Oleh Maria Matildis Banda
SAMA seperti ubi kayu lainnya, ubi kayu yang berasal dari Nua Bosi, Kabupaten Ende biasa-biasa saja. Potongannya persis ubi kayu dari mana saja. Tetapi bukan ubi Nua Bosi namanya kalau tidak diangkat jadi bahan pembahasan tiga sahabat karib kali ini. Semua orang juga tahu, bentuk dan potongan boleh sama, tetapi soal rasa dan harga, nanti dulu. Rasanya yang sangat spesial, karena itulah harganya juga mahal.
Silahkan ke pasar Mbongawani Ende, masuk ke bagian paling selatan pasar ikan, persis di tepi jalan lalu lintas motor, mobil, dan kendaraan dan kesibukan pasar Mbongawani, di sanalah berderet dan bertumpuk-tumpuk ubi Nua Bosi. Pasti selalu tersedia kapan saja. Namun kalau saat kapal dan feri berangkat, ubi Nua Bosi pun rata, terbang jadi ole-oleh ke Kupang, Denpasar, Ujung Pandang, Surabaya, Jakarta. Percaya atau tidak percaya? Ubi Nua Bosi dengan penampilan apa adanya, pun terbang ke negera lain di Asia dan ke benua lain seperti Eropa, Amerika, Australia, dan Afrika.
***
"Karena itu kita kasih kado Ubi Nua Bosi saja untuk bupati terpilih!" Demikianlah Rara menyampaikan usul yang menurutnya usulan terbaik yang pernah disampaikannya sepanjang hidupnya. "Apa sudah gila? Bagaimana mungkin kasih kado untuk bupati terpilih hanya sekadar ubi Nua Bosi? Aduuh, seumur hidup saya, saya baru ketemu dengan orang gila seperti kamu!" Jaki segera pasang jurus tangkis.
"Ini kado istimewa!" Potong Rara dengan serius bin serius.
"Kita isi ke dalam dos aqua terus kita bungkus baik-baik dengan kertas kado warna pelangi, terus kita ikat dengan pita merah, terus kita kirim. Untuk paket Doa yang menang di Ende, kita antar langsung saja pakai ojek. Untuk paket Konco di Sumba Barat Daya kita kirim via feri besok pagi-pagi. Untuk paket Nazar di Rote Ndao, kita kirim pakai pesawat Trans Nusa! Aman bukan?"
"Aduh, kamu benar-benar sudah miring," Jaki memiringkan telunjuk di dahinya. "Kalau paket Doa tidak masalah, sebab Doa sudah hafal luar kepala yang namanya ubi Nua Bosi. Kalau untuk Konco, kamu tahu tidak? Kornelis Kodi Mete itu dokter yang baik hati. Apakah kamu tega mengirim kado ubi Nua Bosi untuk dokter itu? Kalau Nazar, Christian Nehemia Dillak, apakah kamu yakin pernah makan ubi Nua Bosi?" Tanya Jaki. "Kalau kamu memang sudah gila, gila yang benar, gila yang baik-baik!"
"Pokoknya, harus ubi Nua Bosi! Titik!" Rara tidak bergeming.
"Wah, kamu punya gaya persis penguasa! Kalau sudah mentok, mulai menggunakan jurus pokoknya, pokoknya, pokoknya..." kata Jaki. "Silahkan saja, saya dan Benza tidak mau terlibat!"
***
"Itu gagasan cemerlang!" Jaki kaget setengah mati waktu Benza berpihak pada Rara. Gagasan cemerlang? Aduh! Benza sudah sama gilanya dengan Rara. Kalau sampai ini terjadi, maka terjadilah bencana besar. Yang pasti Jaki tidak mau harus malu besar gara-gara kado yang sama sekali tidak nyambung dengan tujuan. Jaki bertekat untuk undur diri dari urusan kado.
"Dengar dulu Jaki," Benza menjelaskan. "Ubi kayu itu kado yang paling cocok untuk bupati terpilih di Ende, Sikka, Sumba Tengah, Rote Ndao, Sumba Barat Daya, Manggarai Timur, Kupang, dan di mana saja. Juga hadiah istimewa untuk gubernur dan presiden. Bila perlu kita kirim juga untuk Barrak Obama kalau sudah terpilih jadi Presiden Amrik nanti!"
"Apa argumentasinya?" Jaki tampak putus asa.
"Ubi kayu itu makanan rakyat, makanan orang susah. Ubi kayu sumber karbohidrat. Dalam karbohidrat terkandung glukosa yang berfungsi sebagai sumber tenaga. Makanya karbohidrat disebut sumber tenaga. Pesannya, jadilah karbohidrat bagi masyarakat atau berikanlah karbohidrat sebanyak-banyaknya untuk masyarakat. Namun ingatlah! Dalam ubi kayu ada juga kandungan asam biru, racunnya ubi kayu. Kalau asam birunya tinggi ubi kayu akan berubah menjadi racun yang memabukkan. Artinya, jangan sampai menjadi asam biru, apalagi memberi asam biru untuk rakyat. Berjaga-jagalah! Agar karbohidarat tidak berubah menjadi asam biru. Semua orang yang berada di sekitar kita, juga dapat menjadi karbohidrat atau asam biru. Sepanjang dominasi sekitar adalah karbohidrat oke-oke saja. Tetapi kalau lingkungan sekitar didominasi asam biru demi kepentingan pribadi, maka tinggal tunggu saja kapan saatnya asam biru benar-benar menjadi racun. Bukankah sukses dan gagal hanya dipisahkan oleh tirai tipis yang tembus pandang? Analogi ini penting dipahami agar tidak ada satu pun yang berada di sekitar kita menjadi asam biru. Kamu mengerti bukan?"
***
"Bukan!" Jawab Jaki tetap putus asa.
"Ubi Nua Bosi hadiah paling istimewa!"
"Kamu sudah kirim ke mana saja?"
"Ke dokter Dami Wera di Sikka, dokter Kornelis di Sumba barat Daya, Simon Hayon di Flotim, Yohanes Samping Aoh di Nagekeo, juga buat Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dan Gubernur Bali, Mangku Pastika!"
"Apa aku bilang?" Rara senang bukan main sebab baru kali ini gagasannya diterima telak oleh sabahatnya Benza. "Ubi kayu apa saja boleh.Tetapi karena ubi Nua Bosi adalah ubi terbaik, maka pantaslah kita berikan ubi Nua Bosi!" Rara tertawa bangga."Ayoh kita ke Nua Bosi, kita beli langsung di kebun!"
"Beli di pasar Mbongawani saja!" Protes Jaki dengan wajah masam.
"Ke Nua Bosi biar dapat yang matang di pohon, segar, bersih, dan terjamin bebas asam biru," Rara dan Benza langsung cabut, dan Jaki pun tinggal akui saja. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar