Kamis, 21 Agustus 2008

Kisah Celana Bolong di LP Cipinang ...

BERADA di balik jeruji penjara, jangan dikira segala kebutuhan tak bisa terpenuhi. Ketua Persatuan Narapidana Indonesia, Rahardi Ramelan - mantan napi kasus dana Bulog - mengisahkan segala keperluan napi di LP Cipinang tersedia lengkap.

Catatannya satu: ada uang, ada barang. Mulai dari air mineral, minyak tanah, hingga ke reparasi ponsel, semua ada di sana. Itu kebutuhan sehari-hari, lalu bagaimana dengan kebutuhan seks para napi?

Meski tak menceritakan secara detail mengenai hal ini dalam buku terbarunya "Cipinang Desa Tertinggal", namun ada kisah yang tersirat dari istilah dalam Kamus Gaul Cipinang yang disisipkan Rahardi. Ternyata, ada cara sendiri yang dilakukan para napi untuk memenuhi kebutuhan seksnya.

Dalam Kamus Gaul Cipinang, ada istilah "Celana Besukan" atau kadang sering disebut "Celana Bolong". Di halaman 165 bukunya, Rahardi memuat definisi dari istilah itu. Maksudnya, celana laki-laki yang kantongnya sengaja dibuat bolong. Tujuannya, agar pacar atau istri yang mengunjungi dapat memegang alat kelamin si narapidana dengan leluasa.

Saat seorang wartawan iseng menanyakan istilah ini pada Rahardi, mantan Kepala Bulog itu menjawab singkat, "Sudahlah buat pengetahuan saja," katanya sambil tersenyum.

Selain "Celana Besukan", cara lain yang digunakan adalah Baca Koran. Istilah ini digunakan napi, ketika istri mereka melakukan oral seks di ruang kunjungan umum. Sang suami menutupi wilayah intim mereka dengan koran, seolah-olah sedang membaca koran.

"Baca Koran" ini umumnya dilakukan oleh "Anak Bawah" atau "Anak Tengah". "Anak Bawah" adalah julukan bagi napi yang tidak mampu membantu keuangan guna kebutuhan kamar. Para "Anak Bawah", sering mendapatkan perlakuan semena-mena, dan diwajibkan untuk bekerja membersihkan kamar maupun lingkungan blok hunian mereka.

Sedangkan "Anak Tengah" adalah napi yang mendapat kunjungan atau kerabatnya, tetapi jumlah bantuan keuangannya rendah. "Anak Tengah" biasanya bekerja sebagai tukang masak di kamar mereka atau sebagai pelindung "Anak Atas", kasta tertinggi diantara para napi.

Hubungan intim pun tak hanya dilakukan dengan istri. Sebab, ada istilah "Bini" (Bukan Istri Namun Intim) yang merupakan julukan bagi perempuan yang berkunjung dan berhubungan mesra dengan narapidana, tapi jelas bukan istrinya. Gaya bermesraan, layaknya suami istri.

Nah, untuk mendapatkan fasilitas berbuat mesum, ada orang yang mereka sebut "Dantusil", singkatan dari Komandan Tuna Susila. Orang yang menjadi "Dantusil" biasanya "Bokap-bokapan" (pegawai yang dekat dengan narapidana dan banyak membantu keperluan narapidana) atau "Brengos" (narapidana yang menjadi preman di dalam Lapas, sering meminta uang kepada napi dan menyetornya ke petugas). "Dantusil" ini bisa memberikan fasilitas untuk berbuat mesum.

Inggried Dwi Wedhaswary

Tidak ada komentar:

SYALOM