Selasa, 16 September 2008

Pos Kupang Cup, Bukti Dukungan Pemerintah


KETUA Bidang Organisasi KONI Propinsi NTT, Ir. Andre Koreh M.T terkagum-kagum dengan besarnya antusiasme masyarakat menonton final turnamen sepakbola Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup, Sabtu (13/9/2008). Ketua klub sepakbola AS Roma ini sangat yakin kalau potensi sepakbola di NTT sangat besar dan kalau pengelolaannya dilakukan dengan baik, olahraga masyarakat ini bisa berprestasi.

Tak hanya sampai di situ, melihat kualitas permainan PS Britama dan Kristal FC yang bermain di final, Andre Koreh yang juga adalah Kepala Biro Penyusunan Progam (Biro Sunpro) Setda Propinsi NTT itu berjanji akan mengusulkan kepada Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya agar mengalokasikan dana untuk perbaikan permukaan Stadion Oepoi. Dia sangat yakin bahwa suatu saat sepakbola NTT akan berkibar di tingkat nasional.

Empat kali digelar, turnamen Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup murni digelar oleh swasta. Menggandeng Mitra Sportindo Event Organizer sebagai penyelenggara, Dji Sam Soe dan SKH Pos Kupang 'bermimpi' bahwa dengan seringnya anak-anak muda NTT bermain bola dalam kompetisi yang berkualitas, suatu saat nanti sepakbola NTT akan maju. Tak heran kalau setiap kali digelar, mereka menginginkan adanya perubahaan baik dalam penyelenggaraan mupun kualitas permainan klub peserta. Apa benar memajukan sepakbola adalah tugas Dji Sam Soe dan Pos Kupang?

Tugas memajukan sepakbola memang seharusnya dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat. Dalam UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, semua kompenen masyarakat diisyaratkan untuk mendukung pembinaan olahraga. Pemerintah malah diwajibkan untuk mengalokasikan anggaran yang cukup untuk olahraga.

Sepakbola, oleh KONI Propinsi NTT ditetapkan sebagai salah satu olahraga prioritas dalam pembinaan. Dia menjadi prioritas bukan karena prestasinya, tetapi karena sepakbola adalah olahraga masyarakat. Mengapa hanya sebatas itu, karena manajemen pembinaan belum berjalan dengan baik.

Benar, kata pelatih PS Britama Kupang, Mathias Bisinglasi bahwa kepengurusan PSSI NTT sebaiknya segera ditinjau ulang. Dia melihat, tidak berprestasinya sepakbola NTT bukan karena ketiadaan pemain atau potensi, namun karena mesin organisasi PSSI yang belum berjalan dengan baik. Para pengurus dinilai tidak memiliki kreasi untuk menggelar event, terbukti mereka hanya mengharapkan bisa menggelar event kalau ada kucuran dana dari pemerintah. Bukti lainnya, hanya mampu menggelar satu turnamen, yakni El Tari Memorial Cup. Dan yang penting sukses, sementara kualitas permanian bukan jadi prioritas.

Ironis dan sangat disayangkan kalau melihat kondisi persepakbolaan di NTT. Di satu sisi, masyarakat ingin bermain di turnamen resmi, namun di sisi lain para pengurus lebih banyak tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya mau menggelar event kalau dana sudah tersedia. Mereka tidak mau berusah-susah mencari dana, karena katanya UU Sistem Keolahragaan Nasional sudah mewajibkan pemerintah untuk menyediakan dana.

Di sini, sebenarnya letak kesalahan Pengprop PSSI dalam memanage organisasinya. Menjadi pengurus, bukan berarti mereka harus menjadi penyelenggara turnamen. Serahkan penyelenggaraan kepada event organizer olahraga sedangkan urusan teknis dan wasit ditangani pengprop. Penyelenggara juga harus diberi kebebasan untuk menggandeng sponsor. PSSI harus mengakui, minimnya keterlibatan swasta dalam turnamen adalah akibat penyelenggaraan yang kurang profesional. Sponsor swasta lebih senang menggandeng event organizer yang profesional dan bertanggungjawab.

Padahal, kalau mau dilihat dukungan pemerintah terhadap cabang sepakbola sudah cukup besar. Lihat saja Wakil Bupati Flores Timur Wabup Flotim), Yoseph Laga Doni Herin, S.Sos yang datang menonton setiap kali klub-klub asal Flotim bertanding. Atau Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si yang di tengah kesibukannya masih sempat hadir di stadion menonton pertandingan. Acungan jempol juga patut diberikan kepada Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) NTT, Drs. Muhammad Wongso yang merekomendasikan penggunaan Stadion Oepoi untuk digunakan meski rehab stadion itu belum selesai dikerjakan.

Kalau demikian keinginan untuk membangun sepakbola NTT menjadi lebih kuat sudah ada. Yang belum tuntas adalah jalinan komunikasi yang belum tertata dengan baik. Tugas ini harus dikembalikan kepada PSSI. Tradisi sepakbola sudah dibangun Dji Sam Soe dan SKH Pos Kupang, lalu kapan prestasi itu datang? Tak perlu menjawab, tapi berikan bukti dengan terus menggelar event. *

Tidak ada komentar:

SYALOM