NAMA Indonesia tidak banyak terukir dalam sejarah olahraga dunia ataupun Asia. Prestasi terbaik hanya sering ditorehkan di tingkat regional seperti SEA Games. Namun di tahun 2008 Indonesia mengukir sejarah baru, menjadi tuan rumah dan juara umum Asian Beach Games 2008.
Awalnya banyak yang tidak mengerti tentang konsep multievent olahraga pantai pertama di Asia dan dunia ini. Asian Beach Games atau disebut ABG, berkonsep tentang kejuaraan olahraga yang diselenggarakan di pantai.
Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah setelah dianggap memiliki kapasitas yang baik untuk menyelenggarakan multievent. Indonesia punya banyak kawasan pantai memadai untuk dijadikan sarana olahraga.
Sudah 46 tahun lamanya Indonesia tidak lagi terpilih menyelenggarakan multievent tingkat Asia. Pertama kali yakni pada Asian Games 1962, dan kini ABG 2008. Terpilihnya Indonesia jelas sebuah kehormatan besar.
Di tengah carut-marutnya kondisi bangsa, baik di sektor ekonomi atau stabilitas keamanan, International Olympic Committee (IOC) dan Olympic Council Of Asia (OCA) masih menaruh kepercayaan besar kepada Indonesia. Sebuah kehormatan yang menjadi tugas berat bagi KONI/KOI serta pemerintah yang bertugas menangani ajang ini.
Dengan kurun waktu satu tahun sejak ditunjuk sebagai tuan rumah, akhirnya 18 Oktober 2008, dimulailah ABG 2008. Menggunakan empat venue utama di pantai ternama Bali, Sanur, Kuta, Nusa Dua dan Pulau Serangan, ABG 2008 mempertandingkan 19 cabang olahraga.
Ke-19 cabor tersebut adalah Binaraga, Perahu Naga, Surfing yang dipertandingkan di Kuta. Polo Air, Kabaddi, Basket, Gulat, Pencak Silat, Jetski, Paragliding, Woodball yang dimainkan di Nusa Dua dan Tanjung Benoa. Voli Pantai, Sepak Takraw Pantai, Bola Tangan, Sepakbola Pantai, Marathon Swimming dan Triathlon dimainkan di Sanur. Terakhir, Sailing dan Windsurfing yang dimainkan di Serangan.
Indonesia mengandalkan beberapa cabang yang diunggulkan menjadi tambang emas seperti Pencak Silat, Paragliding, Perahu Naga dan Selancar. Benar saja, Pencak Silat menyumbang lima medali emas. Paragliding menyumbang tujuh medali emas dan Perahu Naga menyumbang dua medali emas.
Di cabang Selancar Angin, Oka Sulaksana seakan tidak punya lawan yang berarti. Namun, Oka sedikit menyesalkan tidak turunnya peselancar-peselancar terbaik Asia di ajang ini. "China dan Jepang tidak menurunkan atlet terbaik. Mungkin yang turun peselancar kelas tiga atau empat," keluh Oka, ketika itu.
Komandan Kontingen Indonesia Doko Pramono mengakui jika ada strategi tersendiri pada cabang paragliding. "Kita punya kelebihan sebagai tuan rumah yang jelas hapal dengan kondisi alam di Timbis, Bali. Para atlet sudah mempelajari trek dan hasilnya banyak medali emas dari cabang ini," jelas Djoko.
Faktor inilah yang menjadi nilai plus sebagai tuan rumah untuk memetik keuntungan-keuntungan. Kendati bukan diraih dari cabang favorit, setidaknya Indonesia sudah mendulang banyak emas dari cabang olahraga yang terkesan terpaksa dimainkan di pantai, Pencak Silat contohnya.
Sepakbola pantai, sepak takraw, polo air, bola tangan, marathon swimming dan triathlon gagal menyumbang emas. Muka Indonesia sedikit terselamatkan dengan emas terakhir dari cabang voli pantai yang disumbangkan pasangan Koko Prasetyo Darkuncoro dan Andy Ardiyansah usai mengalahkan pasangan Kazhakstan.
Total Indonesia mengumpulkan 23 emas, 8 medali perak dan 20 medali perunggu sekaligus berhak keluar sebagai juara umum. Posisi ini diikuti Thailand dengan raihan 10 emas, 17 perak dan 10 perunggu. Posisi ketiga ditempati macan Asia China dengan mengoleksi 6 emas, 10 perak dan 7 perunggu.
Sebuah prestasi yang secara kasat mata sangat membanggakan bagi Indonesia bisa berbicara dan membuktikan diri di level Asia. Selama ini Indonesia hanya dipandang sebagai tim kelas dua bila bersaing di sektor olahraga.
Namun, kini yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa Indonesia mengungguli China, Jepang atau Thailand. Kontingen Indonesia sangat serius mempersiapkan atlet yang akan bertarung di ABG 2008. Sementara kontestan lain terkesan sekedar mengisi liburan di Bali, sebuah pulau yang konon katanya jauh lebih terkenal daripada negara Indonesia sendiri.
Sebagai multievent pertama kali, semuanya terlihat sebagai ajang coba-coba. Kondisi ini jelas dibantah oleh Ketua KONI/KOI Rita Subowo. Anggapan ini dianggap sebagai penilaian skeptis sebagian orang menyikapi kesuksesan Indonesia menggelar ABG 2008 dan keluar sebagai juara umum.
Apakah beliau melihat bagaimana malasnya tim Perahu Naga China dalam berlomba? China hanya menurunkan sekumpulan pendayung wanita yang sudah berumur. Sementara Myanmar dan Thailand menurunkan kebanyakan pendayung yang masih remaja. Indonesia? Tuan rumah menampilkan pendayung-pendayung terbaik di negeri ini.
Cabor Paragliding tidak jauh berbeda. Sebagai tuan rumah, Indonesia jelas lebih mengenal kondisi geografis dan alam. Trek atau jalur lomba juga dikeluarkan Indonesia. Hasilnya, atlet dari Philipina yang tercatat sebagai atlet kelas satu dunia, nyasar dan gagal finish.
Gambaran di atas memperlihatkan bagaimana Indonesisa bisa menang dengan cara kompetisi yang tidak lazim. Ini menjadi pertanyaan, bagaimana sosialisasi ABG 2008 di negara-negara peserta lainnya?
Bagimana nasib Indonesia di ABG 2008 empat tahun mendatang di Muscat, Oman? Bila negara lain sudah serius, maka sulit bagi Indonesia mengulang prestasi menjadi juara umum Asian Beach Games.
Djoko Pramomo mengharapkan agar pemerintah bisa melakukan perbaikan dan pembenahan dalam pembinaan atlet. "Jika kita jalan di tempat, maka dua tahun lagi kita akan terpuruk. Ini tugas kita bersama khususnya pemerintah, agar pembinaan terhadap atlet harus diperbaiki," jelasnya. (*)
Senin, 22 Desember 2008
Rossi, Raja MotoGP
JANGAN salahkan Valentino Rossi jika publik mencapnya sebagai legenda hidup MotoGP. Musim kompetisi MotoGP 2008 membuktikan bahwa dia memang masih menjadi raja di kelas premier balap motor paling bergengsi itu.
Tidak berlebihan jika musim 2008 disebut sebagai tahun milik Rossi. Setelah kehilangan gelar juara dunianya selama dua tahun berturut-turut, pembalap kelahiran Urbino, Italia itu sukses menggondol kembali mahkota juaranya. ?~A king return to its throne', demikian slogan yang tertulis pada siaran GP Valencia yang menjadi seri penutup musim ini.
MotoGP 2008 memulai musimnya dengan penuh gebrakan. Sirkuit Losail, Qatar didapuk menjadi pembuka sekaligus penyelenggara balapan malam atau night race pertama sepanjang perhelatan MotoGP. Langkah tersebut tak lain dimaksudkan untuk meningkatkan antusiasme para pecinta MotoGP menyambut musim 2008 ini. Juara dunia musim lalu, Casey Stoner, keluar sebagai juara pada balapan bersejarah ini.
Selain menampilkan balapan malam untuk pertama kalinya, musim ini MotoGP juga memperkenalkan sirkuit baru dalam agendanya, yakni Motor Speedway di Indianapolis, Amerika Serikat. Sayang, balapan akhirnya harus berhenti di tengah jalan akibat badai tropis Ike yang melanda daerah midwest AS. Namun, Valentino Rossi berhasil mencatatkan namanya sebagai juara sekaligus peraih pole position MotoGP pertama di sirkuit ini.
Penambahan sirkuit yang biasanya hanya digunakan untuk balap mobil Indy 500 ini menunjukkan betapa animo MotoGP mulai merasuki masyarakat Negeri Paman Sam itu. Bahkan, aktor papan atas Hollywood seperti Brad Pitt dan Tom Cruise juga sempat terlihat menyaksikan aksi Valentino Rossi dkk pada dua seri terpisah.
Bukan hanya sirkuit baru, MotoGP 2008 juga kedatangan empat pembalap yang baru. Mereka adalah Joge Lorenzo yang menjadi juara dunia di kelas 250cc musim lalu, Alex De Angelis, Andrea Dovizioso, serta juara World Superbike 2007 James Toseland.
Lorenzo langsung diplot sebagai rekan setim Rossi di Fiat Yamaha. Sedangkan De Angelis dipercaya mendampingi Shinya Nakano di tim Honda Gresini dan Dovizioso bergabung dengan tim JiR Honda. Toseland sendiri menjadi partner Colin Edwards di tim Yamaha Tech 3.
Perhatian publik masih tetap terpusat pada persaingan antara Rossi dan Stoner. Musim lalu Stoner sukses mempecundangi Rossi habis-habisan. Para pendukung The Doctor pun menanti-nanti apakah pembalap kesayangan mereka mampu membalaskan dendamnya di musim ini.
Apalagi, Rossi memutuskan beralih dari penggunaan ban Michelin menjadi Bridgestone, ban yang sama dengan Stoner. Para fans Rossi berharap langkah ini mampu membuat motor M1 nya lebih bersaing dengan keperkasaan Desmosedici Stoner.
Ternyata, keputusan kontroversial The Doctor beralih ke Bridgestone terbukti menjadi faktor penentu kebangkitannya di musim ini. Tidak ada lagi cerita dimana pembalap 29 tahun itu gagal menyelesaikan lomba gara-gara kinerja ban yang tidak maksimal.
Dari total 18 seri, Rossi berhasil finish di tempat pertama sebanyak sembilan kali. Selain itu, ia juga sukses naik podium sebanyak 16 kali. Meski tidak berhasil menyamai rekornya di musim 2005 (11 kali juara), namun ini tentunya menjadi jawaban Rossi terhadap kritik yang menyebut bahwa masa kejayaannya telah berakhir.
Persaingan antara Rossi dan Stoner mencapai puncaknya pada GP AS di Laguna Seca. Hampir semua penikmat MotoGP pasti setuju jika seri ini ditasbihkan sebagai balapan terpanas sepanjang musim 2008. Publik AS menjadi saksi kehebatan Rossi dan Stoner. Keduanya seolah membalap di arena yang berbeda dan melesat jauh di depan pembalap lainnya hingga selisih waktu 17 detik. Aksi saling salip pun tak terhindarkan.
Pada akhirnya, Rossi keluar sebagai juara pertama setelah Stoner keluar lintasan dan terjatuh beberapa lap menjelang akhir balapan. Aksi agresif serta manuver-manuver nekat The Doctor ternyata memancing kritik Stoner. Stoner mengklaim Rossi melakukan balapan dengan kotor dan menganggap beberapa manuver pembalap Yamaha itu sempat membahayakan dirinya.
Namun, terlepas dari itu, seri Laguna Seca seolah menjadi titik kulminasi yang berbeda bagi Stoner dan Rossi. Jika Rossi terus tampil gemilang dengan berturut-turut menjuarai empat seri berikutnya, tidak demikian halnya dengan Stoner. Pembalap Ducati itu gagal menyelesaikan balapan di Brno, Rep. Ceska serta San Marino karena terjatuh kala memimpin lomba. Belakangan diketahui, menurunnya performa Stoner sebagian disebabkan kambuhnya cedera lama pada pergelangan tangannya.
Kegagalan Stoner menyelesaikan dua seri berturut-turut tentu berdampak positif bagi The Doctor. Ia pun merengkuh gelar juara dunia kedelapannya pada GP Jepang di Motegi setelah finish di tempat pertama. Kendati demikian, para pendukung Stoner tak perlu terlalu bersedih. Pembalap 23 tahun itu masih menjadi pesaing terdekat Rossi dengan menjadi juara kedua musim ini.
Sementara itu, Dani Pedrosa yang menjadi juara dua musim lalu harus puas berada di tempat ketiga. Meski cukup rajin naik podium dan sukses menyabet gelar juara di kampung halamannya (Jerez dan Catalunya), namun Pedrosa belum mampu mengejar perolehan nilai Stoner. Apalagi, ia sempat tercecer di barisan belakang serta tidak menyelesaikan balapan di beberapa seri.
Musim ini, Pedrosa juga kembali menerima tantangan dari musuh bebuyutannya di kelas 250cc dulu, Jorge Lorenzo. Penampilan Lorenzo segera menarik perhatian para penggemar MotoGP. Betapa tidak, pembalap berpostur mungil itu berhasil menggondol gelar juara perdananya pada seri ketiga, yakni GP Portugal di Estoril. Gaya balapnya yang lincah dan agresif sedikit banyak menyerupai rekan setimnya, Valentino Rossi.
Sayang, beberapa kecelakaan yang dialaminya membuat penampilan Lorenzo anjlok di tengah musim. Namun, Lorenzo masih sanggup menutup musim di peringkat empat sekaligus dinobatkan sebagai Pendatang Baru Terbaik.
Keberhasilan Lorenzo menyabet gelar tersebut tak ayal menjadikan Yamaha sebagai pabrikan tersukses pada MotoGP 2008. Yamaha memborong tiga gelar sekaligus: Juara Dunia MotoGP 2008 (Valentino Rossi), Rookie of The Year (Jorge Lorenzo), dan Konstruktor Terbaik. (*)
Tidak berlebihan jika musim 2008 disebut sebagai tahun milik Rossi. Setelah kehilangan gelar juara dunianya selama dua tahun berturut-turut, pembalap kelahiran Urbino, Italia itu sukses menggondol kembali mahkota juaranya. ?~A king return to its throne', demikian slogan yang tertulis pada siaran GP Valencia yang menjadi seri penutup musim ini.
MotoGP 2008 memulai musimnya dengan penuh gebrakan. Sirkuit Losail, Qatar didapuk menjadi pembuka sekaligus penyelenggara balapan malam atau night race pertama sepanjang perhelatan MotoGP. Langkah tersebut tak lain dimaksudkan untuk meningkatkan antusiasme para pecinta MotoGP menyambut musim 2008 ini. Juara dunia musim lalu, Casey Stoner, keluar sebagai juara pada balapan bersejarah ini.
Selain menampilkan balapan malam untuk pertama kalinya, musim ini MotoGP juga memperkenalkan sirkuit baru dalam agendanya, yakni Motor Speedway di Indianapolis, Amerika Serikat. Sayang, balapan akhirnya harus berhenti di tengah jalan akibat badai tropis Ike yang melanda daerah midwest AS. Namun, Valentino Rossi berhasil mencatatkan namanya sebagai juara sekaligus peraih pole position MotoGP pertama di sirkuit ini.
Penambahan sirkuit yang biasanya hanya digunakan untuk balap mobil Indy 500 ini menunjukkan betapa animo MotoGP mulai merasuki masyarakat Negeri Paman Sam itu. Bahkan, aktor papan atas Hollywood seperti Brad Pitt dan Tom Cruise juga sempat terlihat menyaksikan aksi Valentino Rossi dkk pada dua seri terpisah.
Bukan hanya sirkuit baru, MotoGP 2008 juga kedatangan empat pembalap yang baru. Mereka adalah Joge Lorenzo yang menjadi juara dunia di kelas 250cc musim lalu, Alex De Angelis, Andrea Dovizioso, serta juara World Superbike 2007 James Toseland.
Lorenzo langsung diplot sebagai rekan setim Rossi di Fiat Yamaha. Sedangkan De Angelis dipercaya mendampingi Shinya Nakano di tim Honda Gresini dan Dovizioso bergabung dengan tim JiR Honda. Toseland sendiri menjadi partner Colin Edwards di tim Yamaha Tech 3.
Perhatian publik masih tetap terpusat pada persaingan antara Rossi dan Stoner. Musim lalu Stoner sukses mempecundangi Rossi habis-habisan. Para pendukung The Doctor pun menanti-nanti apakah pembalap kesayangan mereka mampu membalaskan dendamnya di musim ini.
Apalagi, Rossi memutuskan beralih dari penggunaan ban Michelin menjadi Bridgestone, ban yang sama dengan Stoner. Para fans Rossi berharap langkah ini mampu membuat motor M1 nya lebih bersaing dengan keperkasaan Desmosedici Stoner.
Ternyata, keputusan kontroversial The Doctor beralih ke Bridgestone terbukti menjadi faktor penentu kebangkitannya di musim ini. Tidak ada lagi cerita dimana pembalap 29 tahun itu gagal menyelesaikan lomba gara-gara kinerja ban yang tidak maksimal.
Dari total 18 seri, Rossi berhasil finish di tempat pertama sebanyak sembilan kali. Selain itu, ia juga sukses naik podium sebanyak 16 kali. Meski tidak berhasil menyamai rekornya di musim 2005 (11 kali juara), namun ini tentunya menjadi jawaban Rossi terhadap kritik yang menyebut bahwa masa kejayaannya telah berakhir.
Persaingan antara Rossi dan Stoner mencapai puncaknya pada GP AS di Laguna Seca. Hampir semua penikmat MotoGP pasti setuju jika seri ini ditasbihkan sebagai balapan terpanas sepanjang musim 2008. Publik AS menjadi saksi kehebatan Rossi dan Stoner. Keduanya seolah membalap di arena yang berbeda dan melesat jauh di depan pembalap lainnya hingga selisih waktu 17 detik. Aksi saling salip pun tak terhindarkan.
Pada akhirnya, Rossi keluar sebagai juara pertama setelah Stoner keluar lintasan dan terjatuh beberapa lap menjelang akhir balapan. Aksi agresif serta manuver-manuver nekat The Doctor ternyata memancing kritik Stoner. Stoner mengklaim Rossi melakukan balapan dengan kotor dan menganggap beberapa manuver pembalap Yamaha itu sempat membahayakan dirinya.
Namun, terlepas dari itu, seri Laguna Seca seolah menjadi titik kulminasi yang berbeda bagi Stoner dan Rossi. Jika Rossi terus tampil gemilang dengan berturut-turut menjuarai empat seri berikutnya, tidak demikian halnya dengan Stoner. Pembalap Ducati itu gagal menyelesaikan balapan di Brno, Rep. Ceska serta San Marino karena terjatuh kala memimpin lomba. Belakangan diketahui, menurunnya performa Stoner sebagian disebabkan kambuhnya cedera lama pada pergelangan tangannya.
Kegagalan Stoner menyelesaikan dua seri berturut-turut tentu berdampak positif bagi The Doctor. Ia pun merengkuh gelar juara dunia kedelapannya pada GP Jepang di Motegi setelah finish di tempat pertama. Kendati demikian, para pendukung Stoner tak perlu terlalu bersedih. Pembalap 23 tahun itu masih menjadi pesaing terdekat Rossi dengan menjadi juara kedua musim ini.
Sementara itu, Dani Pedrosa yang menjadi juara dua musim lalu harus puas berada di tempat ketiga. Meski cukup rajin naik podium dan sukses menyabet gelar juara di kampung halamannya (Jerez dan Catalunya), namun Pedrosa belum mampu mengejar perolehan nilai Stoner. Apalagi, ia sempat tercecer di barisan belakang serta tidak menyelesaikan balapan di beberapa seri.
Musim ini, Pedrosa juga kembali menerima tantangan dari musuh bebuyutannya di kelas 250cc dulu, Jorge Lorenzo. Penampilan Lorenzo segera menarik perhatian para penggemar MotoGP. Betapa tidak, pembalap berpostur mungil itu berhasil menggondol gelar juara perdananya pada seri ketiga, yakni GP Portugal di Estoril. Gaya balapnya yang lincah dan agresif sedikit banyak menyerupai rekan setimnya, Valentino Rossi.
Sayang, beberapa kecelakaan yang dialaminya membuat penampilan Lorenzo anjlok di tengah musim. Namun, Lorenzo masih sanggup menutup musim di peringkat empat sekaligus dinobatkan sebagai Pendatang Baru Terbaik.
Keberhasilan Lorenzo menyabet gelar tersebut tak ayal menjadikan Yamaha sebagai pabrikan tersukses pada MotoGP 2008. Yamaha memborong tiga gelar sekaligus: Juara Dunia MotoGP 2008 (Valentino Rossi), Rookie of The Year (Jorge Lorenzo), dan Konstruktor Terbaik. (*)
The Conquerors Create History
KOMPETISI balap jet darat Formula One (F1) musim 2008 memberikan banyak kejutan. Mengejar ketertinggalan pada dua lap terakhir, seorang pembalap fenomenal yang finish di posisi kelima Grand Prix dan beberapa kali dikenai penalti berhasil menjadi juara dunia F1.
Musim ini, F1 melahirkan seorang juara baru, Lewis Hamilton. Pembalap muda McLaren ini dinobatkan sebagai jawara F1 musim 2008, 2 November 2008. Bukan sekadar juara, pembalap asal Inggris 23 tahun tersebut tercatat sebagai juara dunia termuda dalam sejarah F1.
Fenomena jejak juara Hamilton bukan tanpa celah. Juga tidak mudah. Kemenangannya di laga kompetisi balap mobil supercepat ini memang dinantikan. Mahkota juara bukan hanya utang setelah gagal merebut gelar juara, musim 2007, tahun pertamanya berkarir di F1. Gelar ini menjadi sebuah prestise bagi satu-satunya pembalap kulit berwarna (kulit hitam) pertama yang mencicipi balapan kelas atas.
Tak heran, kemenangan Hamilton kemudian diwarnai sentimen rasis. Fans fanatik F1 menyerang The Briton melalui pesan rasial di situs internet dan menyebutnya "monyet". Meski demikian, Hamilton memilih tenang. Karena dalam kondisi apapun, gelar juaranya tak mungkin ditarik kembali.
Konfrontasi anti-Hamilton bukan hanya muncul menjelang selebrasinya di Grand Prix Brasil, November. Pemuda yang sewaktu kecil pernah melontarkan hasrat menjadi juara F1 itu juga mengalami perlakuan tidak menyenangkan di Barcelona, Februari lalu. Nahas, kejutan negatif untuk Hamilton, saat itu, bertepatan dengan kampanye FIA terkait isu anti-rasis.
Hamilton tidak hanya fenomenal, tapi juga sensasional. Tahun lalu, kekasih vokalis Pussycat Dolls Nicole Scherzinger itu sempat mendapat cercaan. Penyebabnya, baru enam bulan turun laga di ajang balap F1, Hamilton dinilai berani dengan meluncurkan biografi "My Story". Tahun ini, belum genap dua pekan menggenggam atribut juara dunia F1, up-grade "My Story" dalam kemasan hard-cover diluncurkan di pasaran.
Bukan hanya Hamilton yang berstatus pemenang, musim ini. Pembalap debutan Scuderia Toro Rosso (STR) Sebastian Vettel tak kalah mencatatkan nama dalam sejarah balap F1. Mengejutkan! Vettel berhasil menjadi juara Grand Prix Italia di Monza, 14 September silam.
Ini jelas membuat skuad utama Red Bull Racing kebakaran jenggot. Betapa tidak, STR, tim karbitan dengan pembalap debutan muda bisa menang laga Grand Prix yang kebanyakan dikuasai pembalap dan tim papan atas.
Pembalap Jerman yang masih berusia 21 tahun itu disebut-sebut sebagai regenerasi juara. Banyak pihak mengharapkan, suatu hari "si anak ajaib" Vettel akan menandingi rekor yang pernah ditorehkan oleh rekan senegaranya, mantan pembalap Ferrari Michael Schumacher.
Dibanding dua pembalap muda di atas, pembalap Scuderia Ferrari Felipe Massa tak kalah bermental juara. Massa memang belum menorehkan nama besarnya dalam jajaran jawara F1 setelah kembali menuai kegagalan musim ini. Kendati harus puas dengan peringkat dua klasemen F1, pembalap Brasil 26 tahun kemudian dikenal sebagai juara di hati fans dan skuad.
Massa pun memenangi Grand Prix terbanyak musim ini, unggul satu GP dibanding Hamilton yang mengecap lima podium.
Massa menjadi kebanggaan skuad Kuda Jingkrak setelah menunjukkan sportivitas, menerima kekalahan dari Hamilton di Sirkuit Interlagos. Praktis, sikap mental pembalap yang mencicipi Grand Prix pertamanya musim 2002 silam itu mendapat penghargaan istimewa dari presiden tim, Luca di Montezemolo beserta tim.
Di kubu Ferrari, terselip nama juara dunia F1 2007 Kimi Raikkonen. Sayang, musim ini Raikkonen tak banyak unjuk gigi. Gagal di banyak GP membuatnya jadi bayang-bayang pembalap jagoan skuad merah Italia.
Pembalap Finlandia ini pun terpaksa menyerah dalam perebutan mahkota juara dunia 2008 dan harus siap menjadi tumbal Massa di setiap gelaran laga Grand Prix.
Meski ikhlas jadi yang kedua, Raikkonen tetap menjalankan tugas tim dengan baik: membantu Massa meraih gelar juara untuk Ferrari. Tampak jelas saat duel maut pada Grand Prix China di Shanghai International Circuit, 19 Oktober lalu. Enam lap menjelang finish, The Iceman rela melambatkan laju dan memberi jalan untuk Massa mengambil posisi di depan, nomor dua setelah Hamilton.
Nama terakhir yang tak bisa disingkirkan adalah Robert Kubica. Pembalap BMW Sauber ini memang tak banyak menggarap prestasi, musim ini. Namun, Kubica mendapat prestise khusus sebagai si kuda hitam.
Tidak pernah diperhitungkan tidak membuat pembalap Polandia itu berkecil hati. Kendati hanya sekali naik podium pada GP Kanada di Montreal, 8 Juni lalu, ternyata skuad papan atas termasuk Ferrari dan McLaren menilai Kubica sebagai pembalap berbahaya.
Kubica memang sukses menjadi ancaman beberapa pembalap lain di trek. Apalagi, di beberapa GP terakhir, Kubica justru terlihat semakin kuat dan garang di lintasan. Tak heran, pembalap 24 tahun ini bisa bertahan di posisi ketiga klasemen pembalap hingga beberapa pekan; sebelum peringkat itu diambil alih Kimi Raikkonen yang mengantongi poin sama, 75.
Please Welcome, First Night-Racing Ever
Sirkuit jalan raya 5.067 kilometer Marina Bay, Singapura, menjadi venue pertama dalam sejarah panjang perjalanan Formula One (F1) sebagai gelaran tunggal balapan malam Grand Prix.
Ya, 27 September 2008 lalu pembalap F1 disuguhi fenomena menarik; laga balap jet darat supercepat di bawah 1.500 sorot lampu dan aplikasi DigiFlag (bendera digital) pertama di arena F1.
Balapan malam kali pertama digelar ini sempat menuai banyak komentar. Layaknya sirkuit jalan raya Valencia dan Monaco, Marina Bay menghadirkan keunikan tersendiri. Perbedaan waktu antara Eropa dan Asia, venue berliku penuh tikungan tajam dan kondisi trek yang bergelombang membuat banyak pihak mempertanyakan jaminan keselamatan pembalap. Belum lagi prediksi hujan yang membuat pembalap mengkhawatirkan jalannya duel tersebut.
Sebagaimana diperkirakan, Marina Bay menuai korban. Selain pembalap Renault Nelson Piquet Jr dan Adrian Sutil dari Force India, Ferrari pun kehilangan laju dua pembalap utamanya. Impian Felipe Massa memenangi balapan malam pertama ini kandas setelah diterpa masalah pitstop; selang bahan bakar masih menempel di F2008 saat Massa hendak meninggalkan pitstop.
Menyerah pada Massa, skuad Tim Merah Italia itu ternyata gagal pula menggantungkan harapan pada Kimi Raikkonen. Mengira jalannya mulus, Kimi melaju kencang hingga tidak dapat mengendalikan mobilnya. Praktis, The Finn menabrak dinding pembatas lintasan, empat lap sebelum balapan berakhir.
Pembalap Renault Fernando Alonso yang sejak awal laga sempat beberapa kali menjadi yang terdepan pun akhirnya menjadi juara dengan aplikasi tipe ban compound super-soft. El Nano kemudian mengulang tradisi juara pada Grand Prix berikutnya di Jepang dengan menaklukkan Sirkuit Fuji Speedway, di mana tak seorang pembalap pun mengenal venue berdarah ini. Ya, Fuji Speedway pernah menelan dua korban pada 1977, kali terakhir sirkuit itu digunakan.
Time to Say Goodbye?
Kompetisi balap jet darat Formula One musim 2008 juga memberi kejutan buruk. Ya, dengan alasan ambruknya kondisi finansial, Tim Super Aguri gulung tikar, 6 Juni lalu. Praktis, dua pembalapnya Takuma Sato dan Anthony Davidson terlantar.
Keluarnya Super Aguri membuat F1 melalui musim ini dengan 10 tim saja. Kendati demikian, tidak satu pihak pun bakal tahu ada yang mengikuti jejak Aguri setelah musim 2008 menentukan juaranya.
Mengejutkan! Honda Racing secara resmi menyatakan keluar dari ajang balap bergengsi tingkat dunia, 5 Desember kemarin. Alasannya pun tak jauh beda, bangkrut. Hanya saja, kendati menderita kerugian jutaan dollar setelah dinilai terlalu boros merancang anggaran sepanjang musim 2008, Honda Racing masih bisa bersembunyi di balik kedok terkena imbas krisis keuangan global.
Pihak Honda Racing sempat menyatakan, mereka akan tetap bersama F1, dengan satu syarat. Ada pihak yang mau membeli Honda, sekaligus membayar utang-utangnya. Maka sekarang, baik Honda maupun dua pembalapnya terpaksa rehat dan menunggu keajaiban. (*)
Musim ini, F1 melahirkan seorang juara baru, Lewis Hamilton. Pembalap muda McLaren ini dinobatkan sebagai jawara F1 musim 2008, 2 November 2008. Bukan sekadar juara, pembalap asal Inggris 23 tahun tersebut tercatat sebagai juara dunia termuda dalam sejarah F1.
Fenomena jejak juara Hamilton bukan tanpa celah. Juga tidak mudah. Kemenangannya di laga kompetisi balap mobil supercepat ini memang dinantikan. Mahkota juara bukan hanya utang setelah gagal merebut gelar juara, musim 2007, tahun pertamanya berkarir di F1. Gelar ini menjadi sebuah prestise bagi satu-satunya pembalap kulit berwarna (kulit hitam) pertama yang mencicipi balapan kelas atas.
Tak heran, kemenangan Hamilton kemudian diwarnai sentimen rasis. Fans fanatik F1 menyerang The Briton melalui pesan rasial di situs internet dan menyebutnya "monyet". Meski demikian, Hamilton memilih tenang. Karena dalam kondisi apapun, gelar juaranya tak mungkin ditarik kembali.
Konfrontasi anti-Hamilton bukan hanya muncul menjelang selebrasinya di Grand Prix Brasil, November. Pemuda yang sewaktu kecil pernah melontarkan hasrat menjadi juara F1 itu juga mengalami perlakuan tidak menyenangkan di Barcelona, Februari lalu. Nahas, kejutan negatif untuk Hamilton, saat itu, bertepatan dengan kampanye FIA terkait isu anti-rasis.
Hamilton tidak hanya fenomenal, tapi juga sensasional. Tahun lalu, kekasih vokalis Pussycat Dolls Nicole Scherzinger itu sempat mendapat cercaan. Penyebabnya, baru enam bulan turun laga di ajang balap F1, Hamilton dinilai berani dengan meluncurkan biografi "My Story". Tahun ini, belum genap dua pekan menggenggam atribut juara dunia F1, up-grade "My Story" dalam kemasan hard-cover diluncurkan di pasaran.
Bukan hanya Hamilton yang berstatus pemenang, musim ini. Pembalap debutan Scuderia Toro Rosso (STR) Sebastian Vettel tak kalah mencatatkan nama dalam sejarah balap F1. Mengejutkan! Vettel berhasil menjadi juara Grand Prix Italia di Monza, 14 September silam.
Ini jelas membuat skuad utama Red Bull Racing kebakaran jenggot. Betapa tidak, STR, tim karbitan dengan pembalap debutan muda bisa menang laga Grand Prix yang kebanyakan dikuasai pembalap dan tim papan atas.
Pembalap Jerman yang masih berusia 21 tahun itu disebut-sebut sebagai regenerasi juara. Banyak pihak mengharapkan, suatu hari "si anak ajaib" Vettel akan menandingi rekor yang pernah ditorehkan oleh rekan senegaranya, mantan pembalap Ferrari Michael Schumacher.
Dibanding dua pembalap muda di atas, pembalap Scuderia Ferrari Felipe Massa tak kalah bermental juara. Massa memang belum menorehkan nama besarnya dalam jajaran jawara F1 setelah kembali menuai kegagalan musim ini. Kendati harus puas dengan peringkat dua klasemen F1, pembalap Brasil 26 tahun kemudian dikenal sebagai juara di hati fans dan skuad.
Massa pun memenangi Grand Prix terbanyak musim ini, unggul satu GP dibanding Hamilton yang mengecap lima podium.
Massa menjadi kebanggaan skuad Kuda Jingkrak setelah menunjukkan sportivitas, menerima kekalahan dari Hamilton di Sirkuit Interlagos. Praktis, sikap mental pembalap yang mencicipi Grand Prix pertamanya musim 2002 silam itu mendapat penghargaan istimewa dari presiden tim, Luca di Montezemolo beserta tim.
Di kubu Ferrari, terselip nama juara dunia F1 2007 Kimi Raikkonen. Sayang, musim ini Raikkonen tak banyak unjuk gigi. Gagal di banyak GP membuatnya jadi bayang-bayang pembalap jagoan skuad merah Italia.
Pembalap Finlandia ini pun terpaksa menyerah dalam perebutan mahkota juara dunia 2008 dan harus siap menjadi tumbal Massa di setiap gelaran laga Grand Prix.
Meski ikhlas jadi yang kedua, Raikkonen tetap menjalankan tugas tim dengan baik: membantu Massa meraih gelar juara untuk Ferrari. Tampak jelas saat duel maut pada Grand Prix China di Shanghai International Circuit, 19 Oktober lalu. Enam lap menjelang finish, The Iceman rela melambatkan laju dan memberi jalan untuk Massa mengambil posisi di depan, nomor dua setelah Hamilton.
Nama terakhir yang tak bisa disingkirkan adalah Robert Kubica. Pembalap BMW Sauber ini memang tak banyak menggarap prestasi, musim ini. Namun, Kubica mendapat prestise khusus sebagai si kuda hitam.
Tidak pernah diperhitungkan tidak membuat pembalap Polandia itu berkecil hati. Kendati hanya sekali naik podium pada GP Kanada di Montreal, 8 Juni lalu, ternyata skuad papan atas termasuk Ferrari dan McLaren menilai Kubica sebagai pembalap berbahaya.
Kubica memang sukses menjadi ancaman beberapa pembalap lain di trek. Apalagi, di beberapa GP terakhir, Kubica justru terlihat semakin kuat dan garang di lintasan. Tak heran, pembalap 24 tahun ini bisa bertahan di posisi ketiga klasemen pembalap hingga beberapa pekan; sebelum peringkat itu diambil alih Kimi Raikkonen yang mengantongi poin sama, 75.
Please Welcome, First Night-Racing Ever
Sirkuit jalan raya 5.067 kilometer Marina Bay, Singapura, menjadi venue pertama dalam sejarah panjang perjalanan Formula One (F1) sebagai gelaran tunggal balapan malam Grand Prix.
Ya, 27 September 2008 lalu pembalap F1 disuguhi fenomena menarik; laga balap jet darat supercepat di bawah 1.500 sorot lampu dan aplikasi DigiFlag (bendera digital) pertama di arena F1.
Balapan malam kali pertama digelar ini sempat menuai banyak komentar. Layaknya sirkuit jalan raya Valencia dan Monaco, Marina Bay menghadirkan keunikan tersendiri. Perbedaan waktu antara Eropa dan Asia, venue berliku penuh tikungan tajam dan kondisi trek yang bergelombang membuat banyak pihak mempertanyakan jaminan keselamatan pembalap. Belum lagi prediksi hujan yang membuat pembalap mengkhawatirkan jalannya duel tersebut.
Sebagaimana diperkirakan, Marina Bay menuai korban. Selain pembalap Renault Nelson Piquet Jr dan Adrian Sutil dari Force India, Ferrari pun kehilangan laju dua pembalap utamanya. Impian Felipe Massa memenangi balapan malam pertama ini kandas setelah diterpa masalah pitstop; selang bahan bakar masih menempel di F2008 saat Massa hendak meninggalkan pitstop.
Menyerah pada Massa, skuad Tim Merah Italia itu ternyata gagal pula menggantungkan harapan pada Kimi Raikkonen. Mengira jalannya mulus, Kimi melaju kencang hingga tidak dapat mengendalikan mobilnya. Praktis, The Finn menabrak dinding pembatas lintasan, empat lap sebelum balapan berakhir.
Pembalap Renault Fernando Alonso yang sejak awal laga sempat beberapa kali menjadi yang terdepan pun akhirnya menjadi juara dengan aplikasi tipe ban compound super-soft. El Nano kemudian mengulang tradisi juara pada Grand Prix berikutnya di Jepang dengan menaklukkan Sirkuit Fuji Speedway, di mana tak seorang pembalap pun mengenal venue berdarah ini. Ya, Fuji Speedway pernah menelan dua korban pada 1977, kali terakhir sirkuit itu digunakan.
Time to Say Goodbye?
Kompetisi balap jet darat Formula One musim 2008 juga memberi kejutan buruk. Ya, dengan alasan ambruknya kondisi finansial, Tim Super Aguri gulung tikar, 6 Juni lalu. Praktis, dua pembalapnya Takuma Sato dan Anthony Davidson terlantar.
Keluarnya Super Aguri membuat F1 melalui musim ini dengan 10 tim saja. Kendati demikian, tidak satu pihak pun bakal tahu ada yang mengikuti jejak Aguri setelah musim 2008 menentukan juaranya.
Mengejutkan! Honda Racing secara resmi menyatakan keluar dari ajang balap bergengsi tingkat dunia, 5 Desember kemarin. Alasannya pun tak jauh beda, bangkrut. Hanya saja, kendati menderita kerugian jutaan dollar setelah dinilai terlalu boros merancang anggaran sepanjang musim 2008, Honda Racing masih bisa bersembunyi di balik kedok terkena imbas krisis keuangan global.
Pihak Honda Racing sempat menyatakan, mereka akan tetap bersama F1, dengan satu syarat. Ada pihak yang mau membeli Honda, sekaligus membayar utang-utangnya. Maka sekarang, baik Honda maupun dua pembalapnya terpaksa rehat dan menunggu keajaiban. (*)
NTT Kehilangan Roh Pendidikan
Sunda Kecil 50 Tahun Berlalu (3)
Oleh Damianus Ola dan Dion DB Putra
NTT punya kisah membanggakan di saat masih bersama Bali dan NTT bergabung dalam Propinsi Sunda Kecil, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Dua bulan sebelum RA Kartini lahir, di Flores (Larantuka) sudah ada sekolah perempuan yang didirikan para suster OSF (Fransiskanes).
Dengan mengacu pada buku yang ditulisnya, Sejarah Persekolahan di Flores (Penerbit Ledalero, 2008), Romo Eduard Jebarus, Pr berkisah tentang kemajuan pendidikan kala itu. Perkembangan persekolahan kala itu dirintis Misi dan Zending karena disadari sekolah merupakan alat paling efektif untuk memajukan masyarakat dan menyebarkan agama (Katolik dan Protestan).
Bekerja sama dengan pemerintah (penjajah), Mizi dan Zending berhasil menancapkan tonggak bersejarah
pengembangan pendidikan kala itu dengan membentuk Organisasi Sekolah Katolik Roma Flores pada 1 Mei 1911. Disusul penandatanganan Flores-Soemba Regeling (1913 dan disempurnakan lagi tahun 1915) dan Timor Regeling (1916). Ketetapan-ketetapan itu antara lain mengatur soal subsidi pemerintah, hak dan kewajiban para pihak, pengawasan, dan sebagainya.
Sejak saat itu jumlah sekolah meningkat cepat dalam jenis dan jenjangnya. Tahun 1915, Misi mencatat ada 28 sekolah desa (SD), meningkat menjadi 298 SD pada tahun 1932 dengan jumlah guru 523 orang dan 26.377 murid.
Dengan menggunakan patokan Residen Timor AJL Couvreur (1 sekolah per 1.000 penduduk), jumlah SD di Flores semestinya 624. Meski baru terpenuhi sekitar 40 persen, namun sesuai data pemerintah (1938), Flores jauh lebih baik dibandingkan dengan Timor, Sumba, bahkan Bali dan NTB. Sebab perbandingan jumlah SD dengan penduduk saat itu, di Flores 1:2.800, Sumba- Sumbawa 1:3.000, Timor 1:3.600, Bali Utara 1:5.900, Bali Selatan 1:7.400, Lombok bahkan satu sekolah berbanding 11.200 penduduk.
Sempat merosot di tahun 1930-an, pekembangan pendidikan di NTT kembali bangkit pada masa-masa sesudah kemerdekaan. Dua dekade awal pasca- kemerdekaan, Mizi dan Sending "masih" amat menentukan jalannya persekolahan di NTT. NTT bahkan sudah memiliki sistem yang andal dalam hal persiapan tenaga guru, misalnya dengan berdirinya SGB (Sekolah Guru Bawah), SGA (Sekolah Guru Atas), SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Di sekolah-sekolah seperti ini, SDM guru benar-benar dipersiapkan dengan begitu fokus, soal kurikulum, soal paedagogik.
Harus diakui, sekolah-sekolah guru era itu merahim- lahirkan guru-guru yang berkualitas. Dan dari tempaan tangan guru-guru era itu, lahir generasi NTT yang berkibar di tingkat nasional. Sebut misal Drs. Frans Seda, ekonom berpengaruh yang beberapa kali menjabat sebagai menteri. Juga Prof. Dr. WZ Johannes, Prof Tobi Mutis, Dr. Goris Keraf dan masih banyak lagi anak-anak NTT yang punya nama. Berkat pendidikan dan pengajaran yang bermutu, anak-anak NTT tanpa kesulitan melanjutkan pendidikan di Jawa, bahkan ke negara-negara di Eropa.
Dengan tempaan guru yang keras bahkan rada kasar, lahir generasi-generari yang tidak hanya "berotak- berilmu", tetapi juga berakhlak mulia; kondisi yang (hampir?) berbanding terbalik dengan situasi saat ini. Guru-guru tidak mengenal anak didiknya dengan baik. Begitu pun sebaliknya, anak-anak didik hanya menghormati guru-gurunya di sekolah. Bertemu guru di jalan, jangankan disalami, ditegur pun enggan. Berpapasan dengan orang yang lebih tua pun, anak- anak sekolah tak lagi peduli apakah perlu mengucapkan "permisi", "selamat pagi" , "selamat sore" .
***
Orde Baru "memproduk kemajuan" dengan mendirikan begitu banyak sekolah. Intervensi pemerintah begitu kuat dengan urusan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana prasarana dan dana. Sekolah-sekolah swasta mulai goyah, bahkan mengalami disorientasi ketika pemerintah masuk mencampuri. Energi pendidikan dan pengajaran diarahkan sekuat-kuatnya untuk mencapai tingkat kelululusan mata pelajaran-mata pelajaran tertentu yang resmi ditentukan pemerintah pusat. Guru- guru yang berhadapan dengan anak didiknya selama bertahun-tahun, tidak diberikan kewenangan untuk menentukan kelulusan anak didiknya. Kelulusan anak didik ditentukan oleh pemeirntah yang tidak pernah sekalipun bertatap muka dengan anak didik di sekolah.
Romo Eduard mencatat beberapa hal terkait kemerosotan pendidikan di NTT. Pertama, kemerosotan pendidikan terjadi ketika pemerintah (pusat) mulai mengintervensi pengembangan pendidikan wilayah. Pendidikan bersifat sentralistik yang mengabaikan ciri khas, potensi dan kepentingan lokal. Pemerintah mengambil hampir semuanya peran lembaga swasta pemilik sekolah yang mempunyai kepentingan yang baik dan sah atas sekolah-sekolah yang didirikannya.
Kedua, para pelaku pendidikan kita masih "sakit struktur" dan "sakit disorientasi", kreativitas mati, lemah inisiatif dan tidak ada kekhasan yang tampak. Sekolah-sekolah sebagai tempat persemaian, pertumbuhan dan kekuatan nilai-nilai (sekolah berlatar agama dan budaya) mengalami erosi nilai dan digerogoti "penyakit nasional" seperti korupsi, asal bapa senang, hipokrit, manipulasi dan tidak memiliki daya saing. Ibarat orang yang sepi di tengah keramaian, demikianlah paradoks dunia pendidikan di NTT; merosot di tengah-tengah kebijakan dan program peningkatan mutu pendidikan nasional.
Ketiga, sistem perbantuan yang diterapkan pemerintah nyatanya mengabaikan hak lembaga pendidikan swasta, melemahkan fungsi pengawasan yayasan, menyuburkan ketergantungan para pelaku pendidikan kepada pemerintah. Maka sekolah kemudian tidak lagi menjadi salah satu sumber penguat kebudayaan dan memberi ciri khas yang bermartabat, tetapi menjadi tempat dagang dan dituding sebagai penyebab kemerosotan nilai.
NTT telah kehilangan roh pendidikan. Nyaris kehilangan ciri khasnya. Perlu transformasi pendidikan dimana hal- hal ideal dari masa lalu dikembangkan dalam kemasan modern. Di titik ini, menurut Romo Eduard, pemerintah mutlak memback-up revitalisasi peran institusi-institusi swasta. Peraturan daerah, rasanya sangat urgen untuk mengakomodir peran dan hak swasta, mengakomodir ciri lokal dan nilai-nilai positif masa lalu. (habis)
Oleh Damianus Ola dan Dion DB Putra
NTT punya kisah membanggakan di saat masih bersama Bali dan NTT bergabung dalam Propinsi Sunda Kecil, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Dua bulan sebelum RA Kartini lahir, di Flores (Larantuka) sudah ada sekolah perempuan yang didirikan para suster OSF (Fransiskanes).
Dengan mengacu pada buku yang ditulisnya, Sejarah Persekolahan di Flores (Penerbit Ledalero, 2008), Romo Eduard Jebarus, Pr berkisah tentang kemajuan pendidikan kala itu. Perkembangan persekolahan kala itu dirintis Misi dan Zending karena disadari sekolah merupakan alat paling efektif untuk memajukan masyarakat dan menyebarkan agama (Katolik dan Protestan).
Bekerja sama dengan pemerintah (penjajah), Mizi dan Zending berhasil menancapkan tonggak bersejarah
pengembangan pendidikan kala itu dengan membentuk Organisasi Sekolah Katolik Roma Flores pada 1 Mei 1911. Disusul penandatanganan Flores-Soemba Regeling (1913 dan disempurnakan lagi tahun 1915) dan Timor Regeling (1916). Ketetapan-ketetapan itu antara lain mengatur soal subsidi pemerintah, hak dan kewajiban para pihak, pengawasan, dan sebagainya.
Sejak saat itu jumlah sekolah meningkat cepat dalam jenis dan jenjangnya. Tahun 1915, Misi mencatat ada 28 sekolah desa (SD), meningkat menjadi 298 SD pada tahun 1932 dengan jumlah guru 523 orang dan 26.377 murid.
Dengan menggunakan patokan Residen Timor AJL Couvreur (1 sekolah per 1.000 penduduk), jumlah SD di Flores semestinya 624. Meski baru terpenuhi sekitar 40 persen, namun sesuai data pemerintah (1938), Flores jauh lebih baik dibandingkan dengan Timor, Sumba, bahkan Bali dan NTB. Sebab perbandingan jumlah SD dengan penduduk saat itu, di Flores 1:2.800, Sumba- Sumbawa 1:3.000, Timor 1:3.600, Bali Utara 1:5.900, Bali Selatan 1:7.400, Lombok bahkan satu sekolah berbanding 11.200 penduduk.
Sempat merosot di tahun 1930-an, pekembangan pendidikan di NTT kembali bangkit pada masa-masa sesudah kemerdekaan. Dua dekade awal pasca- kemerdekaan, Mizi dan Sending "masih" amat menentukan jalannya persekolahan di NTT. NTT bahkan sudah memiliki sistem yang andal dalam hal persiapan tenaga guru, misalnya dengan berdirinya SGB (Sekolah Guru Bawah), SGA (Sekolah Guru Atas), SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Di sekolah-sekolah seperti ini, SDM guru benar-benar dipersiapkan dengan begitu fokus, soal kurikulum, soal paedagogik.
Harus diakui, sekolah-sekolah guru era itu merahim- lahirkan guru-guru yang berkualitas. Dan dari tempaan tangan guru-guru era itu, lahir generasi NTT yang berkibar di tingkat nasional. Sebut misal Drs. Frans Seda, ekonom berpengaruh yang beberapa kali menjabat sebagai menteri. Juga Prof. Dr. WZ Johannes, Prof Tobi Mutis, Dr. Goris Keraf dan masih banyak lagi anak-anak NTT yang punya nama. Berkat pendidikan dan pengajaran yang bermutu, anak-anak NTT tanpa kesulitan melanjutkan pendidikan di Jawa, bahkan ke negara-negara di Eropa.
Dengan tempaan guru yang keras bahkan rada kasar, lahir generasi-generari yang tidak hanya "berotak- berilmu", tetapi juga berakhlak mulia; kondisi yang (hampir?) berbanding terbalik dengan situasi saat ini. Guru-guru tidak mengenal anak didiknya dengan baik. Begitu pun sebaliknya, anak-anak didik hanya menghormati guru-gurunya di sekolah. Bertemu guru di jalan, jangankan disalami, ditegur pun enggan. Berpapasan dengan orang yang lebih tua pun, anak- anak sekolah tak lagi peduli apakah perlu mengucapkan "permisi", "selamat pagi" , "selamat sore" .
***
Orde Baru "memproduk kemajuan" dengan mendirikan begitu banyak sekolah. Intervensi pemerintah begitu kuat dengan urusan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana prasarana dan dana. Sekolah-sekolah swasta mulai goyah, bahkan mengalami disorientasi ketika pemerintah masuk mencampuri. Energi pendidikan dan pengajaran diarahkan sekuat-kuatnya untuk mencapai tingkat kelululusan mata pelajaran-mata pelajaran tertentu yang resmi ditentukan pemerintah pusat. Guru- guru yang berhadapan dengan anak didiknya selama bertahun-tahun, tidak diberikan kewenangan untuk menentukan kelulusan anak didiknya. Kelulusan anak didik ditentukan oleh pemeirntah yang tidak pernah sekalipun bertatap muka dengan anak didik di sekolah.
Romo Eduard mencatat beberapa hal terkait kemerosotan pendidikan di NTT. Pertama, kemerosotan pendidikan terjadi ketika pemerintah (pusat) mulai mengintervensi pengembangan pendidikan wilayah. Pendidikan bersifat sentralistik yang mengabaikan ciri khas, potensi dan kepentingan lokal. Pemerintah mengambil hampir semuanya peran lembaga swasta pemilik sekolah yang mempunyai kepentingan yang baik dan sah atas sekolah-sekolah yang didirikannya.
Kedua, para pelaku pendidikan kita masih "sakit struktur" dan "sakit disorientasi", kreativitas mati, lemah inisiatif dan tidak ada kekhasan yang tampak. Sekolah-sekolah sebagai tempat persemaian, pertumbuhan dan kekuatan nilai-nilai (sekolah berlatar agama dan budaya) mengalami erosi nilai dan digerogoti "penyakit nasional" seperti korupsi, asal bapa senang, hipokrit, manipulasi dan tidak memiliki daya saing. Ibarat orang yang sepi di tengah keramaian, demikianlah paradoks dunia pendidikan di NTT; merosot di tengah-tengah kebijakan dan program peningkatan mutu pendidikan nasional.
Ketiga, sistem perbantuan yang diterapkan pemerintah nyatanya mengabaikan hak lembaga pendidikan swasta, melemahkan fungsi pengawasan yayasan, menyuburkan ketergantungan para pelaku pendidikan kepada pemerintah. Maka sekolah kemudian tidak lagi menjadi salah satu sumber penguat kebudayaan dan memberi ciri khas yang bermartabat, tetapi menjadi tempat dagang dan dituding sebagai penyebab kemerosotan nilai.
NTT telah kehilangan roh pendidikan. Nyaris kehilangan ciri khasnya. Perlu transformasi pendidikan dimana hal- hal ideal dari masa lalu dikembangkan dalam kemasan modern. Di titik ini, menurut Romo Eduard, pemerintah mutlak memback-up revitalisasi peran institusi-institusi swasta. Peraturan daerah, rasanya sangat urgen untuk mengakomodir peran dan hak swasta, mengakomodir ciri lokal dan nilai-nilai positif masa lalu. (habis)
Curhat
KALI ini beta ingin berbagi tentang curhat. Curahan hati seorang anak muda yang terpilih memimpin wilayah subur tapi tak makmur. Kaya sumber daya alam, namun banyak kaum papa melarat. Di kampung anak muda itu, pertumbuhan ekonomi menjulang langit, tapi rakyat meringis karena busung lapar. Gizi buruk menderu-deru di tengah dolar yang terbang rendah.
Anak muda itu baru beberapa saat yang lalu menikmati jagung bose di beranda rumah besar Flobamora. Bersama kita merayakan Tahun Emas Nusa Tenggara Timur (NTT). Namanya H.M. Zainul Majdi, MA. Di kampung halamannya, anak muda itu populer disapa Tuan Guru Bajang. Dialah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dua hari lalu di Aula El Tari-Kupang menandatangi nota kesepakatan kerja sama Sunda Kecil bersama Gubernur NTT dan Bali. Dengan umur "baru" 36 tahun, Tuan Guru Bajang kini tercatat sebagai gubernur termuda di Indonesia. Dia juga dikenang sebagai ulama pertama yang terpilih menjadi gubernur melalui pilkada langsung.
Seperti kebanyakan orang muda, Tuan Guru Bajang yang dilantik menjadi Gubernur NTB 17 September 2008 bicara apa adanya. Langsung ke pokok soal. Seperti curhat-nya yang terungkap lugas di Dynasty Resort-Kuta, 10 Desember 2008 dalam forum diskusi 50 Tahun Sunda Kecil Berlalu.
Tuan Guru Bajang curhat tentang tambang emas dan tembaga PT Newmont Nusa Tenggara di Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa. "Potensi sumber daya alam NTB luar biasa kaya. Pulau Sumbawa, misalnya, kaya dengan potensi pertambangan. Tapi hati-hati dengan tambang. Jangan mudah tergiur karena belum tentu manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat," kata Tuan Guru Bajang.
Menurut Tuan Guru, pendapatan PT Newmont Nusa Tenggara dalam setahun sekitar Rp 11 triliun. "Anda tahu berapa yang masuk ke NTB? Jumlahnya sekitar Rp 100 miliar. Berapa persen dari total pendapatan Newmont? Sangat kecil. Anggaplah ini curhat, saya kadang merasa kesal juga," kata Gubernur Madji. "Mau bilang apa? Kontrak Karya dengan PT Newmont merupakan kewenangan pemerintah pusat," tambah Madji yang sejak menjabat gubernur langsung menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dalam APBD. Kebiasaan lain gubernur muda itu adalah mendatangi para bupati/walikota untuk rapat kerja. Bukan menganut cara lama mengundang bupati/walikota rapat kerja di Mataram, ibukota Propinsi NTB.
Cucu ulama kharismatis di Lombok, Almagfurullah Syekh TGKH Zainuddin Abdul Majid atau dikenal dengan Tuan Guru Pancor itu juga curhat tentang manfaat langsung Newmont bagi masyarakat Sumbawa.
"Saya tanya kepada masyarakat sekitar tambang tentang manfaatnya. Apa jawab mereka? Sebutir telur pun tidak dibeli Newmont," kata Tuan Guru Bajang mengutip pengakuan penduduk. Menurut Gubernur Madji, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manajemen tambang itu mendatangkan dari luar. Masyarakat sekitar tambang dinilai belum siap memenuhi kebutuhan pangan sesuai standar mereka.
"Saya balik tanya, bukankah Anda (Newmont) ikut bertanggung jawab membina penduduk? Tidak mungkin hal itu semata diserahkan kepada pemerintah daerah," katanya. Kenyataan tersebut menggugah Madji membangun komitmen dengan para bupati di NTB untuk meninjau kembali izin pertambangan yang telah diterbitkan dan butuh prinsip kehati- hatian dalam mengeluarkan izin baru.
Bagi beta, curhat Gubernur Madji adalah kejujuran, sesuatu yang dibutuhkan dari para pemimpin. Sayang sekali, tidak banyak beranda ini.
Curhat Tuan Guru Bajang relevan dengan kondisi Flobamora hari ini. Flobamora yang bernafsu menggali tembaga dan emas. Menguras sebanyak-banyaknya demi uang. Boros dan murah menerbitkan perizinan. Malah banyak yang menguras diam- diam tanpa beban dan rasa bersalah.
Flobamora sudah menampakkan wajah buram melalui tambang marmer dan mangan. Tengoklah Reo. Tataplah bumi Timor Tengah Selatan. Apakah marhaen di sana menjadi lebih makmur-sentosa karena tambang? Kita lupa memeriksa salah langkah, keliru tindak. Bahkan takut sekadar mencurahkan rasa. Seorang sobat berkata, pengusaha tambang itu mirip politisi. Menebar janji di awal lalu mengingkarinya saat berkuasa. Apa kabar tambang emas Lembata? (dionbata@poskupang.co.id)
Anak muda itu baru beberapa saat yang lalu menikmati jagung bose di beranda rumah besar Flobamora. Bersama kita merayakan Tahun Emas Nusa Tenggara Timur (NTT). Namanya H.M. Zainul Majdi, MA. Di kampung halamannya, anak muda itu populer disapa Tuan Guru Bajang. Dialah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dua hari lalu di Aula El Tari-Kupang menandatangi nota kesepakatan kerja sama Sunda Kecil bersama Gubernur NTT dan Bali. Dengan umur "baru" 36 tahun, Tuan Guru Bajang kini tercatat sebagai gubernur termuda di Indonesia. Dia juga dikenang sebagai ulama pertama yang terpilih menjadi gubernur melalui pilkada langsung.
Seperti kebanyakan orang muda, Tuan Guru Bajang yang dilantik menjadi Gubernur NTB 17 September 2008 bicara apa adanya. Langsung ke pokok soal. Seperti curhat-nya yang terungkap lugas di Dynasty Resort-Kuta, 10 Desember 2008 dalam forum diskusi 50 Tahun Sunda Kecil Berlalu.
Tuan Guru Bajang curhat tentang tambang emas dan tembaga PT Newmont Nusa Tenggara di Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa. "Potensi sumber daya alam NTB luar biasa kaya. Pulau Sumbawa, misalnya, kaya dengan potensi pertambangan. Tapi hati-hati dengan tambang. Jangan mudah tergiur karena belum tentu manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat," kata Tuan Guru Bajang.
Menurut Tuan Guru, pendapatan PT Newmont Nusa Tenggara dalam setahun sekitar Rp 11 triliun. "Anda tahu berapa yang masuk ke NTB? Jumlahnya sekitar Rp 100 miliar. Berapa persen dari total pendapatan Newmont? Sangat kecil. Anggaplah ini curhat, saya kadang merasa kesal juga," kata Gubernur Madji. "Mau bilang apa? Kontrak Karya dengan PT Newmont merupakan kewenangan pemerintah pusat," tambah Madji yang sejak menjabat gubernur langsung menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dalam APBD. Kebiasaan lain gubernur muda itu adalah mendatangi para bupati/walikota untuk rapat kerja. Bukan menganut cara lama mengundang bupati/walikota rapat kerja di Mataram, ibukota Propinsi NTB.
Cucu ulama kharismatis di Lombok, Almagfurullah Syekh TGKH Zainuddin Abdul Majid atau dikenal dengan Tuan Guru Pancor itu juga curhat tentang manfaat langsung Newmont bagi masyarakat Sumbawa.
"Saya tanya kepada masyarakat sekitar tambang tentang manfaatnya. Apa jawab mereka? Sebutir telur pun tidak dibeli Newmont," kata Tuan Guru Bajang mengutip pengakuan penduduk. Menurut Gubernur Madji, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manajemen tambang itu mendatangkan dari luar. Masyarakat sekitar tambang dinilai belum siap memenuhi kebutuhan pangan sesuai standar mereka.
"Saya balik tanya, bukankah Anda (Newmont) ikut bertanggung jawab membina penduduk? Tidak mungkin hal itu semata diserahkan kepada pemerintah daerah," katanya. Kenyataan tersebut menggugah Madji membangun komitmen dengan para bupati di NTB untuk meninjau kembali izin pertambangan yang telah diterbitkan dan butuh prinsip kehati- hatian dalam mengeluarkan izin baru.
Bagi beta, curhat Gubernur Madji adalah kejujuran, sesuatu yang dibutuhkan dari para pemimpin. Sayang sekali, tidak banyak beranda ini.
Curhat Tuan Guru Bajang relevan dengan kondisi Flobamora hari ini. Flobamora yang bernafsu menggali tembaga dan emas. Menguras sebanyak-banyaknya demi uang. Boros dan murah menerbitkan perizinan. Malah banyak yang menguras diam- diam tanpa beban dan rasa bersalah.
Flobamora sudah menampakkan wajah buram melalui tambang marmer dan mangan. Tengoklah Reo. Tataplah bumi Timor Tengah Selatan. Apakah marhaen di sana menjadi lebih makmur-sentosa karena tambang? Kita lupa memeriksa salah langkah, keliru tindak. Bahkan takut sekadar mencurahkan rasa. Seorang sobat berkata, pengusaha tambang itu mirip politisi. Menebar janji di awal lalu mengingkarinya saat berkuasa. Apa kabar tambang emas Lembata? (dionbata@poskupang.co.id)
Sehati Sesuara Bangun Olahraga NTT
Catatan Akhir Tahun Olahraga
Oleh Sipri Seko
TANTANGAN terbesar bagi dunia olahraga NTT di awal tahun 2008 adalah persiapan menghadapi PON XVII 2008 di Kalimantan Timur. Prestasi delapan medali emas, empat perak dan empat perunggu yang direbut pada PON XVI 2004 lalu di Sumatera Selatan menjadi beban yang harus dihadapi.
Tak heran kalau kemudian para pelatih seperti George Hadjoh (kempo), Yusuf Naragale (tinju) dan Agus Petrusz (taekwondo) menginginkan agar pemusatan latihan dipercepat. Namun, ketiadaan dana di mana pada saat yang bersamaan NTT juga sedang melakukan pemilihan kepala daerah, membuat KONI Propinsi NTT tidak bisa berbuat banyak. Persiapan bermodalkan semangat, disiplin dan tekad untuk mengharumkan nama NTT di pentas olahraga nasional diakhiri dengan merebut tiga medali emas, empat perak dan enam perunggu.
Kalau ukurannya adalah prestasi PON XVI 2004, maka prestasi PON XVII 2008 ini jelas menurun. Tapi kalau ukurannya adalah persiapan dan kualifikasi atlet peserta, prestasi kali ini tetap disebut cukup membanggakan. Alasannya, lima perebut medali NTT pada PON XVI 2004, Oliva Sadi, Ferry Subnafeu, Kamilus Lero, Mansyur Yunus dan Yules Pulu, pindah ke Kalimantan Timur. Dua lainnya, Hermensen Ballo dan Morits Saubaki tidak ikut. Ketidakhadiran atlet-atlet unggulan ini tidak membuat nyali anak-anak NTT ciut. Dengan semangat dan disiplin tinggi, atlet-atlet NTT yang rata-rata berusia di bawah 23 tahun bisa membawa pulang prestasi.
Prestasi di PON XVII diikuti atlet-atlet NTT yang berlaga di Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas) XIII 2008. NTT meraup tiga medali emas, satu perak dan satu perunggu. Simplisius Padji Abe tampil spektakuler dengan merebut tiga medali emas. Medali perak oleh Maria Kolloh dan perunggu direbut Tanty Yosefa.
Dari perjalanan olahraga NTT di tahun 2008, ada beberapa catatan prestasi tingkat nasional dan dunia yang berhasil diraih. Dari cabang tinju, NTT tampil spektakuler dengan merebut empat medali emas dalam Kejurnas STE di Denpasar-Bali lewat Yanto Fallo, Deni Hitarihun, Atris Neolaka dan Abniel Daniel. Selain itu, atlet-atlet PPLP NTT juga meraih hasil membanggakan di kejurnas antar-PPLPdi Manado. Dan, yang terakhir adalah dikirimnya Atris Neolaka dan Robinson Djo ke kejuaraan dunia di China.
Dari cabang atletik, Afriana Paijo merebut dua medali perak pada kejuaraan atletik pelajar Asia Tenggara (Asean School Championship) ke-23 di Danang, Vietnam. Selain itu, Mery Paidjo menempati peringkat kedua dalam Hongkong Marathon 2008 bersama Niko Silla. Dari cabang Taekwondo, Dudy merebut medali emas dan Jasson Hornay medali perungu di kejuaraan dunia Korea Open 2008.
Dari kempo, Kabupaten Kupang mencatat hasil spektakuler dengan menjadi juara umum kejurnas kempo antar-kota di Jakarta bulan November lalu. Binaraga juga tidak ketinggalan menorehkan prestasinya, ketika atlet Belu, James Abanit merebut medali perunggu dalam kejuaraan Ade Rai Siswa Raga dan Body Fitnes 2008 di Balai Sarbini, Jakarta, Agustus lalu.
Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI) NTT juga meraih juara umum Menpora Cup II 2008 di Wonogiri-Jawa Tengah. FKTI NTT merebut 16 medali emas, tujuh perak dan tujuh perunggu. Karateka Nagekeo menjadi pengumpul medali terbanyak, yakni 13 emas yang direbut Yoktan Taneo (4 emas), Sovia Taneo (5 emas), Marlin Safrudin (2 emas, 1 perak dan 1 perunggu) dan Leni Djafra (2 emas, 1 perak, 1 perunggu). Catatan prestasi-prestasi ini belum termasuk kejuaraan antar- pelajar, olahraga usia dini, porseni SMP, Popnas, olimpiade olahraga siswa dan lainnya.
Dari sisi sumber daya manusia, di tahun 2008, NTT mengalami kemajuan. Kalau pada PON lalu, paling tidak hanya empat orang NTT yang menjadi wasit, kali ini di PON XVII 2008, ada sebelas putra NTT yang menjadi wasit. David Radja (tinju) dan Ferdy Amatae (pencaksilat) malah menjadi ketua pertandingan di cabangnya. Ferdy Amatae, beberapa kali juga dikirim memimpin pertandingan di luar negeri. Ada juga wasit asal Ende, Hermino Mau yang menjadi wasit renang pada Asian Beach Game 2008 di Bali. Selain itu, pelatih atletik NTT, Frans Sales dan Soleman Natonis juga dipilih mendampingi atlet Indonesia ke luar negeri.
***
Lalu, apakah geliat olahraga NTT di tahun 2008 ini berjalan mulus? "Kalau saja kita sedikit prihatin dengan kondisi daerah dan berlatih atau mengurus olahraga tanpa pamrih, saya yakin NTT akan menjadi lumbung atlet di Indonesia." Itu komentar dari mantan atlet tinju, Hermensen Bertolens Ballo, S.H.
Dari sisi pencapaian prestasi, dari semua keikutsertaan atlet-atlet NTT di kejuaraan tingkat nasional tidak semuanya berhasil. Di PON XVII, tinju yang ditargetkan meraih lebih dari dua medali emas, ternyata hanya membawa pulang satu. Pencaksilat yang dikoar-koarkan akan membawa pulang emas, ternyata gagal total, termasuk taekwondo yang meloloskan delapan atlet, namun hanya bisa merebut dua perunggu. Dari kejuaraan lainnya, seperti Popnas, kejurnas atletik, kejurnas atletik antar- PPLP dan lainnya, hampir semuanya belum memberikan hasil yang menggembirakan.
Lalu, apa faktor atau penyebab kegagalan itu? Selain dana, disiplin, kemauan, initeligensi atlet/pelatih dan kemampuan menyerap teknologi masih kurang. Ada atlet atau cabang yang latihannya keras, disiplin, terjadwal dan terprogram dengan baik, namun mereka masih kurang dalam pemahaman teknologi baik digital maupun forensik. Mereka hanya berlatih, berlatih dan terus berlatih tapi tidak pernah memperhitungkan kapan puncak performanya. Akibatnya, terkadang mereka habis- habisan hanya untuk latihan sehingga tak mampu berbuat banyak saat pertandingan.
Ada juga yang yang menguasai teknologi, namun kualitas, pengalaman dan inteleginsinya masih jauh di bawah. Ada yang memiliki dana yang cukup, namun tidak mempunyai program latihan sehingga terkesan hanya untuk menghabiskan dana. Namun, ada pula yang karena kemauan atau fanatisme untuk berprestasi masih sangat kurang.
Satu lagi masalah klasik yang terjadi dalam pembinaan olahraga di NTT adalah manajemen organisasi. Banyak pengurus hanya sekadar nebeng nama dalam struktur, namun tak tahu harus berbuat apa. Ada juga yang masih memanfaatkan olahraga untuk tunggangan politis. Yang memprihatinkan adalah mereka yang menjadikan olahraga di NTT sebagai tempat mencari nafkah sehingga tidak total ketika dana tidak ada.
Lalu, apa yang harus dilakukan di tahun 2009? Perhelatan politik masih akan memanas. Pemilihan anggota legislatif dan presiden akan menyita energi. Namun harus diingat bahwa akan ada pekan olahraga (POR) daratan. Daratan Timor akan digelar di Belu, Flores-Lembata di Sikka dan Sumba, Alor, Rote di Rote atau Alor. POR Daratan harus menjadi awal prestasi NTT. Atlet potensial harus dijaring sebanyak mungkin. Pembinaan harus lebih fokus. Cabang-cabang super prioritas harus lebih dimaksimalkan.
Dan, yang terpenting adalah 'menekan' pemerintah agar alokasi dana untuk olahraga dinaikkan. UU Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional sudah mewajibkan adanya alokasi dana untuk olahraga. Untuk yang satu ini, tampaknya kita tak perlu khawatir. Drs. Frans Lebu Raya dan Esthon Foenay adalah duet yang sangat paham tentang pembinaan olahraga di NTT. Bukankah kita harus 'Sehati Sesuara Membangun NTT Baru? Salam Olahraga! *
Oleh Sipri Seko
TANTANGAN terbesar bagi dunia olahraga NTT di awal tahun 2008 adalah persiapan menghadapi PON XVII 2008 di Kalimantan Timur. Prestasi delapan medali emas, empat perak dan empat perunggu yang direbut pada PON XVI 2004 lalu di Sumatera Selatan menjadi beban yang harus dihadapi.
Tak heran kalau kemudian para pelatih seperti George Hadjoh (kempo), Yusuf Naragale (tinju) dan Agus Petrusz (taekwondo) menginginkan agar pemusatan latihan dipercepat. Namun, ketiadaan dana di mana pada saat yang bersamaan NTT juga sedang melakukan pemilihan kepala daerah, membuat KONI Propinsi NTT tidak bisa berbuat banyak. Persiapan bermodalkan semangat, disiplin dan tekad untuk mengharumkan nama NTT di pentas olahraga nasional diakhiri dengan merebut tiga medali emas, empat perak dan enam perunggu.
Kalau ukurannya adalah prestasi PON XVI 2004, maka prestasi PON XVII 2008 ini jelas menurun. Tapi kalau ukurannya adalah persiapan dan kualifikasi atlet peserta, prestasi kali ini tetap disebut cukup membanggakan. Alasannya, lima perebut medali NTT pada PON XVI 2004, Oliva Sadi, Ferry Subnafeu, Kamilus Lero, Mansyur Yunus dan Yules Pulu, pindah ke Kalimantan Timur. Dua lainnya, Hermensen Ballo dan Morits Saubaki tidak ikut. Ketidakhadiran atlet-atlet unggulan ini tidak membuat nyali anak-anak NTT ciut. Dengan semangat dan disiplin tinggi, atlet-atlet NTT yang rata-rata berusia di bawah 23 tahun bisa membawa pulang prestasi.
Prestasi di PON XVII diikuti atlet-atlet NTT yang berlaga di Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas) XIII 2008. NTT meraup tiga medali emas, satu perak dan satu perunggu. Simplisius Padji Abe tampil spektakuler dengan merebut tiga medali emas. Medali perak oleh Maria Kolloh dan perunggu direbut Tanty Yosefa.
Dari perjalanan olahraga NTT di tahun 2008, ada beberapa catatan prestasi tingkat nasional dan dunia yang berhasil diraih. Dari cabang tinju, NTT tampil spektakuler dengan merebut empat medali emas dalam Kejurnas STE di Denpasar-Bali lewat Yanto Fallo, Deni Hitarihun, Atris Neolaka dan Abniel Daniel. Selain itu, atlet-atlet PPLP NTT juga meraih hasil membanggakan di kejurnas antar-PPLPdi Manado. Dan, yang terakhir adalah dikirimnya Atris Neolaka dan Robinson Djo ke kejuaraan dunia di China.
Dari cabang atletik, Afriana Paijo merebut dua medali perak pada kejuaraan atletik pelajar Asia Tenggara (Asean School Championship) ke-23 di Danang, Vietnam. Selain itu, Mery Paidjo menempati peringkat kedua dalam Hongkong Marathon 2008 bersama Niko Silla. Dari cabang Taekwondo, Dudy merebut medali emas dan Jasson Hornay medali perungu di kejuaraan dunia Korea Open 2008.
Dari kempo, Kabupaten Kupang mencatat hasil spektakuler dengan menjadi juara umum kejurnas kempo antar-kota di Jakarta bulan November lalu. Binaraga juga tidak ketinggalan menorehkan prestasinya, ketika atlet Belu, James Abanit merebut medali perunggu dalam kejuaraan Ade Rai Siswa Raga dan Body Fitnes 2008 di Balai Sarbini, Jakarta, Agustus lalu.
Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI) NTT juga meraih juara umum Menpora Cup II 2008 di Wonogiri-Jawa Tengah. FKTI NTT merebut 16 medali emas, tujuh perak dan tujuh perunggu. Karateka Nagekeo menjadi pengumpul medali terbanyak, yakni 13 emas yang direbut Yoktan Taneo (4 emas), Sovia Taneo (5 emas), Marlin Safrudin (2 emas, 1 perak dan 1 perunggu) dan Leni Djafra (2 emas, 1 perak, 1 perunggu). Catatan prestasi-prestasi ini belum termasuk kejuaraan antar- pelajar, olahraga usia dini, porseni SMP, Popnas, olimpiade olahraga siswa dan lainnya.
Dari sisi sumber daya manusia, di tahun 2008, NTT mengalami kemajuan. Kalau pada PON lalu, paling tidak hanya empat orang NTT yang menjadi wasit, kali ini di PON XVII 2008, ada sebelas putra NTT yang menjadi wasit. David Radja (tinju) dan Ferdy Amatae (pencaksilat) malah menjadi ketua pertandingan di cabangnya. Ferdy Amatae, beberapa kali juga dikirim memimpin pertandingan di luar negeri. Ada juga wasit asal Ende, Hermino Mau yang menjadi wasit renang pada Asian Beach Game 2008 di Bali. Selain itu, pelatih atletik NTT, Frans Sales dan Soleman Natonis juga dipilih mendampingi atlet Indonesia ke luar negeri.
***
Lalu, apakah geliat olahraga NTT di tahun 2008 ini berjalan mulus? "Kalau saja kita sedikit prihatin dengan kondisi daerah dan berlatih atau mengurus olahraga tanpa pamrih, saya yakin NTT akan menjadi lumbung atlet di Indonesia." Itu komentar dari mantan atlet tinju, Hermensen Bertolens Ballo, S.H.
Dari sisi pencapaian prestasi, dari semua keikutsertaan atlet-atlet NTT di kejuaraan tingkat nasional tidak semuanya berhasil. Di PON XVII, tinju yang ditargetkan meraih lebih dari dua medali emas, ternyata hanya membawa pulang satu. Pencaksilat yang dikoar-koarkan akan membawa pulang emas, ternyata gagal total, termasuk taekwondo yang meloloskan delapan atlet, namun hanya bisa merebut dua perunggu. Dari kejuaraan lainnya, seperti Popnas, kejurnas atletik, kejurnas atletik antar- PPLP dan lainnya, hampir semuanya belum memberikan hasil yang menggembirakan.
Lalu, apa faktor atau penyebab kegagalan itu? Selain dana, disiplin, kemauan, initeligensi atlet/pelatih dan kemampuan menyerap teknologi masih kurang. Ada atlet atau cabang yang latihannya keras, disiplin, terjadwal dan terprogram dengan baik, namun mereka masih kurang dalam pemahaman teknologi baik digital maupun forensik. Mereka hanya berlatih, berlatih dan terus berlatih tapi tidak pernah memperhitungkan kapan puncak performanya. Akibatnya, terkadang mereka habis- habisan hanya untuk latihan sehingga tak mampu berbuat banyak saat pertandingan.
Ada juga yang yang menguasai teknologi, namun kualitas, pengalaman dan inteleginsinya masih jauh di bawah. Ada yang memiliki dana yang cukup, namun tidak mempunyai program latihan sehingga terkesan hanya untuk menghabiskan dana. Namun, ada pula yang karena kemauan atau fanatisme untuk berprestasi masih sangat kurang.
Satu lagi masalah klasik yang terjadi dalam pembinaan olahraga di NTT adalah manajemen organisasi. Banyak pengurus hanya sekadar nebeng nama dalam struktur, namun tak tahu harus berbuat apa. Ada juga yang masih memanfaatkan olahraga untuk tunggangan politis. Yang memprihatinkan adalah mereka yang menjadikan olahraga di NTT sebagai tempat mencari nafkah sehingga tidak total ketika dana tidak ada.
Lalu, apa yang harus dilakukan di tahun 2009? Perhelatan politik masih akan memanas. Pemilihan anggota legislatif dan presiden akan menyita energi. Namun harus diingat bahwa akan ada pekan olahraga (POR) daratan. Daratan Timor akan digelar di Belu, Flores-Lembata di Sikka dan Sumba, Alor, Rote di Rote atau Alor. POR Daratan harus menjadi awal prestasi NTT. Atlet potensial harus dijaring sebanyak mungkin. Pembinaan harus lebih fokus. Cabang-cabang super prioritas harus lebih dimaksimalkan.
Dan, yang terpenting adalah 'menekan' pemerintah agar alokasi dana untuk olahraga dinaikkan. UU Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional sudah mewajibkan adanya alokasi dana untuk olahraga. Untuk yang satu ini, tampaknya kita tak perlu khawatir. Drs. Frans Lebu Raya dan Esthon Foenay adalah duet yang sangat paham tentang pembinaan olahraga di NTT. Bukankah kita harus 'Sehati Sesuara Membangun NTT Baru? Salam Olahraga! *
Langganan:
Postingan (Atom)