Senin, 11 Agustus 2008

Muka Tembok di Tembok China


Catatan dari Beijing

Laporan wartawan Surya Rusdi Amral

"JANGAN bilang pernah ke Tiongkok, kalau belum menginjak dan memanjat tembok raksasa," demikian goda pemandu wisata ketika kami kebingungan memilih obyek wisata yang paling menarik di negei tirai bambu ini, Minggu (10/8). Terlalu banyak obyek wisata yang layak dikunjungi karena Tiongkok memang kaya akan situs sejarah. Orang bilang, setiap jengkal tanah di Tiongkok menyimpan legenda sejarah.

Tiongkok memang sebuah negara yang mempunyai sejarah lama, kebudayaan gemilang dan kaya dengan sumber obyek wisata. Dengan 29 warisan alam dan warisan budaya dunia yang ada, Tiongkok telah memperlihatkan pada dunia bahwa rakyatnya sejak lama telah memiliki kecerdikan dan kerajinan membangun negaranya. Kini, Tiongkok tidak hanya tercatat sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya paling pesat, tapi juga mampu menggelar pesta Olimpiade yang paling spektakuler sepanjang sejarah.

Hujan deras menyambut kedatangan kami di tempat yang populer disebut The Great Wall itu. Berbekal jas hujan dan payung, kami menapak satu per satu anak tangga untuk mencapai puncak. Beruntung, di tengah jalan terdapat fasilitas cable car (kereta gantung) yang bisa membawa kami ke salah satu puncak tembok raksasa tanpa bersusah payah. Rasa ingin tahu terus mengganggu pikiran kami, apalagi obyek wisata ini telah mendapat cap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Selama ini kami hanya mengenal cerita tembok raksasa dari film, foto maupun lukisan serta buku sejarah. Obyek wisata ini memang luar biasa. Panjang temboknya saja mencapai 7.000 kilometer dan merupakan bangunan terpanjang dalam sejarah yang pernah dibuat manusia. Konon, inilah bangunan satu-satunya di dunia yang bisa dilihat dari bulan.

Tembok ini melintasi lima provinsi di Tiongkok, membentang dari kawasan Shanhai Pass di timur hingga Lop Nur di barat. Tinggi temboknya belasan meter, dengan lebar yang sama di bagian bawah dan atasnya sekitar lima meter. Dalam jarak setiap 180-270 meter terdapat semacam menara pengintai yang tingginya mencapai 11-12 meter.

Di Indonesia, tidak ada bangunan yang menyerupai tembok raksasa itu. Namun, sebutan muka tembok lumayan banyaknya. Muka tembok diasosiasikan sebagai orang yang tak punya malu untuk berbuat kecurangan, korupsi dan maksiat. Sebutan ini sering dilekatkan pada pejabat birokrat yang korupsi, politikus yang menghalalkan segala cara serta kalangan bisnis yang gemar menyuap pejabat. Di Tiongkok, sudah banyak koruptor dihukum mati, sedang di Indonesia baru sebatas hukuman penjara.

Tidak hanya di Indonesia, manusia julukan muka tembok juga ada di Tiongkok. Mereka adalah pedagang kaki lima yang ada di sepanjang anak tangga tembok raksasa itu. Tidak sedikit pengunjung di tempat ini merasa tertipu oleh ulah pedagang yang memaksa pengunjung membeli barang dagangannya dengan harga tinggi. Seorang pengunjung asal Banjarmasin, misalnya, terpaksa membayar cindera mata seharga 40 yuan, padahal harga barang itu hanya sekitar 10 yuan.

"Mereka (pedagang) menjebak saya setelah tawar menawar di atas tulisan kertas. Setelah barang diambil, pedagang minta barangnya dibeli dengan harga tinggi dan transaksi tidak dapat dibatalkan," keluhnya.

***
Memang pantas Tembok China disebut sebagai salah satu keajaiban dunia. Rasanya, tidak ada lagi manusia yang bisa membangun tembok sepanjang itu. Dibutuhkan waktu lebih dari 2.000 tahun untuk membangun tembok raksasa yang dibuat dengan struktur yang berbeda-beda disesuaikan dengan permukaan bumi yang berbeda pula. Ini juga sekaligus memperlihatkan kepakaran dan kecerdikan bangsa Tiongkok telah lama ada dalam teknik bangunan.

Sebagai proyek pertahanan perang, tembok ini dibuat menurut tinggi rendah lereng gunung dan melintasi padang pasir, padang rumput dan tanah payau. Tembok besar umumnya dibangun di puncak gunung, di sebelahnya adalah lereng gunung terjal yang curam. Pihak musuh akan sukar untuk melancarkan serangan terhadap prajurit yang bertahan di tembok itu.

Tembok raksasa ini dibangun dengan batu dan batu bata panjang, serta tengahnya diisi dengan tanah atau bebatuan. Tinggi tembok umumnya belasan meter dan lebar di atasnya kira-kira lima meter, cukup untuk prajurit bermuda berjalan sejajar di atasnya, mengangkut senjata dan bahan makanan. Prajurit boleh turun dan naik menelusuri tangga dan pintu yang dibuat di sebelah dalam. Banyak kubu pertahanan dibuat sepanjang tembok itu.

Tembok China yang termasyhur ini bisa dimaknai sebagai semangat dan kehebatan bangsa Tiongkok. Bagi kita di Indonesia, semangat dan kehebatan itu bisa dijadikan inspirasi untuk membangun bangsa yang besar, tetapi sekali lagi tidak mencontoh kepalsuan-kepalsuan yang ada pada barang tiruan produk negeri tirai bambu itu. Ambil yang asli-asli saja. **

Tidak ada komentar:

SYALOM