ATAMBUA, PK -- Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, meminta Pemerintah Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU) untuk turut membantu memikirkan persoalan yang dihadapi warga Belu selatan. Banjir yang terjadi di kali Benanain merupakan imbas dari kerusakan alam di dua daerah itu.
Ketika berdialog dengan ribuan pengungsi korban banjir Benanain di kantor Camat Malaka Barat di Besikama, Jumat (29/2/2008), Wagub menyatakan prihatin atas bencana banjir yang dialami ribuan warga Malaka Barat.
Setelah melihat kondisi warga, kata Lebu Raya, pemprop dapat mengambil kesimpulan bahwa penanganan persoalan banjir Benanain ini tidak bisa dibebankan hanya kepada Pemkab Belu saja, tetapi juga harus melibatkan Pemkab TTS dan TTU karena banjir Benanain juga merupakan banjir kiriman dari kedua daerah tersebut.
"Kita tidak bisa membiarkan kondisi ini terus terjadi. Karena banjir ini merupakan kiriman dari wilayah TTU dan TTS, maka kita perlu duduk bersama membahasnya. Makanya saya minta supaya Pemkab TTS dan TTU ikut membantu dengan melakukan reboisasi di kawasan hulu. Kalau kawasan hulu tetap dibiarkan seperti sekarang ini, maka imbasnya tetap dialami warga di hilir," kata Lebu Raya.
Lebu Raya juga meminta kepada warga ketiga kabupaten ini untuk membudayakan semangat menanam dan menghentikan penebangan hutan. "Jangan kita tebang pohon untuk mendapatkan beras 10 kg, sementara anak cucu kita yang menanggung akibatnya," kata Lebu Raya.
Dia mengatakan, sambil proses penjajakan untuk dialog antara Pemkab Belu, TTS dan TTU, Pemprop NTT melalui Dinas Kimpraswil NTT akan melanjutkan pembangunan tanggul sampai ke titik aman.
Turut hadir pada saat itu, Wakil Bupati Belu, drg. Gregorius Mau Bili, Ketua DPRD Belu, Gabriel Dermawan, Camat Malaka Barat, Remigius Asa, S.H, anggota DPRD NTT, Nelson Matara, S. SoS, mantan Ketua Bappeda NTT, Ir. Esthon Foenay, dan sejumlah pejabat kabupaten dan propinsi NTT. Atas Pemprop NTT, Lebu Raya menyerahkan bantuan kepada para pengungsi Benanain.
Wakil Bupati Belu, Gregorius Mau Bili, atas nama korban banjir menyampaikan terima kasih kepada wagub yang datang melihat kondisi warga, termasuk bantuan yang sudah diberikan, baik kebutuhan makanan maupun kesehatan.
Menurut Mau Bili, untuk sementara warga belum bisa pulang ke rumahnya karena keadaan alam belum menentu.
"Saya juga perlu sampaikan bahwa selama ini Pemkab Belu sudah berupaya dengan membangun tanggul sepanjang 7,2 kilometer dan hasilnya ada beberapa daerah yang selama ini jadi langganan banjir sekarang sudah aman. Kita lagi berencana untuk melanjutkan pembangunan tanggul sepanjang 3,4 kilometer di wilayah Lasaen sehingga warga tidak resah lagi," kata Mau Bili. (yon)
Kami butuh rumah panggung
LANGIT Besikama, ibu kota Kecamatan Malaka Barat, Belu, Jumat (29/2/2008), terik menyengat. Ribuan pengungsi korban luapan banjir kali Benanain sibuk mengurus perabot. Ada kaum ibu yang sibuk mengurus anak yang lagi menangis, sebagian lagi sibuk mencuci pakaian dan memasak.
Bunyi sirene dari mobil patroli LLAJ Kabupaten Belu meraung-raung membuyarkan kesibukan. Semua warga berdiri menatap iringan mobil yang masuk ke lokasi pengungsi. Dari balik kendaraan yang ada, muncul Wagub NTT, Drs. Frans Lebu Raya, didampingi Wabup Belu, drg. Gregorius Mau Bili, Ketua DPRD Belu, Gabriel Dermawan, dan puluhan pejabat.
Para pejabat ini disambut Camat Malaka Barat, Remigius Asa, S.H, yang sejak pagi hari mengatur warga untuk menyambut kedatangan rombongan dari propinsi ini.
Dengan peluh yang terus menetes Wagub langsung menemui warga yang ditampung di tenda-tenda yang disediakan Pemerintah Kabupaten Belu.
"Bapa, mama, anak-anakku sekalian, kamu sudah makan atau belum? Kapan kamu tinggalkan kampung dan tinggal di lokasi ini? Bagaimana dengan kesehatan kamu semua, apakah baik-baik atau tidak," demikian Lebu Raya menyapa warga di tenda pengungsian.
Pertanyaan Wagub Lebu Raya ini disambut warga dengan serentak, "Kami baik-baik saja. Kami sudah makan." Wagub terus mengunjungi lokasi penampungan lainnya dengan pertanyaan yang sama, menanyakan persediaan bahan makanan, tikar, kesehatan anak-anak. Menurut jawaban mereka, semuanya tersedia dengan baik.
"Kamu sekalian harus tabah ya. Percayalah kami tidak akan tinggal diam. Kami berusaha mengatasi persoalan yang dihadapi bapa mama, juga anakku sekalian ini," hibur Lebu Raya.
Kerinduan warga untuk menyampaikan unek-unek kembali terungkap saat dialog yang dipandu Wakil Bupati Belu, drg. Gregorius Mau Bili. Dalam dialog penuh keakraban ini warga menyampaikan harapannya kepada Wagub agar memperhatikan persoalan yang dihadapi warga saat ini.
Mundus Fahik meminta agar tanggul yang ada ditinggikan lagi 2-3 meter. Dengan tanggul yang ada saat ini, banjir akan tetap meluap apabila intensitas hujan di TTU dan TTS tinggi.
Selain itu, dia meminta perhatian soal adanya gagal panen pasca banjir. Ribuan hektar lahan disapu banjir sehingga warga terancam kelaparan dalam tahun ini.
Sementara Yohanes Seran alias Fukun Bere Bria mengusulkan pembuatan rumah panggung. Rumah model ini sudah terbukti aman ketika terjadi banjir.
"Pak Wagub, kami minta kalau bisa tidak dibangun tanggul saja, tetapi perlu juga dibangun rumah panggung. Selama ini kami sudah sengsara dengan banjir, maka harapan satu-satunya adalah rumah panggung ini," kata Seran.
Hal senada diutarakan Kepala Desa Sikun, Yosep Seran Seko. Dia meminta agar pemprop memikirkan pembangunan rumah panggung sehingga warga tidak resah.
Terkait persoalan warga ini, Pemerintah Kecamatan Malaka Barat telah membuat beberapa rekomendasi kepada Pempropi NTT, yakni penanganan DAS Benanain secara komprehensif dan terpadu, rehabilitasi infrastruktur yang rusak akibat banjir, peninggian bibir tanggul yang semula 2,5 meter dinaikkan menjadi 3,5 meter sepanjang 7,2 km, perluasan jaringan listrik di desa-desa yang belum terjangkau agar memudahkan evakuasi warga bila terjadi bencana banjir pada malam hari, pembangunan rumah panggung.
Terhadap harapan dan rekomendasi dari Kecamatan Malaka Barat ini, Wagub Lebu Raya menyatakan akan menindaklanjutinya. (yon)