Minggu, 02 Maret 2008

Wagub minta perhatian Pemkab TTS dan TTU



ATAMBUA, PK -- Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, meminta Pemerintah Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU) untuk turut membantu memikirkan persoalan yang dihadapi warga Belu selatan. Banjir yang terjadi di kali Benanain merupakan imbas dari kerusakan alam di dua daerah itu.
Ketika berdialog dengan ribuan pengungsi korban banjir Benanain di kantor Camat Malaka Barat di Besikama, Jumat (29/2/2008), Wagub menyatakan prihatin atas bencana banjir yang dialami ribuan warga Malaka Barat.
Setelah melihat kondisi warga, kata Lebu Raya, pemprop dapat mengambil kesimpulan bahwa penanganan persoalan banjir Benanain ini tidak bisa dibebankan hanya kepada Pemkab Belu saja, tetapi juga harus melibatkan Pemkab TTS dan TTU karena banjir Benanain juga merupakan banjir kiriman dari kedua daerah tersebut.
"Kita tidak bisa membiarkan kondisi ini terus terjadi. Karena banjir ini merupakan kiriman dari wilayah TTU dan TTS, maka kita perlu duduk bersama membahasnya. Makanya saya minta supaya Pemkab TTS dan TTU ikut membantu dengan melakukan reboisasi di kawasan hulu. Kalau kawasan hulu tetap dibiarkan seperti sekarang ini, maka imbasnya tetap dialami warga di hilir," kata Lebu Raya.
Lebu Raya juga meminta kepada warga ketiga kabupaten ini untuk membudayakan semangat menanam dan menghentikan penebangan hutan. "Jangan kita tebang pohon untuk mendapatkan beras 10 kg, sementara anak cucu kita yang menanggung akibatnya," kata Lebu Raya.
Dia mengatakan, sambil proses penjajakan untuk dialog antara Pemkab Belu, TTS dan TTU, Pemprop NTT melalui Dinas Kimpraswil NTT akan melanjutkan pembangunan tanggul sampai ke titik aman.
Turut hadir pada saat itu, Wakil Bupati Belu, drg. Gregorius Mau Bili, Ketua DPRD Belu, Gabriel Dermawan, Camat Malaka Barat, Remigius Asa, S.H, anggota DPRD NTT, Nelson Matara, S. SoS, mantan Ketua Bappeda NTT, Ir. Esthon Foenay, dan sejumlah pejabat kabupaten dan propinsi NTT. Atas Pemprop NTT, Lebu Raya menyerahkan bantuan kepada para pengungsi Benanain.
Wakil Bupati Belu, Gregorius Mau Bili, atas nama korban banjir menyampaikan terima kasih kepada wagub yang datang melihat kondisi warga, termasuk bantuan yang sudah diberikan, baik kebutuhan makanan maupun kesehatan.
Menurut Mau Bili, untuk sementara warga belum bisa pulang ke rumahnya karena keadaan alam belum menentu.
"Saya juga perlu sampaikan bahwa selama ini Pemkab Belu sudah berupaya dengan membangun tanggul sepanjang 7,2 kilometer dan hasilnya ada beberapa daerah yang selama ini jadi langganan banjir sekarang sudah aman. Kita lagi berencana untuk melanjutkan pembangunan tanggul sepanjang 3,4 kilometer di wilayah Lasaen sehingga warga tidak resah lagi," kata Mau Bili. (yon)

Kami butuh rumah panggung
LANGIT Besikama, ibu kota Kecamatan Malaka Barat, Belu, Jumat (29/2/2008), terik menyengat. Ribuan pengungsi korban luapan banjir kali Benanain sibuk mengurus perabot. Ada kaum ibu yang sibuk mengurus anak yang lagi menangis, sebagian lagi sibuk mencuci pakaian dan memasak.
Bunyi sirene dari mobil patroli LLAJ Kabupaten Belu meraung-raung membuyarkan kesibukan. Semua warga berdiri menatap iringan mobil yang masuk ke lokasi pengungsi. Dari balik kendaraan yang ada, muncul Wagub NTT, Drs. Frans Lebu Raya, didampingi Wabup Belu, drg. Gregorius Mau Bili, Ketua DPRD Belu, Gabriel Dermawan, dan puluhan pejabat.
Para pejabat ini disambut Camat Malaka Barat, Remigius Asa, S.H, yang sejak pagi hari mengatur warga untuk menyambut kedatangan rombongan dari propinsi ini.
Dengan peluh yang terus menetes Wagub langsung menemui warga yang ditampung di tenda-tenda yang disediakan Pemerintah Kabupaten Belu.
"Bapa, mama, anak-anakku sekalian, kamu sudah makan atau belum? Kapan kamu tinggalkan kampung dan tinggal di lokasi ini? Bagaimana dengan kesehatan kamu semua, apakah baik-baik atau tidak," demikian Lebu Raya menyapa warga di tenda pengungsian.
Pertanyaan Wagub Lebu Raya ini disambut warga dengan serentak, "Kami baik-baik saja. Kami sudah makan." Wagub terus mengunjungi lokasi penampungan lainnya dengan pertanyaan yang sama, menanyakan persediaan bahan makanan, tikar, kesehatan anak-anak. Menurut jawaban mereka, semuanya tersedia dengan baik.
"Kamu sekalian harus tabah ya. Percayalah kami tidak akan tinggal diam. Kami berusaha mengatasi persoalan yang dihadapi bapa mama, juga anakku sekalian ini," hibur Lebu Raya.
Kerinduan warga untuk menyampaikan unek-unek kembali terungkap saat dialog yang dipandu Wakil Bupati Belu, drg. Gregorius Mau Bili. Dalam dialog penuh keakraban ini warga menyampaikan harapannya kepada Wagub agar memperhatikan persoalan yang dihadapi warga saat ini.
Mundus Fahik meminta agar tanggul yang ada ditinggikan lagi 2-3 meter. Dengan tanggul yang ada saat ini, banjir akan tetap meluap apabila intensitas hujan di TTU dan TTS tinggi.
Selain itu, dia meminta perhatian soal adanya gagal panen pasca banjir. Ribuan hektar lahan disapu banjir sehingga warga terancam kelaparan dalam tahun ini.
Sementara Yohanes Seran alias Fukun Bere Bria mengusulkan pembuatan rumah panggung. Rumah model ini sudah terbukti aman ketika terjadi banjir.
"Pak Wagub, kami minta kalau bisa tidak dibangun tanggul saja, tetapi perlu juga dibangun rumah panggung. Selama ini kami sudah sengsara dengan banjir, maka harapan satu-satunya adalah rumah panggung ini," kata Seran.
Hal senada diutarakan Kepala Desa Sikun, Yosep Seran Seko. Dia meminta agar pemprop memikirkan pembangunan rumah panggung sehingga warga tidak resah.
Terkait persoalan warga ini, Pemerintah Kecamatan Malaka Barat telah membuat beberapa rekomendasi kepada Pempropi NTT, yakni penanganan DAS Benanain secara komprehensif dan terpadu, rehabilitasi infrastruktur yang rusak akibat banjir, peninggian bibir tanggul yang semula 2,5 meter dinaikkan menjadi 3,5 meter sepanjang 7,2 km, perluasan jaringan listrik di desa-desa yang belum terjangkau agar memudahkan evakuasi warga bila terjadi bencana banjir pada malam hari, pembangunan rumah panggung.
Terhadap harapan dan rekomendasi dari Kecamatan Malaka Barat ini, Wagub Lebu Raya menyatakan akan menindaklanjutinya. (yon)

Kristal juara SFPD Cup 2008



KLUB Kristal Saphire mengukuhkan dirinya menjadi yang terbaik dengan menjuarai turnamen futsal Suzuki Flexi Platina Dispora (SFPD) Cup 2008. Dalam final di GOR Flobamora Kupang, Minggu (24/2/2008) malam, Kristal Saphire menang 5-2 atas Platina A.
Kristal Saphire bukan saja menjadi juara dalam turnamen ini. Kesuksesan anak-anak asuhan Johni Lumba dan Michlen ini dilengkapi dengan terpilihnya pemain mereka, Charles Lapaan menjadi pemain terbaik. Kristal Saphire berhak atas piala bergilir, piala tetap dan bonus Rp 2,5 juta. Sementara Platina A yang menempati posisi kedua menerima uang Rp 1,5 juta.
Posisi ketiga ditempati oleh Ine Rie. Anak-anak asal Kabupaten Ngada ini mengalahkan klub AMIB. Atas prestasinya, Ine Rie mendapat uang tunai Rp 1 juta dan sebuah piala tetap. AMIB yang menerima uang tunai Rp 500 ribu juga menempatkan pemainnya, Dentox sebagai top skore. Dentox mengumpulkan 24 gol mengalahkan striker Platina A, Atus yang mengoleksi 23 gol.
Pimpinan Platina Komputer, Melkisedek Lado Madi, yang mewakili para sponsor dalam sambutannya mengatakan terima kasihnya kepada klub peserta yang mengikuti turnamen ini. Tingginya animo masyarakat Kota Kupang terhadap futsal, kata Madi, membuat para sponsor akan terus menggelar event yang lebih bergengsi. "Tahun depan turnamen ini akan kembali kita gelar. Mungkin dalam waktu dekat juga akan ada turnamen futsal lagi. Untuk itu, kami berharap agar semua klub peserta ini berlatih lebih serius lagi, agar bisa meraih prestasi seperti Kristal Saphire yang hari ini telah menjadi yang terbaik," ujar Madi.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) NTT, Drs. Muhammad S Wongso dalam sambutannya ketika menutup event tersebut mengatakan bangganya terhadap Mitra Sportindo Event Organizer dan para sponsor yang menggelar event tersebut. "Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri untuk menggelar sebuah event. Untuk itu, atas nama Pemerintah Propinsi NTT, saya mengucapkan terima kasih kepada panitia dan para sponsor yang sangat sukses menggelar event ini. Untuk adik-adik peserta gunakan event-event yang digelar ini untuk meraih prestasi yang lebih berprestasi. Saya sangat bangga, karena lewat futsal ini, hampir semua generasi muda di Kota Kupang ini bersatu dalam semangat kebersamaan," kata Wongso.
Pimpinan Mitra Sportindo Event Organizer, Pieter Fomeni dalam laporannya mengatakan, terima kasihnya atas dukungan semua pihak yang ikut menyukseskan event SFPD Cup 2008. Menurut Pieter, turnamen tersebut disponsori oleh Suzuki, Flexi, Platina Komputer, Dispora NTT, SKH Pos Kupang, Timor Express, Rote Ndao Pos, Koran Madika dan DMWS Radio. (eko)
Hasil SFPD Cup 2008
Juara I : Kristal Saphire
Juara II : Platina A
Juara III: Ine Rie
Juara IV: AMIB
Pemain Terbaik : Charles Lapaan (Kristal Saphire)
Top skore : Dentox (AMIB)

Foenay tantang tim pelatih




SEJAK keikutsertaan NTT di PON, keluhan klasik yang sering dilontarkan oleh para pelatih maupun atlet adalah perlengkapan latihan dan minimnya dukungan dana. Meski demikian, dari tahun ke tahun prestasi atlet-atlet NTT terus mengalami peningkatan. Hal itulah yang membuat Ketua Harian KONI Propinsi NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si menantang tim pelatih dan atlet PON XVII NTT untuk menggapai prestasi dalam keterbatasan ini.
"Pemahaman tentang penghematan anggaran harus kita pikirkan bersama. Kekurangan yang kita miliki jangan dijadikan alasan untuk tidak berprestasi. Kemauan dan kemampuan untuk berprestasi baik dari atlet maupun pelatih harus terus dikembangkan secara berimbang. Kita semua tahu, meski serba terbatas, namun atlet-atlet NTT memiliki talenta juara yang tidak dimiliki daerah lain."
Demikian dikatakan Esthon Foenay dalam rapat evaluasi pelaksanaan Pelatda PON XVII 2008 di Sekretariat KONI Propinsi NTT di Kupang, Kamis (28/2/2008).
Dalam rapat yang juga dihadiri pelatih dari cabang tinju, kempo, atletik, taekwondo, sepaktakraw dan pencaksilat itu, tim pemantau pelatda yang dipimpin Drs. Hosea Dally melaporkan beberapa temuan dalam pelaksanaan pelatda. Hosea Dally melaporkan beberapa hal, seperti belum adanya transparansi pelaksanaan program latihan, kesulitan sarana dan prasarana latihan, kehadiran atlet yang belum sempurna sesuai jadwal latihan. Selain itu, menurut Dally, ada beberapa cabang yang mengeluhkan lokasi latihan yang sering dipakai oleh umum sehingga mengganggu jadwal latihan.
Sementara itu, beberapa pelatih mengusulkan beberapa hal, di antaranya agar seluruh atlet dan pelatih diasuransikan, masih ada atlet yang berada di luar Kota Kupang sehingga menyulitkan pantauan. Selain itu, ada beberapa atlet yang tidak bisa sepenuhnya mengikuti latihan karena harus kuliah atau sekolah. Para pelatih juga mengusulkan agar adanya try out dengan mengikuti kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional.
Menanggapi masukan-masukan tersebut, Esthon Foenay mengatakan, KONI Propinsi NTT sangat memahami semua kendala tersebut। Namun, Esthon mengatakan, sambil menunggu keputusan alokasi anggaran dari pemerintah, semangat, disiplin dan latihan keras dari atlet tidak boleh surut. "Untuk saat ini saya sarankan agar para pelatih menggunakan peralatan latihan yang diadakan saat pra PON. Mengenai try out, hal ini sangat penting untuk dilaksanakan. Namun, mengingat dana, maka yang dikirim harus betul-betul diseleksi. Saya juga sarankan agar pengurus cabang olahraga atau pelatih terus berkoordinasinya dengan pengurus pusatnya agar regulasi-regulasi atau teknik-teknik baru bisa segera diserap," tegas Esthon. (eko)

SYALOM