Senin, 28 Januari 2008

Ampunilah Dosa Pak Harto

Konflik Antara Soeharto dan Muridnya (2)


KEINGINAN Presiden Soeharto untuk lengser dari kursikekuasaan, membuat BJ Habibie terdiam. Habibie masihpenasaran mengapa orang dekatnya itu hendak mundur daningin menjadi seorang negarawan."BEBERAPA saat saya diam, dengan harapan mendapatpenjelasan mengenai alasan beliau mundur, sertabeberapa pertanyaan yang mengganggu pikiran tersebut.Namun ternyata tidak diberikan. Walaupun saya sangatmemahami Ketetapan MPR mengenai kedudukan dankewajiban presiden dan wakil presiden, saya terpaksabertanya, "Pak Harto, kedudukan saya sebagai WakilPresiden bagaimana?"Pak Harto spontan menjawab, "Terserah nanti. Bisa hariSabtu, hari Senin, atau sebulan kemudian, Habibie akanmelanjutkan tugas sebagai Presiden," jawab Soeharto.Jawaban itu membuat Habibie terkejut. Ia bertanyadalam hati. Bukankah kevakuman dalam pimpinan negaradan bangsa tidak boleh terjadi? Jika Soehartobenar-benar mundur, apakah hal itu sudah sesuai denganUUD '45 dan Ketetapan MPR? "Bagaimana kedudukan saya,sebagai Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar tanpapengganti? Begitulah, dalamsuasana pertemuan yang tidak lazim, serta suasana dilapangan yang tidak menentu dan cukup mengkhawatirkan,muncul berbagai pertanyaan yang amat mengganggupikiran saya," kenangnya.Untuk mengakhiri suasana pembicaraan yang tidak'kondusif' itu, Habibie berusaha mengalihkanperhatian. Ia memberanikan diri mengajukan pertanyaan."Apakah Pak Harto sudah menerima surat pernyataan dariMenko Ekuin Ginandjar Kartasasmita dan empat belasmenteri di bawah koordinasi Menko Ekuin?"Soeharto lalu angkat bicara. Katanya, ia sudahmendengar kabar itu dari anaknya Mbak Tutut. Tetapi iabelum membaca suratnya. "Kemudian Pak Hartomengulurkan tangannya untuk saya jabat, sebagaiisyarat bahwa ia menghendaki diakhirinya pertemuantersebut. Pak Harto memeluk saya, dan mengatakan agarsaya sabar dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya. PakHarto juga meminta agar saya menyelesaikan masalahGinandjar dan kawan-kawan dengan baik."Sebelum meninggalkan Cendana, Soeharto kembaliberpesan. "Laksanakan tugasmu danwaktu tidak banyak lagi." Dengan perasaan yang tidakmenentu dan pikiran yang dipenuhi tanda tanya, Habibiemeninggalkan Cendana.***WAKTU terus berjalan. Di dalam mobil --perjalananmenuju ke Kuningan-- Habibie menugaskan ajudannya Kol(AL) Djuhana segera menghubungi semua menteri di bawahkoordinasi Menko Ekuin, dan meminta agar mereka hadirpada Sidang Ad Hoc Kabinet Terbatas di kediamanHabibie pukul 22.00."Dalam perjalanan dari Cendana ke Kuningan, sayapanjatkan doa dengan bahasa yang tulus, dengangetaran hati dan jiwa, ikhlas datang dari hatisanubari saya. Tuhan, berilah Pak Harto kekuatan danpetunjuk mengambil jalan yang benar dalam memimpinbangsa Indonesia sesuai kehendak-Mu. Berilah PakHarto, kesabaran dan kesehatan yang beliau butuhkan.Ampunilah segala dosa Pak Harto, yang sengaja ataupuntidak sengaja."Masih diwarnai ketegangan, Habibie kembali melantunkandoanya. "Oh Tuhan, saya tidak bertanya mengapa,kenapa, dan bagaimana, semua ini dapat terjadi. Karenasaya berkeyakinan bahwa semua ada artinya yangsekarang saya belum memahami tetapi kelak sayaketahui. Jikalau saya diperkenankan memohonkansesuatu, maka berilah saya kekuatan, kesabaran untukmenghadapi semuanya dengan tenang dan menyelesaikansemua persoalan demi kepentingan seluruh bangsaIndonesia dengan baik. Berilah saya petunjuk untukmengambil jalan yang benar, sesuai kehendakmu.Ampunilah dosa saya."Sambil memanjatkan doa, Habibie mengaku merasa sepertidihipnotis. Ketika tiba di Kuningan ia disambut olehsalah seorang Asisten Wakil Presiden, JimlyAsshiddiqie. Lelaki itu mengajaknya menuju ke pendopo."Di pendopo, saya tergeletak duduk beberapa menit danseolah-olah dalam keadaan trance. Kemudian saya masukmelalui ruang makan, di mana istri saya sedang membacakitab suci Alquran. Di kamar tidur, setelah mengambilwudhu dan melaksanakan shalat, saya mengucapkan doayang sama seperti di dalam mobil," kenang Habibie.Selain berdoa, BJ Habibie berulang kali membaca surahAl-Faatihah, Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Naas."Sekitar pukul 21.45, istri saya datang ke kamar tiduruntuk menyampaikan bahwa di pendopo semua Menko danbanyak menteri hadir. Istri saya bertanya, ada apa?"Dihadapan empat Menko dan 14 menteri yang hadir dipendopo, ia menjelaskan bahwa Kabinet Reformasi telahdibentuk Soeharto dengan memerhatikan masukan dariKoordinator Harian Keluarga Besar Golkar.Esok harinya, 21 Mei 1998 Kabinet Reformasi akandiumumkan oleh Presiden Soeharto. Pada hari Jumattanggal 22 Mei 1998, anggota kabinet akan dilantik diIstana Negara. Hari Sabtu tanggal 23 Mei 1998, PakHarto akan menerima Pimpinan DPR/MPR di Istana Merdekadanakan menyatakan mundur sebagai presiden."Oleh karena beberapa menteri dari Kabinet PembangunanVII masih dibutuhkan untuk duduk dalam KabinetReformasi, maka atas nama Pak Harto, saya mohon agarpara menteri yang telah menandatangani pernyataanbersama tersebut dapat mempertimbangkan untuk menarikkembali pernyataan mereka dan ikut memperkuat KabinetReformasi. Penjelasan saya menimbulkan diskusi yanghangat," tuturnya. (achmad subechi)

Tidak ada komentar:

SYALOM