Sabtu, 08 November 2008

Catatan dari JPI dan BPAP Cibubur 2008 (1)

Bermodalkan Status Juara Bertahan

Oleh Sipri Seko

KEPALA Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) NTT, Drs. Muhammad S Wongso menginginkan Gubernur atau Wakil Gubernur NTT berdialog dengan wakil NTT yang akan dibawa ke Jambore Pemuda Indonesia (JPI) dan Bakti Pemuda Antar Propinsi (BPAP) 2008 di Cibubur, Jakarta, 24-29 Oktober 2008. Dia sangat yakin, motivasi dan kreativitas para pemuda akan meningkat kalau bisa berdialog atau bertatap muka dengan pemimpinnya.

Muhammad Wongso tahu bahwa dengan spirit, motivasi dan semangat kecintaan terhadap daerahnya, generasi muda akan memiliki pijakan yang kuat dalam menjalankan perannya di tengah tarikan percaturan global. Dia ingin agar para pemuda dari berbagai etnis dan latar belakang itu pulang dengan membawa kebanggaan, pernah masuk di ruang kerja pemimpinnya.

Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, yang adalah aktivis organisasi kepemudaan, rupanya sangat paham dengan motivasi ini. Dia yakin, pemuda NTT akan menjadi pilar utama pembangunan kalau dimaksimalkan potensinya. Karena itu saat berdialog dengan utusan JPI dan BPAP di ruang kerjanya, Esthon meminta mereka agar tidak hanya bisa menuntut, tetapi juga harus sanggup menampilkan potensi dan daya saing.

"Pemuda NTT harus tahu daerahnya. Dia harus tahu sekarang ini di NTT sudah ada berapa kabupaten. Dia juga harus tahu siapa pengarang lagu Flobamora itu. Jangan sampai nanti mengaku sebagai wakil NTT, namun nilai-nilai dasar budaya NTT saja tidak diketahuinya. Pemuda NTT harus mampu menunjukkan potensi dan daya saing, baru menuntut haknya," kata Esthon.

****
Mempersiapkan para pemuda untuk mengikuti JPI dan BPAP memang bukan hal yang mudah. Mereka yang dikirim harus mengenal budayanya. Dia harus tahu tarian daerahnya, lagu daerahnya, adat istiadat dan potensi daerahnya. Tak heran kalau Dispora NTT menggandeng Lembaga Pemuda Flobamora (LPF) sebagai panitia. LPF bertugas melatih 24 pemuda NTT yang ikut JPI dan BPAP agar tahu tarian dan lagu daerah, juga dilatih membuat produk khas daerah.

Persiapan peserta JPI dan BPAP dengan waktu hanya sepuluh hari memang tidak maksimal. Apalagi menurut pengakuan penanggung jawab kegiatan, Rony Fernandes, S.E dan Wakil Ketua LPF, Yuliana Loak, ST, ada daerah yang apatis menanggapi surat permintaan agar mengirim wakilnya. "Daerah menanggung biaya pengiriman ke Kupang, tapi nantinya akan diganti panitia sebab semua biaya peserta sudah disiapkan pemerintah. Namun hal itu tidak ditanggapi, sehingga ada beberapa kabupaten yang tidak mengirim utusannya," kata Rony Fernandes yang adalah Kepala Seksi Kepemudaan Dispora NTT itu.

Setelah berkoordinasi dengan beberapa organisasi kepemudaan, Dispora dan LPF mendapatkan 24 orang pemuda bersama delapan orang pendamping yang akan menjadi utusan NTT. Waktu untuk persiapan menjadi berkurang, namun itu bukan masalah. Dengan bermodalkan status sebagai juara bertahan yang direbutnya tahun 2007 lalu, para pemuda dilatih berbagai tarian dan lagu daerah. Mereka juga diberikan pemahaman tentang bagaimana bergaul dan berbaur dengan masyarakat di daerah dengan budaya dan agama yang berbeda.

Apa saja yang dilakukan di JPI dan BPAP? Saat JPI yang berlangsung di Taman Wiladatika, Cibubur-Jakarta itu, para pemuda mengikuti pameran produk daerah. Mereka juga harus tampil di atas panggung membawakan tarian dan lagu daerah. Mereka juga harus memperagakan bagaimana membuat produk khas daerahnya. Dalam JPI ini, para pemuda tidur di tenda-tenda perkemahan.

Untuk BPAP, utusan NTT dibagi dalam tiga kelompok, masing-masing terdiri dari delapan orang. Mereka akan dikirim ke Propinsi Jawa Timur, Kepulauan Riau dan Sulawesi Barat. NTT sendiri harus menerima wakil dari Propinsi Jawa Timur, Kepulauan Riau dan Sulawesi Barat yang kegiatannya dipusatkan di Atambua, Belu. Usai pelaksanaan JPI, pada tanggal 29 Oktober pemnuda utusan NTT langsung di berangkatkan ke daerah tujuannya.

Selama 45 hari di daerah tujuannya, para pemuda tersebut harus mengenal semua budaya di sana. Mereka harus berbaur dan bergaul dengan masyarakat di daerah tujuannya. "Indonesia terkenal dengan kebhinekaananya. Kebhinekaan tersebut harus diketahui oleh semua komponen masyarakatnya. Dan, karena pemuda adalah generasi penerus pembangunan bangsa, maka kepada mereka sejak dini sudah harus diberi tahu tentang budaya daerah lain agar nantinya mereka mencintai Indonesia secara utuh," ujar staf Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenegpora), Drs. Thobias Thubulau. (bersambung)

Tidak ada komentar:

SYALOM