PEMERINTAH dan masyarakat Kabupaten Ngada akan tetap menggelar turnamen sepakbola El Tari Memorial Cup (ETMC) 2008. Semula direncanakan akan digelar tanggal 13 Oktober, namun dengan berbagai pertimbangan teknis, pelaksanaannya diundur pada tanggal 2 November. Demikian diinformasikan Sekretaris Panitia Pelaksana (Panlak) ETMC 2008, Ir. Ferdi Burah, M.T, melalui telepon, Rabu (17/9/2008).
"Pemkab dan masyarakat Ngada mendukung pelaksanaan ETMC 2008. Jadwal semula sesuai buku panduan ETMC 2008 yang diterima semua perserikatan seharusnya turnamen digelar tanggal 13 Oktober, tapi karena ada delapan kabupaten yang melaksanakan pilkada, sehingga setelah dilakukan beberapa kali pertemuan, ditentukan tanggal 2 November. Jadi saya mau klarifikasi bahwa tidak ada pembatalan, tapi siap dilaksanakan," jelas Burah.
Menurut Burah, pihaknya terkejut saat mendengar informasi bahwa Pengprop PSSI NTT membatalkan pelaksanaan ETMC 2008 di Ngada dengan alasan kondisi lapangan yang belum siap.
"Tidak benar kalau lapangan belum siap, karena lapangan yang kami siapkan ada dua, yakni di Golewa dan Bajawa. Kalaupun ada perbaikan-perbaikan, saya pikir ini adalah hal wajar agar nantinya pertandingan bisa berlangsung lebih baik. Panpel telah siap melaksanakan turnamen. Dan, Kalau PSSI NTT yang membatalkannya dengan alasan teknis, mereka harus menyampaikannya ke Pemkab Ngada karena sudah banyak dana yang dikeluarkan. Dan, kalaupun pembatalan dilakukan oleh kami, kami pasti memberitahukannya ke perserikatan lain," ujar Burah.
Mengenai kesiapan pemain, menurut Burah, tidak menjadi masalah. "Pemain kami sangat siap. Hampir sebagian besar pemain kami yang ikut El Tari tahun lalu di Atambua berusia di bawah 21 tahun. Beberapa di antara mereka malah memperkuat NTT di pra PON. Jadi untuk pemain, PSN Ngada sudah sangat siap," ujarnya. (eko)
Kamis, 18 September 2008
Persiapan Klub Tidak Maksimal
Catatan Yang Tersisa
Oleh Sipri Seko
HERMAN Tunliu, pemain Perss SoE dari klub Dinamit FC tak habis pikir kalau Kristal FC bisa bermain di final melawan PS Britama Kupang. Dia mengira kalau AS Roma, Platina FC atau klub-klub asal Flores yang akan bermain di final.
"Mereka pernah ujicoba di SoE melawan kami dan kami mengalahkan mereka. Saya penasaran jadi harus datang menonton," ujarnya. Herman lebih terkejut lagi ketika dia melihat skuad Kristal FC yang minim bintang, tidak sama seperti klub-klub lainnya.
Kristal FC memang tampil mengejutkan. Tak diperhitungkan, Johni Lumba membawa Dicky Lapitonung dkk menjadi champions 2008. Tim-tim besar ditumbangkan. Mereka tampil sangat fenomenal. Apakah ini berarti kualitas peserta turnamen sudah merata?
Sepakbola NTT terhenyak ketika Flores Timur mengirimkan empat timnya berpartisipasi dalam turnamen ini. Fanatisme terhadap sepakbola dan mimpi ingin bermain bola di ibukota propinsi membuat Bon Kota, Perselaya, Putra Napo dan Pelangi Putra tak memikirkan berapa duit yang mereka keluarkan untuk membiayai hidup mereka selama turnamen berlangsung. Tapi, justru di sinilah persoalannya. Kualitas permainan mereka jauh di bawah penampilan mereka tahun lalu.
Harus diakui bahwa ada ironi menarik tentang kualitas tim peserta. Bukan hanya tim asal Flores Timur dan Ende, tapi klub-klub asal Kota Kupang juga memiliki masalah yang sama. Persoalannya adalah bukan karena pemain-pemainnya yang tidak berkualitas, tapi nampaknya pada persiapan yang tidak maksimal.
AS Roma, Kelimutu FC, Mandiri FC, Bon Kota Adonara, Garuda Bahari, Putra Napo dan Pelangi Putra yang memiliki pemain-pemain berkualitas dan sarat pengalaman, namun bermasalah dalam stamina dan komunikasi permainan. Penampilan mereka sangat berbeda dengan penampilan anak-anak belia SSB Tunas Muda yang begitu bertenaga meski melawan tim-tim besar.
Kalau demikian, masalah kualitas tidak terlepas dari persiapan tim. Pola latihan, berapa lama persiapan yang dilakukan, apakah pelatihnya tahu teknik melatih atau tidak dan lainnya belum menjadi perhatian. Hanya mengandalkan pengalaman bertanding, mereka mau bermain. Akibatnya adalah kekalahan yang dibawa pulang.
Prestasi Kristal FC adalah contoh nyata tim yang mempersiapkan dirinya dengan baik. Latihan rutin dan terprogram membuat mereka sangat paham apa yang harus dilakukannya dalam lapangan. Komunikasi sudah terbangun dengan baik, karena mereka sudah sering sama-sama berlatih. Mereka tidak copot pemain sana sini untuk menutup kelemahan di lini-lini tertentu hanya untuk mengejar nama dan gelar di turnamen. Pemain inti dan pelapis sudah sama siapnya.
Kalau demikian, seharusnya klub-klub peserta terutama yang sudah lolos otomatis harus mempersiapkan diri dengan baik. Pieter Fomeni dkk dari Mitra Sportindo Event Organizer sudah mematok jadwal penyelenggaraan, yakni bulan Juli hingga September. Itu artinya, klub-klub sudah harus memiliki jadwal latihan yang terprogram, mulai dari latihan ringan, teknik, pola, fisik, ujitanding/try out hingga masa tenang menyambut pertandingan.
Di era di mana olahraga sudah menjadi teknologi, jangan harap kalau pola latihan langsung masuk lapangan dan bermain bola akan membuat sebuah klub bisa menang. Pengetahuan dasar bermain bola harus diberikan. Tenik menyerang dan bertahan harus diajarkan. Komunikasi dan saling tahu tipe permainan teman harus diketahui dan masih banyak lagi. Semua ini dilakukan agar jangan hanya sekadar berpartisipasi dan menghabiskan duit hanya dengan alasan yang penting bisa bermain bola.
Turnamen Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup sudah memiliki kelas tersendiri dalam sepakbola antar-klub di NTT. Pieter Fomeni dkk, ketika menggandeng Dji Sam Soe dan Pos Kupang untuk mensponsori event ini tidak memiliki target untuk meraup keuntungan financial. Mereka hanya ingin sepakbola NTT bisa bangkit dan bersaing di level nasional. Mereka yakin dengan semakin banyak orang bermain bola, maka tradisi bola akan muncul sehingga dibina menuju prestasi yang lebih tinggi. (bersambung)
Oleh Sipri Seko
HERMAN Tunliu, pemain Perss SoE dari klub Dinamit FC tak habis pikir kalau Kristal FC bisa bermain di final melawan PS Britama Kupang. Dia mengira kalau AS Roma, Platina FC atau klub-klub asal Flores yang akan bermain di final.
"Mereka pernah ujicoba di SoE melawan kami dan kami mengalahkan mereka. Saya penasaran jadi harus datang menonton," ujarnya. Herman lebih terkejut lagi ketika dia melihat skuad Kristal FC yang minim bintang, tidak sama seperti klub-klub lainnya.
Kristal FC memang tampil mengejutkan. Tak diperhitungkan, Johni Lumba membawa Dicky Lapitonung dkk menjadi champions 2008. Tim-tim besar ditumbangkan. Mereka tampil sangat fenomenal. Apakah ini berarti kualitas peserta turnamen sudah merata?
Sepakbola NTT terhenyak ketika Flores Timur mengirimkan empat timnya berpartisipasi dalam turnamen ini. Fanatisme terhadap sepakbola dan mimpi ingin bermain bola di ibukota propinsi membuat Bon Kota, Perselaya, Putra Napo dan Pelangi Putra tak memikirkan berapa duit yang mereka keluarkan untuk membiayai hidup mereka selama turnamen berlangsung. Tapi, justru di sinilah persoalannya. Kualitas permainan mereka jauh di bawah penampilan mereka tahun lalu.
Harus diakui bahwa ada ironi menarik tentang kualitas tim peserta. Bukan hanya tim asal Flores Timur dan Ende, tapi klub-klub asal Kota Kupang juga memiliki masalah yang sama. Persoalannya adalah bukan karena pemain-pemainnya yang tidak berkualitas, tapi nampaknya pada persiapan yang tidak maksimal.
AS Roma, Kelimutu FC, Mandiri FC, Bon Kota Adonara, Garuda Bahari, Putra Napo dan Pelangi Putra yang memiliki pemain-pemain berkualitas dan sarat pengalaman, namun bermasalah dalam stamina dan komunikasi permainan. Penampilan mereka sangat berbeda dengan penampilan anak-anak belia SSB Tunas Muda yang begitu bertenaga meski melawan tim-tim besar.
Kalau demikian, masalah kualitas tidak terlepas dari persiapan tim. Pola latihan, berapa lama persiapan yang dilakukan, apakah pelatihnya tahu teknik melatih atau tidak dan lainnya belum menjadi perhatian. Hanya mengandalkan pengalaman bertanding, mereka mau bermain. Akibatnya adalah kekalahan yang dibawa pulang.
Prestasi Kristal FC adalah contoh nyata tim yang mempersiapkan dirinya dengan baik. Latihan rutin dan terprogram membuat mereka sangat paham apa yang harus dilakukannya dalam lapangan. Komunikasi sudah terbangun dengan baik, karena mereka sudah sering sama-sama berlatih. Mereka tidak copot pemain sana sini untuk menutup kelemahan di lini-lini tertentu hanya untuk mengejar nama dan gelar di turnamen. Pemain inti dan pelapis sudah sama siapnya.
Kalau demikian, seharusnya klub-klub peserta terutama yang sudah lolos otomatis harus mempersiapkan diri dengan baik. Pieter Fomeni dkk dari Mitra Sportindo Event Organizer sudah mematok jadwal penyelenggaraan, yakni bulan Juli hingga September. Itu artinya, klub-klub sudah harus memiliki jadwal latihan yang terprogram, mulai dari latihan ringan, teknik, pola, fisik, ujitanding/try out hingga masa tenang menyambut pertandingan.
Di era di mana olahraga sudah menjadi teknologi, jangan harap kalau pola latihan langsung masuk lapangan dan bermain bola akan membuat sebuah klub bisa menang. Pengetahuan dasar bermain bola harus diberikan. Tenik menyerang dan bertahan harus diajarkan. Komunikasi dan saling tahu tipe permainan teman harus diketahui dan masih banyak lagi. Semua ini dilakukan agar jangan hanya sekadar berpartisipasi dan menghabiskan duit hanya dengan alasan yang penting bisa bermain bola.
Turnamen Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup sudah memiliki kelas tersendiri dalam sepakbola antar-klub di NTT. Pieter Fomeni dkk, ketika menggandeng Dji Sam Soe dan Pos Kupang untuk mensponsori event ini tidak memiliki target untuk meraup keuntungan financial. Mereka hanya ingin sepakbola NTT bisa bangkit dan bersaing di level nasional. Mereka yakin dengan semakin banyak orang bermain bola, maka tradisi bola akan muncul sehingga dibina menuju prestasi yang lebih tinggi. (bersambung)
Langganan:
Postingan (Atom)