Jumat, 08 Agustus 2008

PASI dan PSSI NTT Protes Sirkuit Oepoi

PROYEK lintasan atletik Stadion Oepoi Kupang senilai Rp 5 miliar lebih yang menggunakan bahan sintetis menuai protes dari Pengprop PASI dan PSSI NTT. Pasalnya, pengerjaan lintasan membuat lebar lapangan sepakbola berkurang dan layout lintasan atletik tidak sesuai ketentuan PASI.

Kepada Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) NTT, Drs. Herman Sagabara di sela-sela meninjau pengerjaan proyek tersebut bersama Sekretaris Pengprop PSSI NTT, Marthinus Meowatu mengatakan, ukuran standar lapangan sepakbola adalah 110 x 75 meter. Namun, saat diukur, lebar lapangan hingga tepi saluran pembuangan air hanya 68 meter.

"Saya sarankan agar lanjutan pengerjaan lintasan ini ditinjau kembali sebelum sintetis dipasang. Sebelumnya lebar dan panjang lapangan sudah memenuhi standar minimal FIFA dan PSSI, namun sekarang sudah tidak layak. Bagi PSSI, pengerjaan lintasan ini juga mubazir dan tidak berguna apabila permukaan lapangan tidak direhab. Karena sistem drainase dari dalam lapangan akan sangat berpengaruh terhadap lintasan sintetis. Kalau pengerjaan ini terus dilakukan, maka lapangan sepakbola tidak layak digunakan karena hasil pertandingan tidak akansah," ujar Meowatu, Rabu (14/11/2007).

Tteknis dari Pengprop PASI NTT, Drs. Lukas M Boleng, M.Kes, mengatakan, yang harus ditinjau dalam pengerjaan ini adalah lintasan lomba lari 100 meter harus di depan tribun utama bukan di tempat lain. "Lintasan lomba 100 meter harus di depan tribun utama dan itu sudah baku. Selain itu, lintasan harus berjumlah delapan buah masing-masing dengan lebar 2,22 meter. Saran kami, Dispora mendiskusikannya dengan PASI NTT yang tahu hal teknis seperti ini," ujar Boleng.

Pantauan Pos Kupang, saat ini pelaksanaan pekerjaan terus dilaksanakan. Lintasan atletik yang dibangun tersebut dikerjakan masuk ke dalam lapangan sepakbola sepanjang delapan meter. Di sekeliling lapangan juga sudah dibuat saluran drainase. Sementara landasan lintasan di beberapa bagian sudah dipenuhi dengan material on side namun belum disebarkan di atas semacam penyaring yang terbuat dari sintetis.

Sekitar tiga orang pekerja yang hendak dimintai komentarnya enggan menjawab. Mereka tak memberikan informasi tentang siapa perusahaan yang mengerjakan proyek yang didanai APBD NTT dan bantuan pusat tersebut. Papan nama proyek pun tak tampak di sekitar lokasi proyek. (eko)


Dispora bertanggungjawab

Pelaksana Tugas (Plt) Kadispora NTT, Drs. Herman Sagabara mengatakan Dispora NTT akan bertanggungjawab terhadap persoalan ini. Namun, pihaknya belum bisa menjelaskan secara detail pertanyaan-pertanyaan tersebut, karena harus berkoordinasi dengan pengelola proyek pada Subdin Sarana dan Prasarana.

"Kasubdin Sarana dan Prasarana dan tim teknisnya sudah kami hubungi namun belum berhasil. Kami sudah meminta mereka melaporkan secara rinci proyek ini, mulai dari nilainya, sumber dana, arsitektur dan teknis lainnya, karena kami sendiri pun hingga saat ini belum tahu mengenai proyek ini, apalagi tentang perusahaan atau kontraktornya. Saya akui bahwa koordinasi kami di dalam kurang, namun karena ini sudah menjadi masalah, maka kami akan meminta mereka untuk segera melaporkannya. Dalam satu atau dua hari ini, kami akan menjelaskannya," jelas Sagabara yang didampingi beberapa kepala seksi dan stafnya.

Menurut Sagabara, berdasarkan data yang diterima, saat ini fisik proyek sudah mencapai 45 persen, sementara dana yang digunakan baru uang muka proyek. Sagabara mengakui saran dari PASI dan PSSI NTT itu akan dilaporkan secara resmi kepada Pemerintah Propinsi NTT.

Kasubdin Sarana dan Prasarana, Dispora NTT, Patrisius Cole yang dihubungi di ruang kerjanya, Rabu (14/11/2007), tidak berada di tempat. Informasi dari seorang stafnya Cole tidak masuk kerja. Sementara, staf teknis Boya, yang langsung mengawasi proyek tersebut saat ini sedang berada di Jakarta. Patris Cole yang beberapa kali dikonfirmasi melalui telepon genggamnya belum berhasil dihubungi. (eko)

Tidak ada komentar:

SYALOM