Catatan dari Beijing
Oleh Dodo Hawe
SEBAGAI obyek wisata paling menarik di dunia, Forbidden City atau Kota Terlarang bukan sekadar istana kerajaan di Tiongkok, tapi tempat berkumpulnya orang-orang kaya dari berbagai penjuru dunia. Mereka sedang menghamburkan uangnya bersama jutaan wisatawan mancanegara lainnya ke Beijing bersamaan dengan maraknya pesta olah raga musim panas Olimpiade ke-29 di Beijing, 8-24 Agustus 2008 ini.
Tidak semuanya yang hadir di istana ini orang kaya asli, ada juga orang kaya tiruan. Mereka umumnya menyesuaikan diri dengan kondisi di Tiongkok yang dikenal dengan produsen utama barang tiruan. Orang kaya dari Indonesia misalnya, banyak yang tampil mencolok dengan hiasan jam tangan mahal bermerek ”Rolex” yang di Tanah Air berharga sekitar Rp 40 juta. Belum lagi tas, sepatu dan pakaian dengan brand ternama di dunia ikut menghiasi pengunjung di tempat ini.
Barang-barang mewah tiruan ini memang mudah dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan di Kota Beijing, seperti di Yashow Market, Nanjang Road atau Yu Garden. Barang-barang mewah ini dapat dibeli dengan harga super miring atau satu persen dari harga aslinya.
Di Yashow Market misalnya, pusat perbelanjaan ini mirip Pusat Perbelanjaan Mangga Dua di Jakarta atau Pasar Atom di Surabaya yang harga barangnya bisa ditawar 70 sampai 90 persen dari harga yang ditawarkan. Tentu sangat menggiurkan bagi wisatawan untuk terus mencari dan menawar barang yang diinginkan.
Jam tangan ”Rolex” yang banyak digunakan pengunjung di Forbidden City misalnya, ditawarkan seharga 500 Yuan atau sekitar Rp 650.000. Namun, dengan sedikit kemampuan seni menawar, pedagang akan melepas jam tangan palsu itu hanya dengan harga 70 Yuan atau sekitar Rp 91.000. Tanpa terasa, sisa uang yang masih ditangan bisa habis dan diganti oleh barang-barang tiruan khas Tiongkok.
***
SELEPAS berbelanja di Yashow Market, tidak puas rasanya bila tidak mengunjungi Forbidden City yang letaknya persis di tengah kota kuno Beijing. Obyek wisata ini merupakan istana kerajaan selama periode Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Di Tiongkok, lokasi tersebut umum dikenal dengan nama Gu Gong atau "bekas istana". Nama yang sekarang dikenal secara umum sebagai "Kota Terlarang" merupakan terjemahan dari Zijin Cheng yang berarti "Kota Terlarang Ungu".
Obyek wisata ini memiliki lahan seluas 72 hektar, jumlah kamarnya 9.999 ruang. Masing-masing kamar tergabung dalam beberapa bangunan megah dengan arsitektur asli Tiongkok yang menawan. Setiap bagian atap bangunan diukir dengan lukisan naga yang melambungkan kekuasaan sang kaisar. Kawasan yang dilengkapi parit dan tembok setinggi 10 meter itu terbagi dalam dua bagian. Di bagian depan yang ada di bagian selatan, berisi enam bangunan utama tempat para kaisar menjalankan kegiatan mengurus kerajaan. Sementara di belakangnya atau bagian utara merupakan tempat tinggal kaisar dan keluarganya.
Di tempat ini ada beberapa pintu masuk. Pintu utara biasa dijadikan para raja mencari selir-selir untuk dijadikannya sebagai pemuas nafsu. Pada zamannya, masing-masing raja dari suatu dinasti mempunyai 3.000 selir.
Menurut cerita, para selir saat menemui raja juga harus telanjang bulat, demi keselamatan sang raja. Bila para selir mengenakan pakaian dikhawatirkan bisa membawa senjata. ”Biasanya raja hanya menggunakan para selir beberapa kali saja. Bahkan saking banyaknya, ada yang tak sempat berhubungan seks dengan raja, sehingga akhirnya tua dan masih perawan,” urai Staly Lu, pemandu wisata di tempat itu. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar