencang menghambat perjalanan.
Yang membuat dia salut terhadap Gubernur Lebu Raya dan Yoseph L Herin adalah tetap tenang. Lebu Raya malah tertawa ketika ditelepon seorang rekannya yang membaca running text di televisi bahwa mereka baru saja selamat dari amukan gelombang.
Bagi Lebu Raya, semua yang dihadapinya adalah ujian dalam menjalankan tugas. Sambutan, apresiasi dan respons positif dari masyarakat adalah obat mujarab untuk menghilangkan kelelahan. "Keadaan seperti ini harus dinikmati dan jangan dijadikan beban. Saya lihat ada anggota rombongan yang lelah malah ada yang mabuk perjalanan. Kamu yang masih muda- muda ini harus tetap semangat," ujar Lebu Raya kepada wartawan di ruang VIP Bandara El Tari Kupang, Sabtu (7/2/2009).
***
Mengampanyekan NTT untuk menjadi Propinsi Jagung dan Propinsi Koperasi memang tidak mudah. Masyarakat di Kabupaten Lembata, Flores Timur dan Sikka yang dikunjunginya memang antusias dan sangat respons menerima program tersebut. Betulkah demikian? Apakah mereka sudah mengerti arti Propinsi Jagung atau Propinsi NTT? Ataukah mereka mengangguk-angguk untuk setuju karena yang berbicara adalah seorang gubernur?
"NTT sebagai Propinsi Jagung dan Propinsi Koperasi memang tidak mudah. Tapi kita memang butuh tantangan kalau ingin maju. Maju atau mundur, berhasil atau tidak tergantung dari kita. Kita harus bisa memilih, apa saya akan tetap hidup seperti ini ataukah harus lebih maju."
Kata-kata ini terus diungkapkan Frans Lebu Raya saat bertatap muka dengan masyarakat di berbagai kesempatan. Sepanjang perjalan dari Lewoleba, Adonara, Larantuka hingga Maumere ada lebih dari sepuluh koperasi dan kebun jagung yang disinggahinya.
"Saya memang ingin langsung melihat kebun jagung dan koperasi masyarakat. Ini agar sejalan dengan program Anggur Merah atau anggaran menuju rakyat sejahtera yang kami canangkan. Ada yang bilang masyarakat tidak mengerti apa itu Anggur Merah. Bagi saya itu tidak penting. Masyarakat tidak perlu tahu apa itu Anggur Merah, tapi yang terpenting adalah semua aparatur pemerintah harus tahu apa itu Anggur Merah. Aparatur harus menyusun program dan anggaran yang memihak rakyat. Artinya, rakyat hanya menikmati Anggur Merah yang sudah diprogramkan dengan baik. Untuk itu, dalam setiap kunjungan saya selalu membawa kepala-kepala dinas dari propinsi agar mereka langsung melihat, mendengar dan mencatat apa yang diinginkan masyarakat," kata Lebu Raya.
Sukses atau tidaknya program NTT Propinsi Jagung dan Koperasi harus menjadi tanggungjawab bersama. Ketika Lebu Raya dan wakilnya, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, getol mengampanyekan program ini, dukungan positif harus terus diberikan. Harus total dan jangan setengah hati.
Ketika mengunjungi petani saat musim tanam seperti ini, kita pasti terkagum-kagum dengan tumbuh suburnya jagung mereka. Tapi bagaimana kalau mereka dikunjungi pada bulan Juni hingga November? Untuk itu, Ajak mereka untuk terus dan tak pernah berhenti menanam. Beritahu dan terus memotivasi petani bahwa saat ini jagung bukan lagi sekadar ditanam untuk makan dan sisanya disimpan di lumbung, tapi sudah menjadi bahan baku industri. Siapkan pasar dan harga yang layak sehingga mereka jangan lagi bertanya, "Hege hope?" (siapa yang beli kalau kami tanam banyak?).
Bagaimana dengan koperasi? Terbukti bahwa tanpa pemerintah, kopdit bentukan masyarakat ternyata berkembang sangat pesat. Artinya, koperasi sebenarnya sangat cocok untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat karena langsung menyentuh kebutuhan mereka. Untuk itu, program yang dicanangkan ini harus terus dikampanyekan agar minimal 30 persen masyarakat NTT menjadi anggota koperasi agar impian menjadi Propinsi Koperasi tercapai.
Kampanye jagung, kampanye koperasi harus terus dilakukan. Tapi tidak hanya sampai disitu. Pemantauan, pendampingan, motivasi dan evaluasi harus terus dilakukan. Kegagalan dan keberhasilan petani atau koperasi harus segera diketahui untuk dievaluasi. Artinya, bagaimanapun bagusnya program Anggur Merah yang salah satu implementasinya adalah Propinsi Jagung dan Koperasi tidak akan berhasil kalau hanya digembor- gemborkan saat kampanye. Tantangannya adalah, mampukah kita mengawalnya hingga sukses? (habis)
Langganan:
Postingan (Atom)