Rabu, 24 September 2008

Tidak Cukup Satu Turnamen

Catatan Yang Tersisa

Oleh Sipri Seko

PEMAIN Kristal FC, Rafael Lexi Tethun, tak pernah bermimpi akan jadi pemain terbaik turnamen Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup 2008. Tak heran kalau dia sangat terkejut ketika namanya diumumkan sebagai pemain terbaik. "Saya terkejut, karena tidak pernah menyangka akan menjadi pemain terbaik," ujarnya.

Saking sukacitanya, Lexi, bahkan mengantar beberapa anggota panitia yang mengikuti syukuran juara Kristal FC di Hotel Kristal, Minggu (14/9/2008), hingga tempat parkir. Dengan bahasa Timor yang sangat fasih, Lexi, berulang-ulang mengucapkan terima kasihnya karena dipilih menjadi pemain terbaik. Dia berharap gelar itu menjadi motivasi baginya untuk bermain lebih baik.


Menjadi pemain terbaik, top skore, atau pun juara memang sangat membanggakan. Betapa tidak, diikuti semua pemain terbaik di NTT yang tergabung dalam 16 klub, hanya seorang pemain dan satu klub yang menjadi terbaik. Ada rasa sukacita dan kebanggaan. Ada pesta dan perayaan, juga ada doa dan syukur.

Namun, terkadang sukacita dan kebanggaan tersebut membuat pemain atau klub lupa diri. Ada buktinya! Dari empatkali penyelenggaraan Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup, setiap tahun selalu ada juara baru. Pemain terbaik dan top skore pun selalu berganti orang. Apakah itu karena persaingan yang merata, ataukah karena ketika menjadi yang terbaik mereka lupa diri sehingga luapan kegembiraannya berlebihan. Keduanya bisa dibenarkan. Klub-klub yang bertanding di turnamen ini menampilkan kualitas permainan yang hampir setara. Namun, yang beruntung adalah yang mempersiapkan diri dengan baik.

Hal lainnya adalah saat menjadi juara, mereka biasanya langsung menganggap remeh klub lainnya. "Kami yang terbaik. Kamu tidak ada apa-apanya." Begitu kata mereka. Mereka lalu memproklamirkan dirinya sebagai yang terbaik dari semua yang terbaik. Lihat saja Edi Atolan (Qhanasex/2005), David Pramono (SSB Tunas Muda/2006) dan Yusuf Mahemba (Britama Kupang/2007), yang langsung tenggelam di penampilan berikutnya. Yusuf Mahemba malah sering dicadangkan pelatihnya, Mathias Bisinglasi, karena kerap melakukan blunder, bahkan terkadang melakukan aksi-aksi provokasi yang tidak terpuji.

Kualitas klub, pemain, wasit, lapangan, hingga penyelenggaraan memang harus menjadi perhatian penyelenggara. Mitra Sportindo Event Organizer harus terus melakukan evaluasi untuk pembenahan penyelenggaraan. Ketegasan aturan yang ditetapkan bersama harus terus dipertahankan demi peningkatan kualitas permainan. Klub peserta di luar delapan tim yang sudah lolos otomatis harus diseleksi dengan ketat. Ide menjaring empat klub lewat play-off ada baiknya. Selain bisa mengakomodir keinginan banyak klub, mereka juga dituntut untuk mempersiapkan diri dengan baik.

Gebyar dan gempita penyelenggaraan turnamen sepakbola antar-klub terbesar di NTT, Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup 2008 telah berakhir. Ada klub yang pulang dengan linangan air mata, namun ada yang pulang membawa prestasi membanggakan. Sudah cukupkah sampai disitu?

Sangat berat menjawab pertanyaan ini. Apakah hanya dengan satu turnamen dalam setahun, lalu kita bisa mengatakan bahwa usaha pembinaan prestasi sepakbola sudah dilaksanakan? Menurun dan tidak stabilnya prestasi pemain juga adalah akibat minimnya turnamen yang digelar. Para pemain kemudian terjebak dalam turnamen sepakbola mini, yang tidak bermanfaat untuk peningkatan prestasi.

Ini harus menjadi tugas bersama. Pekerjaan rumah ini harus diselesaikan dalam tahun ini. Jangan terlalu berharap pada PSSI yang akan membuat gebrakan. Turnamen sebesar El Tari Memorial Cup saja mereka enggan melaksanakannya. Siapa yang tertantang atau tersinggung bila disebut tak mampu berbuat apa-apa, harus berani memberi bukti. Tantangan ini hanya untuk menggugah mereka yang punya niat suci memajukan sepakbola bukan sekadar untuk gagah-gagahan.

Sudahkah tradisi bola sudah berhasil dibentuk oleh Dji Sam Soe dan Pos Kupang? Bukan pesimis, tapi nampaknya masih jauh dari harapan. Antusiasme dan potensi itu sudah ada. Namun nampaknya kita masih hanya bisa bermimpi kalau suatu saat Bambang Pamungkas dkk bermain di Stadion Oepoi, kalau hanya mengharapkan satu turnamen. Sampai jumpa tahun depan! (habis)

Tidak ada komentar:

SYALOM