Kamis, 21 Februari 2008

Balap motor akan timba ilmu

PEKAN Olahraga Nasional (PON) XVI 2004 di Palembang, Sumatera Selatan, 2-14 September ini, untuk pertama kalinya Ikatan Motor Indonesia (IMI) mempertandingkan Cabang Road Race. Radial Abubakar adalah atlet NTT NTT pertama dan satu-satunya yang lolos ke PON XVI. Dalam kualifikasi pada tiga kali kejuaraan nasiona (kejurnas), Radial mengumpulkan poin yang memenuhi syarat ke PON XVI 2004. Di Palembang, Radial akan bermain di kelas bebek 4T tune up pemula.Lolosnya Radial Abubakar ke PON XVI 2004 adalah suatu prestasi yang cukup menggembirakan. Paling tidak, dengan lolosnya satu racer ke Palembang sudah menjawab keraguan, bahwa olahraga ini hanya milik pembalap-pembalap Jawa dan Bali. Ditanya mengenai persiapannya menuju PON XVI, Radial mengaku sebagai satu-satunya racer yang mewakili NTT tentu beban yang dipikulnya menjadi berat. Racer kelahiran Kupang 11 September 1984 itu mengaku meski minim dalam ujitanding dengan racer yang lebih tangguh, tidak akan membuatnya urunglangkah menghadapi sainga-saingannya. "Saya pikir peluang untuk bisa merebut medali selalu ada. Namun yang menjadi kendala adalah motor yang digunakan. Kalau di daerah lain motornya dirakit di luar negeri, sementara dari NTT dirakit di Kupang. Ini jelas akan sangat berpengaruh di arena, "ujar Vian. Beberapa kejuaraan tingkat nasional yang pernah diikutinya dan selalu menempatkannya di peringkat lima besar, akan digunakannya sebagai bantuan motivasi. "Saya hanya butuh dukungan dan doa dari seluruh masyarakat NTT. Keberhasilan bisa dicapai kalau persatuan dan dukungan selalu ada, "ujarnya.Beber apa prestasi Radial tingkat nasional yakni, rangking lima nasional kelas bebek tune uop 2 tak underbone, rangking tiga nasional bebek 4 tak tune up dan lolos PON XVI di peringkat ketiga kelas bebek 4 tak tune up. Menuju Palembang 2004, Radial kini telah siap. Di bawah bimbingan, Sindy Sine yang bertindak sebagai pelatih, mekanik sekaligus manejer, Radial akan membawa nama NTT bersaing dengan Herdiansyah, Agung Kenceng dan juga Agung PA. Beberapa uji coba di beberapa kejuaraan nasional telah diikuti Radial sebagai persiapan menuju Palembang.Terakhir Radial mengikuti Seri VI Kejurnas Road Race Region III Wilayah NTT, Bali, NTB di Denpasar beberapa waktu lalu. Hasilnya tidak maksimal. Radial memang gagal menunjukan penampilan terbaiknya. Radial terpuruk dibelakang pembalap muda NTT, Rey Ratu Kore dan Jack Zakarias yang tampil luar biasa.Tetapi itu belum bisa dijadikan ukuran. Radial Abubakar memang tampil tidak menjanjikan di Bali. Tetapi, itu belum tentu terjadi di Sirkuit Sky Line/Balap Motor, Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan 6-12 September mendatang. Motivasi dan iklim perlombaannya tentu beda. "Radial masih muda. Dia masih butuh banyak pengalaman dan jam terbang untuk mengasah kemampuannya. Kami tidak menargetkan apaapa di Palembang, tetapi akan berusaha untuk berbuat yang terbaik," ujar Sindy Sine. Tidak mengapa. Lolosnya Radial sudah merupakan pembuktian kepada publik Indonesia bahwa olahraga NTT sedang menggeliat bangkit. Nama Radial telah tercatat sebagai racer, saat Road Race pertama kali di gelar. Apapun hasilnya, di Palembang nanti Radial akan banyak menimba ilmu. Pengalaman di Palembang akan jadi modal untuk menggairahkan olahraga bermotor di NTT. (sipri seko)

Dilaporkan, hasil kejurnas kempo

Ketua Harian KONI Kabupaten Kupang, Alexander Humau, S.H, Sabtu (29/12/2007), melapor kepada Bupati Kupang, Drs. Ibrahim Agustinus Medah mengenai hasil kejuaraan nasional (kejurnas) kempo antar kabupaten/kota di Palembang, Sumatera Selatan. Dalam kejurnas itu, Kabupaten Kupang meraih juara umum I dengan mendapatkan piala bergilir.Di hadapan Bupati Medah, Humau menjelaskan, kejurnas kempo di Palembang berlangsung mulai 28 November sampai 2 Desember 2007, diikuti 46 kabupaten/kota se- Indonesia memperebutkan 35 medali emas, 22 medali perak dan 47 medali perunggu dengan jumlah atlet kurang lebih 600 orang."Peserta dari Kabupaten Kupang sebanyak 39 orang yang terdiri dari tujuh pelatih dan 32 atlet. Perolehan Kabupaten Kupang yakni 14 emas, satu perak dan 4 perunggu. Pencapaian prestasi kejurnas kali ini sangat spektakuler dan menyolok. Dengan demikianpertama dengan mendapat piala bergilir," kata Humau. Humau menjelaskan, perolehan medali tersebut berasal dari embu 11 emas, satu perak dan satu perunggu, randori tiga emas, dan tiga perunggu. Atlet yang telah berhasil memperoleh medali dari nomor randori dan embu yakni emas sebanyak 20 orang, perak dua orang, perunggu lima orang dan non medali tujuh orang.Pada kejurnas tahun 2005 lalu di Sidoarjo, Kabupaten Kupang keluar sebagai juara umum II dan pada kejurnas kempi VIU di Tangerang Banten tahun 2006, Kabupaten Kupang keluar sebagai juara umum pertama.Bupati Kupang, Drs. Ibrahim Agustinus Medah sebagai Ketua Umum Koni menyerahkan bonus berupa peraih medali emas sebesar Rp 1,5 juta, perak Rp 1,250 juta, perunggu Rp 1 juta, non medali Rp 500 ribu dan pelatih mendapatkan bonus Rp 1 juta.(humas/pemkab kupang)

Prioritaskan kesehatan dan fisik

UNTUK tahap pertama pelaksanaan Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) PON XVII 2008, KONI Propinsi NTT memusatkan perhatiannya pada masalah kesehatan dan fisik atlet. Untuk itu, setelah pada dua pekan lalu para atlet diperiksa kesehatannya, maka untuk dua minggu ini, fokus perhatian pada ujicoba ketahanan fisik. Hal tersebut terungkap dalam rapat evaluasi pelaksanaan Pelatda di Sekretariat KONI Propinsi NTT, Sabtu (19/1/2008).Rapat evaluasi tersebut dipimpin Ketua Tim Teknis Pelatda, Drs. Hosea Dally. Hadir juga Ketua Harian KONI Propinsi NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, anggota tim teknis dan pelatih cabang kempo, atletik, pencaksilat, sepaktakraw dan taekwondo. Sementara tim pelatih cabang tinju tidak hadir."Sesuai hasil rekomendasi dari tim dokter RSU Johannes Kupang, ada beberapa atlet yang perlu mendapatkan perhatian serius. Okelah kalau saat ini belum ada pengeluhan dari mereka, namun rekomendasi dari dokter harus terus diawasi. Artinya, kalau mereka merasa pusing atau sakit saat latihan, berikan dia kesempatan untuk istirahat sampai benar-benar pulih. Sementara untuk masalah fisik, tim teknis harus selalu berkonsultasi dengan tim pelatih, karena setiap cabang memiliki perbedaan. Latihan fisik untuk nomor seni tidak sama dengan perkelahiran bebas atau permainan," ujar Esthon.Hosea Dally mengatakan bahwa tim teknis menyerahkan sepenuhnya masalah kepelatihan kepada tim pelatih tiap cabang. Namun, kata Dally, mereka akan terus memantau pelaksanaannya sesuai jadwal dan program latihan yang sudah disusun tiap cabang. "Berdasarkan pengalaman, banyak atlet kita yang berprestasi meski dari sisi medis tidak layak. Tapi, itu jangan jadi patokan kita untuk tidak memperhatikan atlet kita yang direkomendasikan mengalami gangguan. Secara keseluruhan, tidak ada yang sangat prinsip terhadap masalah kesehatan para atlet," ujar Hosea Dally.Hosea Dally pada kesempatan tersebut mengatakan kekecewaannya terhadap tim pelatih tinju yang tidak hadir tanpa pemberitahuan. Kehadiran pelatih dalam rapat evaluasi, kata Dally, sangat penting untuk saling memberi masukan terhadap semua kejadian yang terjadi dalam latihan. "Kami akan memberikan surat resmi kepada tim pelatih tinju untuk lebih disiplin. Disiplin yang baik dari seorang pelatih akan berpengaruh pada atletnya. Kami akan tegas mengenai hal ini," kata Dally. (eko)

Catatan jelang Ruteng 2005 (3)

Biarkan pemain bebas memilih

ARDY Pukan duduk termangu di atas tribun Stadion Oepoi-Kupang melihat para seniman sepakbola dari senatero Flobamora bermain bola. Kakinya terasa gatal ingin bergabung memainkan si kulit bundar. Namun Ardy tak punya daya. Bukan karena kakinya yang tak kuat menopang tubuhnya untuk menendang bola tetapi karena aturan yang melarangnya tidak boleh bermain.Itu cerita lalu saat El Tari Memorial Cup di gelar di Kupang November 2000 lalu. Saat itu, siapa yang tidak kenal Ardy Pukan? Dia adalah striker nomor wahid yang paling ditakuti pemain belakang lawan. Delapan gol yang dilesakannya untuk Persim Manggarai saat El Tari Memorial Cup 1999 di Ende menjadikannya sebagai top skore menggeser Vevi Kumaninereng, Lody Mitan (Perse) dan Zulkifly Umar (PSKK) yang mencetak lima gol, cukup untuk memberi bukti. Di Kupang 2000, Ardy Kupang kembali membuat sensasi. Namun kali ini bukan sebagai top skore, tetapi dilarang untuk bermain oleh Pengda PSSI NTT karena diperebutkan oleh Persim Manggarai dan Perse Ende. "Ardy adalah pemain Persim Manggarai." Begitu pelatih Persim, Bona Jenadut waktu itu. Namun Heron Goa dari Perse Ende tetap memasukan Ardy Pukan dalam skuadnya. Tak ingin berpolemik, Ketua Pengda PSSI, Frans Skera mengambil tindakan tegas untuk tidak memainkan Ardy Pukan baik untuk Perse maupun Persim.El Tari Memorial Cup 2005 tinggal sepekan lagi akan digelar di Ruteng-Manggarai. Kalau di tahun 2000, hanya Ardy Pukan seorang yang dipermasalahkan kali ini beda. Polemik alih status pemain yang belakangan mengemuka terjadi antara Perserond Rote Ndao, PS Kota Kupang dan PS Kabupaten Kupang. Sekretaris PS Kabupaten Kupang, Helmit Markus mengecam manajemen Perserond yang 'mencuri' dua pemainnya, Adi Tuka dan Oscar Markus. Namun kecaman itu ditanggapi oleh Ketua Perserond, Ory Boeky bahwa Adi Tuka dan Oscar Markus sudah resmi menjadi pemainnya. Menjelang Ruteng 2005 digelar masalah alih status memang mencuri perhatian pecinta bola di NTT. Percaya atau tidak, bukan hanya Adi Tuka dan Oscar Markus yang akan menjadi masalah tetapi di perserikatan lainnya juga akan muncul. Tidak adanya kompetisi di hampir semua perserikatan di NTT membuat para pemain tidak merasa diikat. Mereka dengan semaunya setiap tahun berpindah dari satu perserikatan ke perserikatan lain. Apa itu salah? kalau salah, lalu siapa yang mau disalahkan? Apakah pengcab atau Pengda PSSI yang harus bertanggungjawab. Kalau benar, apa memang harus demikian?Pengda PSSI NTT memang jauh-jauh hari sudah meminta pengcab-pengcab agar alih status pemain diatur dengan baik. Mereka tentu tidak ingin nantinya pemain-pemain potensial yang ada hanya bisa menonton dari tepi lapangan hanya karena administrasi perpindahannya tidak lengkap. Iming-iming bonus dan pekerjaan dari perserikatan lain memang membuat para pemain sering lupa profesionalisme.Domisili atau tempat bekerja kiranya belum tepat untuk dijadikan alasan dalam merekrut pemain. Pengda PSSI NTT memang sudah memberikan sinyal positif agar perserikatan boleh merekrut pemain dari luar perserikatannya dalam wilayah NTT. Namun pertanyaan lanjutannya adalah bagaimana dengan perserikatan yang mendatangkan pemain dari luar NTT? Persoalannya akan semakin rumit kalau hanya karena marga, warna kulit dan logat kita langsung mengklaim bahwa perserikaan lain memakai 'pemain haram.' Satu solusi sederhana yang harus dipikirkan untuk menyelesaikan persoalan ini adalah biarkan para pemain bebas memilih perserikatan. Kalau memang sekarang mereka ingin pindah ke perserikatan lain, mungkin di sana jaminan untuk masa depannya lebih bagus. Bukannya kita juga belum memiliki sesuatu yang bisa mengikat mereka untuk tidak pindah? Tetapi bagaimanapun juga jawabannya ada pada para pengurus sepakbola. (sipri seko/habis)

Catatan jelang Ruteng 2005 (2)

Ingat niat suci EL Tari

TIDAK sampai satu pekan lagi turnamen sepakbola El Tari Memorial Cup akan kembali digelar. Satu persatu kesebelasan peserta baik dari daratan Timor, Flores, Sumba maupun Alor mulai menginjakan kakinya di kota dingin Ruteng-Manggarai.Tanpa pamrih Kraeng dan Enu menyambut hangat kedatangan Umbu, To'o, Ka'e, Eja dan Kuinyadu yang berkunjung di kampung halamannya. Dinginnya udara terasa hangat dirayu aroma harumnya kopi yang menggelitik hidung dan lezatnya kompiang yang membuat perut keroncongan. Tidak ada rasa saling curiga apalagi dendam. Yang ada hanya semangat persaudaraan, sesama anak Flobamora.Harus diakui kalau sepakbola belum berbuat banyak bagi perkembangan prestasi olahraga di NTT. Namun percaya atau tidak, lebih dari 80 persen rakyat di Bumi Flobamora ini adalah maniak bola. Hal itulah yang kemudian ditangkap oleh almarhum Gubernur NTT, EL Tari. Dia ingin menjadikan sepakbola sebagai media untuk meraih prestasi sekaligus merajut persatuan dan kesatuan. Di ajang ini, EL Tari sebenarnya tidak ingin melihat anak-anak NTT berpikir saya orang Sumba, orang Flores, orang Timor, Alor atau lainnya. Dia ingin yang ada dibenak anak-anak NTT hanya ada kata Flobamora. Pertanyaannya, apakah niat suci itu masih ada hingga penyelenggaraan ke-21 kalinya ini?Mantan pelatih PS Kota Kupang, Johni Lumba, yakin kalau saat ini sepakbola di NTT sudah ternoda. Bukan hanya pemain, pelatih, pengurus hingga penonton pun harus bertanggungjawab. "Kalau kita melihat ke belakang, kita seharusnya malu pada diri sendiri. Dengan sadar kita menghianati semangat sportifitas dan arti sesungguhnya olahraga itu. Perpindahan pemain, atur skor, wasit yang tidak berkualitas hingga pengurus yang tidak benar adalah buktinya," ujar Johni Lumba.Sekiranya Johni benar, lalu siapa yang harus diminta pertanggunganjawabannya? Sebentar lagi 'perang' akan dimulai. Caci ala Manggarai, Hedung ala Lamaholot, Kayaka anak-anak Sumba atau Likurai anak Timor akan ditarikan oleh seniman-seniman bola NTT selama 12 hari di Golodukal dan Motangrua. Bumi Congkasae akan bersorak menyaksikan luapan emosi anak-anak negeri. Berakhir bersih ataukah ternoda, masih misteri.Rasa sakit hati mungkin tidak hanya dirasakan oleh raksasa sepakbola NTT, PSN Ngada ketika secara menyakitkan terkesan kuat Persesba Sumba Barat mengalah dari Persami Maumere. Semua orang juga tidak percaya ketika Persami Maumere begitu mudahnya kalah 0-7 dari Persewa Waingapu untuk kemudian dengan enteng mengalahkan Perserond Rote Ndao 2-1 yang di atas kertas sulit dilakukan.Yang jelas kejadian-kejadian seperti ini jelas menunjukan bahwa kualitas tim bukan di atas segala-galanya. Kiranya benar apa yang dikhawatirkan Mathias Bisinglasi dan Johni Lumba bahwa segala cara yang tidak sportif akan dipakai untuk menjadi juara termasuk kualitas wasit yang masih di bawah standar.Perseteruan antarpemain, pemain dengan wasit, wasit dengan ofisial hingga pengawas pertandingan acapkali muncul. Isu SARA masih sering dipakai kelompok tertentu untuk memuluskan tujuan menjadi juara. Di sini Pengda PSSI NTT sebagai pemilik hajatan tidak boleh tinggal diam. Aturan-aturan yang disepakati harus ditegakan. Mumpung belum digelar dan sekadar untuk mengingatkan panitia dan Pengda PSSI NTT agar turnamen El Tari Memorial Cup 2005 ini diramu menjadi yang terbaik. Maniak bola di NTT tentu tidak ingin dengan alasan akan dibenahi tahun depan semua masalah diselesaikan sesuai aturan. Skorsing pemain, kesebelasan atau wasit yang melanggar aturan harus ditegakan. Ini tentu agar kita semua tidak mengkhianati niat suci almarhum EL Tari. Kita tentu tidak ingin para leluhur menangis melihat anak cucunya berseteru di saat persatuan, kebersamaa dalam kekeluargaan terasa mahal untuk diraih. (sipri seko/bersambung)

Catatan jelang Ruteng 2005 (1)

Jangan buat Kraeng dan Enu kecewa

DIBANDINGKAN dengan penyelenggaraan tahun 2004 lalu di Waikabubak-Sumba Barat, gaung El Tari Memorial Cup 2005 kali ini di Ruteng-Manggarai 10-22 Oktober terasa lebih menggema. Jatah tiga perserikatan yang akan mewakili NTT ke kualifikasi Divisi III Liga Indonesia kiranya cukup melecut semangat perserikatan untuk mempersiapkan skuadnya dengan baik.Beragam komentar, pendapat dan harapan mulai diungkapkan perserikatan peserta. Di saat yang sama, memori Waikabubak 2004 kembali terkuak. Ada yang menargetkan juara, namun ada yang masih malu-malu memasang target. Rasa sakit hati, kecewa, tidak puas ataupun puas, senang, sedih dan beragam perasaan lainnya masih sangat membekas dihati anak-anak bola Flobamora. Di Waikabubak 2005 persoalan yang melilit dunia sepakbola NTT memang sangat kompleks. Ada kesebelasan yang pulang dengan arak-arakan kemenangan, namun ada pula yang pulang dengan kepala terunduk dibalut wajah muram.Dilihat dari polemik yang belakangan mencuat ke permukaan, bukan tidak mungkin masalah yang sama akan kembali terjadi. Alih status dan perekrutan pemain adalah persoalan kruisal yang paling banyak diperdebatkan saat ini. Pada pertemuan teknis yang dipimpin, Hironimus Buyanaya dari Pengda PSSI NTT di Gedung Wanita Waikabubak persoalan pemain menjadi perdebatan yang serius. Ketiadaan database tentang pemain dari semua perserikatan di NTT membuat Pengda PSSI NTT tidak bisa berbuat banyak meski ada protes dari beberapa perserikatan. Lagi pula semua perserikatan di NTT tidak pernah mendaftarkan klub dan pemainnya kepada pengda untuk dipantau. Namun dia berjanji bahwa di El Tari Memorial Cup 2005 akan ada pengetatan terhadap perpindahan pemain. Tidak hanya itu, masalah kualitas wasit juga harus menjadi perhatian. Pelatih Perss SoE, Mathias Bisinglasi di Kupang, Selasa (4/10), mengatakan optimismenya kalau timnya bisa menembus hingga empat besar. Namun satu yang masih mengganjal hatinya adalah kualitas dan independensi wasit. "Kalau wasit yang memimpin pertandingan masih yang itu-itu, jangan harap sepakbola bisa maju. Saya harap Pengda PSSI NTT harus serius menangani masalah perwasitan," ujarnya. Kualitas wasit yang masih di bawah standar acapkali memicu perseteruan antarpemain, ofisial, penonton bahkan pemain dengan wasit. Terkadang sebagai ungkapan ketidakpuasan, ada tim yang memilih keluar dari lapangan. Salah satu contoh kasus saat Waikabubak 2004 misalnya ketika wasit Anis Kellen asal Maumere-Sikka yang sudah mengeluarkan kartu merah kepada pemain Persebata Lembata, Salem Mustafa, menariknya kembali karena tidak tahan dengan protes pelatih dan ofisial Persebata. Kasus pertandingan antara Persesba Waikabubak melawan Perse Ende ketika para pemain Perse membiarkan gawangnya kosong saat striker 'asing' Persesba, Rano Tri Sutrisno melakukan eksekusi penalti. Atau menghentikan pertandingan antara Persap Alor melawan Persamba Manggarai Barat ketika pertandingan baru berjalan enam menit. Tanpa melalui proses yang jelas, Alor dimenangkan. Kita tentu tidak mau kalau kemudian ada komentar bahwa perbuatan-perbuatan tersebut adalah pelecehan terhadap korps wasit. Kini menjelang Ruteng 2005, berbagai kasus di Waikabubak 2004 kembali menggangu benak maniak bola di NTT. Akankah semuanya terulang kembali? Megahnya Stadion Golodukal dan Motangrua akan menjadi saksi realiasi janji PSSI NTT untuk membuat perubahan. Ketua Pengda PSSI NTT, Drs. Frans Leburaya dalam rapat pengurus di ruang kerjanya, Rabu (5/10), secara tegas meminta pengurusnya untuk tegas menegakan aturan. Leburaya berharap polemik perebutan pemain atau mendatangkan pemain asing dibicarakan dengan arif.Kita tentu tidak ingin masalah status pemain yang sudah mencuat sejak tahun 2000 lalu hingga 2005 ini belum ada penyelesaianya. Menyelesaikan dengan hati dingin, oke-oke saja. Namun apakah harus terus membiarkan perserikatan caplok pemain sana sini atau wasit yang belum teruji kualitasnya terus terjadi? Bukankah sepakbola adalah olahraga milik rakyat? Selain untuk prestasi, sepakbola juga untuk merajut persatuan dan kesatuan. Rakyat Bumi Congkasae tentu ingin menikmati indah dan nikmatnya menonton si kulit bundar dimainkan. Untuk itu jangan kotori sucinya sepakbola, sehingga membuat Kraeng dan Enu di Manggarai dikecewakan. (sipri seko/bersambung)

Catatan untuk PSKK

Hanya Lerik yang bisa menjawab

Oleh Sipri Seko

SEJAK tahun 1976 turnamen sepakbola El Tari Cup yang kemudian berubah nama menjadi El Tari Memorial Cup pada tahun 1979, sudah 19 kali digelar. Piala El Tari Memorial hampir 11 tahun bermukim di Kota Kupang. Sejak tahun 1986 dominasi PSK sulit ditembus tim-tim dari Flores, Sumba maupun Alor. PS Kota Kupang (PSKK) yang sebelumnya masih satu dengan Kabupaten Kupang (PSK), mencatat gelar juara terbanyak yakni tujuh kali. Koleksi gelar PSKK makin sulit dikejar menyusul saingan utamanya PSN Ngada yang enam kali juara lolos ke Divisi II Liga Indonesia. Sementara itu Persami Maumere dua kali, Perseftim, Perse, Pers SoE dan Persewa Waingapu masing-masing satu kali juara. Artinya dari 16 pengcab PSSI di NTT baru enam daerah yang pernah mencapai puncak prestasi.Sejak menjuarai El Tari Memorial Cup 2002 lalu di Maumere-Sikka, prestasi sepakbola Kota Kupang sudah tidak lagi masuk hitungan. Rasa kecewa para pemainnya akibat gagal mengikuti Divisi III Liga Indonesia di Denpasar-Bali tahun 2003 lalu membuat mereka memilih hengkang ke perserikatan lain. Sebut saja, Primus Sivelmus, Victor Kapitan dan Ornes Loengi (Persewa), Jimi Hosana, Maksi Kami, Yus Ressie, Castello Branco (Perserond Rote Ndao), Kristoforus Umbu Yogar (Persesba) dan di perserikatan lainnya.Perekrutan pemain yang tidak jelas membuat para pemain enggan bergabung. Minimnya turnamen dan kinerja kepengurusan PSKK yang banyak mendapat sorotan membuat kiblat sepakbola Kota Kupang makin muram. Keputusan yang dianggap tidak populer dari Ketua PSKK, SK Lerik untuk absen dalam El Tari Memorial Cup 2005 ini membuat Kupang yang sebelumnya dijadikan barometer kemajuan sepakbola NTT seolah-olah sudah tidak memiliki harga diri lagi. Turnamen seperti Beringin Cup atau Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup yang bertujuan ingin kembali menggairahkan sepakbola Kota Kupang dianggap angin lalu. PSKK tetap pada keputusannya untuk tidak ke Ruteng 2005. Kiranya betul apa yang dikatakan maniak bola kalau sepakbola Kota Kupang sudah mati suri. Petrus Abanat yang datang khusus dari Alor, Yos Wangga dari Maumere atau Bastian Udjan dari Lembata boleh berdecak kagum melihat kualitas pemain-pemain Kota Kupang saat berlaga di invitasi Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup. "Saya ingin belajar dari Kota Kupang agar nantinya bisa diterapkan di Lembata," begitu komentar Bastian Udjan yang adalah Ketua Persebata Lembata.Namun apalah artinya kekaguman dan keinginan untuk belajar yang harus dibawa pulang oleh Bastian Udjan, Yos Wangga dan Petrus Abanat kalau PSKK saja tidak ikut ke El Tari Memorial Cup 2005? Anton Kia, Jack Lay ataupun Johni Lumba boleh setiap hari 'makan debu' di Stadion Merdeka dan Stadion Oepoi untuk melatih talenta-talenta berbakat yang dimilikinya. Namun kini mereka sudah tidak tahu, Hendra Takunama, Jimi Lebao, Dion Fernandez, Ibrahim Tupong, Marcel Bitol, David Pramono, Thomas Aquino dan lainnya diapakan.Percaya atau tidak, sepakbola masih merupakan olahraganya masyarakat. Taekwondo, tinju, atletik ataupun kempo boleh saja berprestasi hingga tingkat internasional, tapi harus diakui masih kalah tenar dengan sepakbola. Lihat dan bandingkan saja jumlah penonton sepakbola dengan cabang olahraga lainnya. Musa Paulus Langkameng saja yang harus menopang kedua kakinya dengan tongkat untuk berjalan tak pernah absen menyaksikan, Ardiles Kana, Digo Maradona, Almeida da Concecao, Edi Atolan, Dody Lisnahan dan lainnya di Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup.Mungkin sudah saatnya pengurus PSKK, pelatih, pemain dan maniak bola saling berbuka untuk mencari solusi. Para pengurus harus berani berkomentar bahwa bukan karena masalah dana PSKK absen di turnamen sepakbola paling bergengsi di bumi Flobamora ini. Kualitas pemain yang rendah, belum tentu. Ataukah PSKK yang 'sombong' untuk menggandeng swasta mengelolah sepakbola? Bagaimana pun juga keberadaan PSKK di El Tari Memorial Cup akan memberikan warna yang berbeda. Kraeng dan Enu di Ruteng tentu ingin melihat nyong-nyong Kupang bergoyang indah memainkan si kulit bundar. Komentar di media massa tidak bisa dijadikan senjata pemungkas untuk mencari titik terang. Cibiran, sinisme dan komentar miring dengan tentang sepakbola Kota Kupang hanya bisa dijawab oleh SK Lerik sebagai Ketua PSKK.

Prestasi PSN NgadaAwal kebangkitan sepakbola NTT?

Oleh Sipri Seko

SEJAK dimulai tahun 1976, hingga tahun 2004 sudah 19 kali turnamen sepakbola El Tari Memorial Cup digelar. Dari situ, PS Kota Kupang yang sbelumnya masih satu dengan Kabupaten Kupang, mencatat gelar juara terbanyak yakni tujuh kali. Urutan kedua adalah PSN Ngada dengan juara enam kali.Kiblat prestasi sepakbola dalam kurun waktu 1976-2003 harus diakui masih didominasi kekuatan dari daratan Timor dan Flores. Dari daratan Flores, PSN Ngada, Persami Maumere dan Perseftim Flores Timur adalah tim unggulan. Sementara dari daratan Timor PS Kota Kupang selalau jadi favorit. Baru sejak 2000 lalu Perss SoE juga menunjukan prestasi yang menanjak. Namun dalam sejarah sepakbola NTT, hanya Perseftim Flores Timur yang pernah mengharumkan nama NTT di tingkat nasional. Sebut saja, Cor Montero dkk yang pernah mewakili Komda (sekarang Pengda) NTT cukup disegani waktu itu. Tetapi itu dulu.

SEPANJANG sejarah turnamen El Tari Cup yang kemudian berubah menjadi El Tari Memorial Cup, pusat kekuatan sepakbola NTT hanya bergerak di dua pulau besar, Flores dan Timor. Kejayaan Pulau Timor terangkat melalui prestasi Persatuan Sepakbola Kupang (PSK) ketika Kota Kupang dan Kabupaten Kupang masih satu. Kekuatan terbaru dari daratan Timor tampil lewat juara tahun 2000, Pers SoE, Timor Tengah Selatan (TTS). Sedangkan PSKN Timor Tengah Utara (TTU) dan Persab Belu belum pernah juara. Sejak Kota Kupang berpisah dengan Kabupaten Kupang 1995, PS Kabupaten Kupang belum menunjukkan prestasi yang mengejutkan.Kekuatan di wilayah Flores cukup merata. Tim yang pernah juara yaitu PSN Ngada, Perse Ende, Persami Maumere (Sikka) dan Perseftim Flores Timur. Persim Manggarai merupakan satu-satunya daerah di Flores yang belum pernah menjadi juara sejak kejuaraan ini digelar tahun 1969. Yang hampir selalu dilukiskan sebagai tim penggembira adalah dua kesebelasan dari daratan Pulau Sumba, Persewa Waingapu dan Persesba Waikabubak.Pulau Alor memang belum pernah merebut Piala El Tari Memorial. Tetapi Persap Alor merupakan kekuatan baru era 1990-an. Prestasi terbaik Persap adalah menjadi runner-up tahun 1997 di Kupang. Tim asuhan Alex Parera pada saat itu hanya kurang beruntung, kalah melawan PSN Ngada lewat adu penalti. Dalam dua musim terakhir, prestasi Persap agak menurun. Namun, Persap 2001 ini diperkirakan menjadi batu sandungan tim-tim papan atas karena mereka berintikan sejumlah pemain muda berbakat.Untuk rekor juara, sampai sekarang masih dipegang PSK Kupang.Sebelum direbut lagi PSN Ngada tahun 1997, Piala El Tari Memorial hampir 11 tahun bermukim di Kota Kupang. Sejak tahun 1986 dominasi PSK sulit ditembus tim-tim dari Flores, Sumba maupun Alor. Sampai sekarang PSK sudah enam kali juara disusul PSN Ngada empat kali, Persami dua kali, Perseftim, Perse dan Pers SoE masing-masing satu kali. Artinya dari 14 daerah tingkat II se-NTT, baru enam daerah yang pernah mencapai puncak prestasi.Saat dipertandingkan pertama kali di Kupang tahun 1969, Perseftim Flores Timur tampil sebagai juara El Tari Cup. Namun sukses itu gagal dipertahankan saat Perseftim jadi tuan rumah tahun 1970 di Larantuka karena PSN Ngada merebut gelar itu. PSK mengambil alih gelar ini tahun 1972. Gelar itu tetap dipegang PSK Kupang karena dua tahun berikutnya, 1974 tidak diadakan pertandingan.Persami Maumere yang main di kandang sendiri tahun 1976 berhasil menjadi juara. Saat berubah nama menjadi El Tari Memorial Cup, setahun setelah El Tari meninggal dunia, PSK Kupang merebut juara. Namun pada tahun 1982 dan 1986, PSN Ngada berjaya lagi. PSK merebut kembali piala itu 1988 dan bertahan hingga 1995. ***DALAM setiap turnamen El Tari Memorial Cup, PSN Ngada dan PSK Kupang hampir selalu menjadi favorit. Keduanya senantiasa diunggulkan. Tetapi dalam tiga tahun ini, kekuatan sepakbola NTT telah mengalami pergeseran. Tahun 1999 di Ende, tidak banyak pengamat yang menempatkan Perse sebagai favorit. Pada waktu itu malah PSN Ngada yang disebut-sebut calon kuat juara. Kenyataannya, Perse menjadi juara dengan mengalahkan PSN Ngada sekaligus memecahkan rekor tak pernah kalah PSN kalau berhadapan dengan tim tetangganya, Perse.Musim kompetisi 2000 justru lebih mengejutkan. Pers SoE yang selama ini dianggap anak bawang dan berada di bawah bayang-bayang keperkasaan PSK, bermain konsisten sejak babak pertama dan merebut Piala El Tari Memorial dengan mengalahkan tim favorit sekaligus tuan rumah, PS Kota Kupang. Meski diwarnai kericuhan, tetapi prestasi Pers SoE musim lalu merupakan hasil kerja keras Yos Wangga dkk yang pantas dihormati.Prestasi Perse dan Pers SoE dua tahun terakhir memperteguh prinsip yang berlaku bahwa tak ada yang mustahil dalam jagat olahraga sepakbola. Dengan kerja keras dan kemauan, prestasi terbaik selalu mungkin diraih. Tahun 2001 ini, pada penyelenggaraan El Tari Memorial Cup XII, Waingapu di Pulau Sumba terpilih menjadi tuan rumah. Faktor tuan rumah lebih kerap menguntungkan tim yang bersangkutan karena memberi energi lebih secara psikologis. Jadi, sekaranglah kesempatan emas bagi dua tim Pulau Sumba, Persewa Waingapu dan Persesba Waikabubak untuk merebut piala di tanah airnya sendiri. Dengan menjunjung tinggi sportivitas, duo tim Sumba perlu mempertahankan gengsi ini: Tahumba (tanah Sumba) hanya milik anak-anak Sumba! Mengapa tidak?



Plat DH fantastis

KLUB Plat DH tampil fantastis dalam lanjutan turnamen futsal Suzukui Flexi Platina Dispora (SFPD) Cup 2008. Dalam pertandingan di GOR Flobamora Kupang, Minggu (17/2/200), Rury Amalo dkk melenggang ke babak 16 besar setelah menang adu penalti 10-9 atas Parma FC.
Pertandingan antara Plat DH melawan Parma FC berlangsung menarik. Diunggulkan untuk memenangkan pertandingan, Parma FC yang menurunkan Yeri, Johni, Freze, Ket dan Metrix langsung mendominasi permainan. Johni membuka gol bagi Parma ketika pertandingan belum genap lima menit. Namun, Jermi berhasil menyamakan kedudukan untuk Plat DH sesaat kemudian. Plat DH bahkan balik unggul melalui pemain pengganti, Askor menjelang turun minum.
Namun, di babak kedua, Parma kembali mendominasi permainan. Alur bola cepat yang dimainkan, Johni dkk membuat Rano yang tampil sangat brilian mencetak hatrik untuk membawa timnya unggul 4-2. Pertandingan sepertinya akan dimenangkan oleh Parma, karena menjelang lima menit saat pertandingan hendak berakhir, tak ada gol balasan dari Plat DH. Namun, disaat genting ini, Rury Amalo tampil sebagai pahlawan. Dua gol beruntun yang dicetaknya memaksa Parma harus mengakhiri pertandingan lewat adu penalti.
Dan, saat adu penalti, dua penendang Parma gagal, sedangkan dari Plat DH hanya satu yang gagal. Kemenangan ini disambut histeris oleh ratusan pendukung Plat DH yang memadati tribun GOR. Pasalnya, timnya yang berstatus underdog ini dapat melewati hadangan tim unggulan hingga mencapai babak perdelapanfinal.
Di pertandingan lainnya, meski tampil melempem di awal babak pertama, Platina A juga melenggang ke babak perdelapanfinal. Eki Madi, Atus, Alderon, Leandro, Valendra, Jimy, Vito dan Narek menang 9-5 atas Gala Muda. Namun, pertandingan paling menarik terjadi antara Revo B melawan Arema B. Dukungan fanatik ratusan penonton kedua kubu membuat suhu pertandingan berlangsung tinggi. Saling balas dalam mencetak gol ke gawang lawan, Revo B asuhan Helmit Marcus lebih beruntung karena mampu mencetak gol kemenangannya saat pertandingan tersisa lima detik. Revo memenangkan pertandingan dengan skor 5-4.
Hasil lainnya, Perumnas FC menang 5-4 atas CB FC, IM3 vs Britama B 3-13, AIG A vs Anugerah 3-4, Jasindo vs PST Merah 9-8, Banteng Street vs Nike Star 6-2, Ine Rie vs Yohaneum 6-1, Kartu AS vs Potlot 5-8. AMIB vs Lao Ray 6-1, Predator vs Lambada 10-9, Renfile vs Star Ball A 4-5, Sporting vs Barca A 0-5. (eko)

Simpedes masih mulus

SEMPAT tertekan, tim unggulan Simpedes FC masih mulus dan terus melenggang ke putaran ketiga turnamen futsal Suzuku Flexi Platina Dispora (SFPD) Cup 2008. Dalam pertandingan di GOR Flobamora Oepoi Kupang, Sabtu (16/2/2008), Simpedes menang 8-4 atas Puma FC.
Pertandingan antara Simpedes melawan Puma berlangsung menarik. Unggul mudah 2-0 ketika pertandingan belum mencapai menit kelima, Ferdy Pere, Bambang Tokan, Tupong Abrahim dan Zulham Aklis dikejutkan oleh serangan balasan Puma. Aksi-aksi brilian dan cepat yang dilakukan Yeri dkk membuat mereka mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 yang bertahan hingga turun minum.
Di babak kedua, Britama memasukan Pinto Fernandez, Qadar Malik dan Jibrail. Namun, strategi pelatih Umbu Yogar ini justru menuai bumerang. Simpedes memang sempat mencetak gol lewat Ferdy Pere, namun Puma berhasil bangkit dan balik unggul 4-3. Beruntung Umbu Yogar kembali memasukan Bambang dan Tupong sehingga kembali menguasai permainan hingga unggul 8-4.
Di pertandingan lainnya, Pemkot FC berhasil mengalahkan Barca B 2-1. Barca B dalam pertandingan ini seharusnya bisa mendikte Pemkot yang dikoordinir Dion Fernandez. Namun, stamina yang lemah membuat mereka kewalahan ketika Pemkot menawarkan permainan cepat.
Sementara itu, IDI Kota Kupang harus mengakui keunggulan Blind FC setelah kalah 6-5 lewat adu penalti. Hasil lainnya, Gala Muda menang 9-8 atas Barata FC lewat adu penalti, sedangkan Mandiri FC kalah 2-5 dari Barca A.
Cukup potensial
Ketua Harian KONI Propinsi NTT, Ir. Esthon Foenay, M.Si yang menyaksikan jalannya pertandingan Sabtu petang ini mengatakan kekagumannya atas skill para pemain. Ia mengatakan bahwa NTT, khususnya Kota Kupang memiliki pemain-pemain potensial yang akan bersinar kalau dibina dengan baik.
"Kelemahan atlet kita khususnya untuk nomor permainan adalah kurang disiplin saat berlatih. Saya pikir, kalau memang futsal sudah sangat diminati, mengapa tidak dikembangkan lebih profesional? Saya juga salut terhadap Mitra Sportindo Event Organizer yang sanggup menggandeng sponsor besar seperti Suzuki, Flexi dan Platina untuk menggelar event ini. Kepada para sponsor turnamen ini, terima kasih atas dukungannya untuk pengembangan dan pembinaan olahraga di NTT," ujar Foenay. (eko)

Jadwal, Minggu (17/2/2008), mulai pukul 10.00 Wita
Perumnas vs CB FC, IM3 vs Britama B, AIG A vs Anugerah, Jasindo vs PST Merah A, Parma vs Plat DH, Banteng Street vs Nike Star, Ine Rie vs Yohaneum, Kartu As vs Potlot, AMIB vs Lao Ray, Predator vs Lambada, Renvile vs Star Ball A, Revo B vs Arema B, Platina A vs Gala Muda, Sporting vs Barca A, Simpedes vs Blind, Apectura vs Pemkot.

Platina A belum tertahan

TIM Platina A belum tertahan dan melaju ke putaran ketiga turnamen futsal Suzuki Flexi Platina Dispora (SFPD) Cup 2008. Pada pertandingan di GOR Flobamora Kupang, Jumat (15/2/2008), Platina A menekuk Raseko 13-4.
Platina A yang diunggulkan dalam pertandingan ini sebenarnya tidak bermain dengan permainan terbaiknya. Alderon, Leandro, Atus, Eki, Narek, James dkk sepertinya tidak bermain lepas. Beruntung, lawannya Raseko juga tidak bisa membaca peluang tersebut untuk mencetak golnya. Namun, secara keseluruhan, Platina A, anak-anak asuhan Melkisedek L Madi ini masih menebar ancaman sebagai tim unggulan di turnamen ini.
Di pertandingan lainnya, Arema B juga berhasil lolos ke putaran ketiga setelah menang 4-2 atas Ende Genk. Meski tidak diunggulkan, Arema B yang didukung ratusan suporter fanatiknya bermain sangat hati-hati. Arahan-arahan dari pelatihnya, Rury Amalo membuat mereka dapat bermain dengan sangat efektif.
Bermain efektif, sangat membantu Arema A untuk meladeni Ende Genk. Pasalnya, anak-anak Ende ini bermain sangat atraktif, sehingga nampak sangat menyulitkan Arema B yang terlihat kalah stamina. Meski demikian, sukses Arema B tidak diikuti rekan-rekannya di Arema A. Arema A kalah tipis 2-3 dari Lao Ray.
Pertandingan lainnya, Renfile tanpa ampun membantai Keuangan FC lima gol tanpa balas. Anak-anak asal Manggarai yang tergabung dalam IMAPEM Kupang ini nampak sangat menguasai permainan. Alur bola yang dimaninkannya, cukup menyulitkan Keuangan, yang nampaknya bermain kurang solid. Hasil lainnya, Gifmi B dari SMAK Giovanni Kupang kalah 1-4 dari Star Ball. Sementara itu, Lambada yang ditunggulkan hanya bisa menang tipis 2-1 atas Fontein FC. Anak-anak asuhan Lipus Fernandez yang unggul skill ini terlihat tidak mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya, sehingga dengan mudah diimbangi lawannya. (eko)

Jadwal, Minggu (16/2/2008), pukul 15.00 wita;
Galamuda vs Barata FC, Mandiri vs Barca A FC, Simpedes vs Puma, Blind vs IDI, Barca vs Pemkot, Aligator vs Star Ball B, Britama A vs Anter, Gaple vs Rico FC, Perugia vs Brenebon.

Jang bekin orang dong telan aer liur

TOBO su foe mo mati. Tua su buka baju ko pake calana pendek sa. Badan ju dia kas talanjang. Biar Ina Feok ada batareak kestau baitua pake baju kaos ma Tobo malas tau. Tobo su jungkir balek, lompat sana sini deng batareak sabarang di jalan deng anak kici dong.
"Neu, lu pi maen deng ana kici dong. Ma sabantar kalo lu pung asma kambu na jang batareak sang beta eee.. Dasar laki-laki bagatal," Ina Feok su mara harbabiru dia pung laki. Tobo son dengar maitua pung omong sampe bamaki bagitu.
Maitua ju tamba spaning lai lia Tobo su pi baganggu harim tenak dong yang ada lewat pake calana pendek sa. Amper-amper dia mo pegang itu harim dong apa ko. Ko dia su makan gigi na. Lia bagitu dia rasa ke masi muda dolo. Dia rasa ke itu hari dia bakatumu dia pung maitua Ina Feok. Ma kapan eee. Su la...ma mati pung. Su lupa dia pung tanggal deng hari. Yang dia masi ingat tu pas dia bakanal Ina Feok sore-sore.
Mamtua yang jadi bunga di itu desa tu bekin Tobo barlutut na.
Ma sakarang lia ke apa ko. Ko su tua na. Su son pake lipstik, rambut dong ju maitua kas biar sa sampe baju dong ju itu-itu. Dolo satu jam mangkali pake baju laen-laen.
Son lama Tobo su masok ruma deng manggigil. Dari pintu depan tua su batareak kras minta maitua kas handuk. Ina Feok su masa bodo. Ko ada mara na. Tadi dia mara taku jang sampe Tobo pung asma kambu. Trus yang bekin tampa spaning lai tu Tobo pung mata ili ala tadi pi harim dong.
Son lama Ama Kolo su datang ko bakastau. Dia bilang sakarang tu ada bancana di ketong pung kampong. Ada satu kelu yang kana timbun tanah sampe gem, lima ko empat warga satu desa tarjebak deng dong pung trek di kali mana ko. Dengar bagitu Tobo deng maitua langsong siap mo pi cek jang sampe ada dong pung kelu yang dapa masala.
"Ini ujan ni yang bekin be ke apako. Dari kamarin son barenti-barenti. Sampe samua mata air belom tabuka na." Ama Kolo bilang kalo di baca di koran tu di daera lain son ada ujan deng angin. Mala di sana tu api ada bamakan dong pung lahan.
Yang bekin Tobo kaget tu Ina Feok su pake kutang sa ko pi mandi di aer ujan sana. Itu karena aer di kamar mandi su son ada lai. Tobo su batok sampe son sabar panggel balek maitua ma son bisa. Maitua jawab bilang, ko lu dar tadi ju bagini to. Ko beta son bisa.
Ina Feok pung jawab itu yang bekin Tobo spaning. "Lu mandi son soal ma lu hanya pake kutang sa to. Karmana nanti orang bilang sang beta. Ato nanti lu bekin orang telan aer liur sa di situ ko," Tobo su mara maitua.
"Ko ini su tua kakaluk mo bekin apa lai. Tete dong ju su kempes samua to," Ina Feok omong son pele-pele lai. Dong dua laki bini kamudian mandi sama-sama sambel bakajar. Dong pung ana Satel yang lia hanya sanyum-sanyum sa. (reddy ngera)

Aer taganang di mana-mana....

AMA Tobo batarea mati pung pas ada lewat di itu jalan raya. Baptua takuju mo mati. Ina Mata yang ada dudu tatempel di balakang ju nae dara. Tiba-tiba sa dong dua su basa kuyup.
"Puka ra'a, cuka garam, setan alas. Lu kalo be dapa, lu ada barenti tadi, be kucak lu pung rambu, bar be injak. Ana kurang ajar. Biadab, ini ana mangkali orangtua son tau ajar sopan santun di jalan e...Jalan son bisa plan-plan ko apa, lar lewat macam dia pung nene moyang pung jalan." Ama Tobo deng Ina Mata mangomel son tau ais. Su sampe ruma ju, tua dua ni son diam. Dong dua pi bahas ulang lai ito kejadian tad siang.
"Aue, kalo satiap kali bagini, be lama-lama bisa bunu orang ato ka be mati karna be pung tensi nae." Ina Mata ada dudu kupas kacang ju ulang lai. Petu yang ada kupas sama-sama heran mo mati. Soalnya dia bar lia dia pung susi mara. Salama ini, mamtua son parna bagitu na. Dia pung mulu tu hanya ada sambayang sa. Ma ini kali laen. Mamtua su ancam mo bunu orang.
"Kanapa, Susi. Beta lia ini hari ke ada yang son beres. Dar tadi maen ancam sa, ada yang mo cari gara-gara deng Susi ko? Kalo ada na, kastau sa. Siapa tu. Beta pi be tapa san dia sampe gigi rubu, bar be injak lai." Ina Mata tamba panas. Son lama datang Ama Tobo dar dalam kamar ju baomong yang sama.
"Ini, yang bagini ni akibat. Kalo mo urus politik, mo jadi walikota, jadi gubernur, ito janji macam-macam. Be lia katong pung ama-ama dong ni. Lama-lama be son parcaya lai deng dong. Biar dong datang sampe mo tikam kapala ju, be son akan pili na." Petu tamba stres. Ais dia pung Susi deng konyadu ini hari laen na.
"Be lama-lama su pi kas mati orang. Ko karmana, be tanya dar tadi son ada yang jawab." Petu paleng dongko kalo dia pung nyadu deng susi ada kanapa-kanapa. Ais, Petu bisa jadi orang karna dong dua na.
Lia Petu ju su nae dara, Ama Tobo trus carita.
"Bagini, tadi siang, katong lewat di ito jalan di deka laut sana. Pas di itu tikungan yang ada Hotel Pante apa ko, Pante Timor ko. Aue......tiba-tiba sa, itu ana yang ada nae motor lewat son lia deng orang kiri kana. Son kas pelan ito motor ju. Pokonya dia tancap sa. Lu mo tau. Katong dua ni, panu denga aer lompor. Itu aer yang taganang di situ tu su ke lumpur. Makanya be ada dongko mo mati ni." Petu bar mangarti kanapa dia pung nyadu mara.
"Na....be kira ada mangomel apa ko, padhal yang itu. Kalo aer taganang di badan jalan tu bukan bar ini kali. Satiap taon tu amper samua jalan kana bagitu. Balom aer yang tasumbat di got, trus maluap, balom ujan. Pokoknya campor aduk. Ma bagitu, son ada satu pun orang yang mo paduli. Dong bahkan lewat di itu tampa ulang-ulang satiap hari. Ma sapa yang mo paduli. Orang samua sakarang inga diri sa. Orang lebe bae omong politik, na dong song parhatikan fasilitas di jalan. Mo galap-galap, mo ba'aer-ba'aer, mo lobang-lobang. Masa bodo sa. Paleng dong kalo lia orang mangomel pas kana bagitu, dong katawa sa. Dong bilang sala musim na.....Su tau musim ujan kanapa mo bajalan?" Petu su kas tamba dong ko dia pung nyadu. Ma, Petu ju son ilang akal. Son lama baptua, Petu su bacarita laen.
"Bagini, basong dua su dangar ko?" Petu sangaja sa, supaya dia pung nyadu deng susi son mara-mara lai.
"Ada apa, lu ni ke apa ko? Kasitau su?" Ama Tobo deng Ina Mata su satanga mati sa deng dia pu ade.
"Kalo basong dua mo, ini kota jadi bae, bason mus pili orang yang bisa paduli deng basong. Sakarang kan su mo pemilihan gubnur. Karmana-karmana na, basong dua su yang pi calonkan diri. Beta lia basong dua ni bisa jadi pasangan yang cocok untuk pimpin ini daera. Mas muda, mas ganteng, mas cantik. Apalai basong dulu parna dipili jadi Nyong deng Nona Kupang. Karmana? Satuju. Kalo satuju na, be bentuk partai baru untuk basong dua." Balom ais Petu baomong, te Ina Mata langsung sambung. In kali mamtua su son sambayang lai. Ma mamtua langsong masparak.
"Lusifer, setan. Lu kalo mo omong na yang batul kanapa? Lu mo sindir beta ko. Tagal sa lu tamat dar parguruan tinggi, bar lu mo omong beta yang eS-De ju on jalas." Ma biar mangomel, Ina Mata deng Ama Tobo son lama su pica katawa. Dong dua su mimpi sa mo jadi gubnur. (apolonia matilde dhiu)

Su harbabiruk sa...

MAMTO'O Ne'i masi pag-pagi su dudu di teras sambil baca koran. Mamtua takaget-kaget karna ada barita wartawan Pos Kupang kana papoko deng kana karoyok sampe dia pung bibir pica. "Adu kasian e. Kanapa ko dong musti maen karoyok bagitu e," mamtua Ne'i samangat baca koran.
Dia pung mata lia tarus di koran, sonde toe deng dia pung laki yang ada minta kopi panas. To'o Pe'u su tarus minta kopi ma tapi mamtua Ne'i sonde nodek ju. Baptua su mulai nae dara. "We, lu pung talinga su tuli ko. Beta su minta tigakali ko lu bekin kopi ju lu sonde toe. Tarlama beta angka buang itu koran," To'o Peu pung suara su nae tinggi.
Kalo baptua su mulai nae dara, baru mamtua angka kas turun koran. "Sabar dolo, ini barita panas ni. Makanya bangun pag-pagi, jang ko su lia beta baca koran, baru minta ini itu. Tau ko sonde, ini wartawan Pos Kupang di Manggarai Barat ada kana papoko deng karoyok dari preman dong. Kasian dia pung bibir pica. Sabantar do, beta baca kasi abis baru beta pi bikin kopi," mamtua Ne'i balas baomong.
Tarlama ju dia capat-capat pi dapur ko bekin kopi abis itu bawa kasi baptua Pe'u. "Sapa e, yang bekin bagini, pung harbabiruk lai. Kalo mo kasi tarang barita bukan bagitu dia pung cara. Pange bae-bae ko kasi jalas. Beta baca di koran, itu masala yang dong tanya tu, sonde ada hubungan deng wartawan Pos Kupang, ko itu wartawan son parna tulis tentang bank en te te. Beta kira pasti karna masala laen o,' baptua lipa koran ko minum kopi.
"Ho beta rasa itu karna kasus laen ko, di koran sakarang ni, ada panas-panas tentang ubi aldira, jang sampe bank ntt tu hanya alasan sa, buat dong cari masala, su bagitu pake ancam lai mo lapor pi mana na lapor sa, te itu dong pung tana air. Dong kira- kira di ini nagara sonde ada hukum lai, ko dong paling kuasa su. Nanti kalo su kana hiki di leher baru muka kici besar," mamtua Nei tamba dia pung pandapat.
Dong dua orang tar liat kalo dari tadi Ama Tadu su badiri di situ karna dong dua asik badiskusi. "Beta rasa pasti ada orang di balakang, orang bilang aktor intelektual. Polisi musti usut sampe tuntas. Jang sampe ko dong mulai bikin alasan macam-macam deng taputar macam-macam. Labuan Bajo tu kan kici ana, jadi itu orang dong musti ditangkap. Polisi musti cari tau sapa dia pung otak di balakang ini kejadian. Kotong su bisa baca, kanapa wartawan tu kana papoko, pasti dong su mulai takut, andia ko harbabiruk puku orang. Pokonya yang panting polisi harus usut sampe tuntas supaya kotong tau kebenaran. Ju supaya itu orang tau kalo ada hukum yang ditegakan," Ama Tadu omong samangat punya. (hermin pello)

SYALOM