Kamis, 19 Februari 2009

Koperasi, Solusi Entaskan Kemiskinan

Oleh Sipri Seko

DENGAN tersenyum Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya kepada wartawan di ruang VIP Bandara El Tari Kupang, Sabtu (7/2/2009), mengakui, banyak menerima short message service (SMS) dari nomor-nomor yang tidak dikenalnya. "Mereka SMS ke saya dan bilang, Gubernur NTT kok urusannya jalan-jalan saja, apa tidak ada kerjaan lain? Saya hanya tersenyum dan tidak menanggapinya. Saya tahu dari siapa SMS tersebut. Mungkin saja itu dari pejabat-pejabat yang merasa jabatannya sedang terancam karena akan ada mutasi," ujar Frans Lebu Raya.

Frans Lebu Raya yang berduet dengan Ir. Esthon L Foenay memimpin NTT lima tahun ke depan ini tidak terusik dengan tudingan-tudingan yang dialamatkan kepadanya. Dia mengakui kalau dirinya bersama Esthon Foenay tahu apa yang dilakukan. Jabatan yang diembannya adalah jabatan politik, dan karena sebagai pemimpin yang dipilih secara politis, dia harus selalu dekat dengan rakyat. Dia ingin langsung melihat apa kebutuhan dan keluhan rakyat. Dia ingin langsung melihat, apakah program yang dirancang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan rakyat atau tidak.

Tak heran kalau Frans Lebu Raya berani menyatakan kegembiraannya kalau program menjadikan NTT sebagai Propinsi Jagung dan Koperasi tidaklah salah meski baru memulainya di Kabupaten Lembata, Flores Timur dan Sikka. "Antusiasme dan respons masyarakat sangat tinggi. Dari Lembata, Flores Timur dan Sikka yang dikunjungi ternyata ada keinginan kuat dari masyarakat untuk menjadi anggota koperasi. Masyarakat sangat terbantu dengan keberadaan koperasi. Mereka dengan mudah mendapatkan uang di koperasi dibanding pinjam di bank. Untuk itu, saya mau ajak seluruh masyarakat NTT untuk terus mengampanyekan pentingnya koperasi," ujar Frans Lebu Raya.

Sesuai data yang diperoleh dari Kepala Dinas Koperasi dan UKM NTT, Paulus Todung, S.H, di NTT terdapat 1.625 koperasi simpan pinjam, koperasi kredit, koperasi unit desa (KUD) dan lainnya. Namun, yang tumbuh subur adalah koperasi kredit. Di Lembata ada Kopdit Ankara yang asetnya mencapai Rp 29,9 miliar dengan anggota 9.000 lebih. Di Adonara, Flores Timur, ada Kopdit Guru yang memiliki lebih dari 4.000 anggota dengan jumlah pinjaman yang ada pada anggotanya mencapai Rp 7,8 miliar. Kopdit Obor Mas di Maumere-Sikka yang memiliki total aset lebih dari Rp 60 miliar dan menjadi salah satu kopdit terbaik di Indonesia.

Koperasi-koperasi yang tumbuh subur dan berkembang pesat ini ternyata murni dibentuk oleh masyarakat. Kesadaran untuk meningkatkan taraf hidupnya lewat koperasi membuat mereka sangat disiplin dalam pengembalian pinjaman. Hal ini sangat berbeda dengan KUD bentukan pemerintah. "KUD yang ada sekarang ini hidup enggan mati tak mau. Dia ada tapi tidak bisa dibilang mati apalagi berkembang," ujar Lebu Raya.

Masalahnya 'sepele,' dimanjakan dengan bantuan modal dari pemerintah sehingga motivasi dan orientasi untuk mengembangkannya sangat sedikit. Tidak ada kemandirian dan pengurus dan anggotanya karena terus dibantu. Pengurusnya lebih banyak yang hanya menginginkan jabatan dan tambahan penghasilan, sementara anggotanya tidak disiplin dalam pengembalian karena tidak ada sanksi yang akan menjeratnya.

Kondisi yang bertolak belakang ini akan menjadi tantangan kalau duet Frans-Esthon menginginkan NTT menjadi Propinsi Koperasi. Pasalnya, untuk menjadi Propinsi Koperasi harus lebih dari 50 persen kabupaten/kota di NTT sudah menjadi Kabupaten/Kota Koperasi. Untuk menjadi Kabupaten/Kota Koperasi minimal 75 persen koperasi aktif. Tidak hanya sampai di situ. Syarat lainnya adalah, 50 persen dari koperasi yang aktif tersebut adalah koperasi yang berkualitas.

Untuk menjadi koperasi yang berkualitas juga tidak gampang. Tidak boleh ada kredit macet, aset dan omzetnya harus berkembang naik dan lainnya. Untuk mencapainya, kesadaran dan rasa tanggung jawab dari pengurus dan anggota koperasi harus dibangun. Kemandirian harus ada dalam koperasi.

Jalan menuju tujuan tersebut adalah merevitalisasi kembali koperasi-koperasi yang ada. Koperasi yang jatuh bangun harus dikuatkan kembali baik dari sisi modal maupun sumber daya manusia. Pelatihan-pelatihan kepada pengurus koperasi harus sudah dilakukan agar mereka nantinya siap bila diberi modal usaha. Wujud lainnya adalah anggaran untuk penguatan koperasi harus ditingkatkan. Sinergi dan penguatan modal dari kabupaten/kota dan propinsi harus dilakukan.

Tidak gampang! Program NTT Propinsi Kopersai ditelorkan oleh pemerintah propinsi, sementara koperasi ada di kabupaten/kota. Frans Lebu Raya rupanya sadar akan hal itu. Untuk itu dia menginginkan adanya koordinasi program yang harmonis antara pemerintah propinsi dengan kabupaten/kota dalam pengelolaan program tersebut.

"Komunikasi antara propinsi dan kabupaten kota harus kita bangun. Propinsi Koperasi adalah program kita bersama, karena kesejahteraan rakyat adalah tujuannya. Kalau kabupaten dan kota bisa jadi kabupaten dan kota koperasi, maka tekad menjadi NTT sebagai Propinsi Koperasi pasti tercapai," ujar Frans Lebu Raya ketika berdialog dengan unsur muspida, tokoh agama, masyarakat di Aula Ina Mandiri, Larantuka, akhir pekan lalu.

Keinginan untuk memajukan koperasi di NTT memang patut didukung. Koperasi yang dalam UUD 1945 disebut sebagai soko guru bangsa adalah solusi paling tepat dan murah untuk mengentaskan kemiskinan. Alokasi dana dari APBD Propinsi NTT tahun 2009, sebesar Rp 15 miliar harus dimanfaatkan dengan maksimal. Kemauan masyarakat untuk mandiri sudah mereka buktikan dengan makin maju dan beragamnya koperasi yang mereka dirikan. (bersambung)

Tidak ada komentar:

SYALOM