Konflik Antara Soeharto dan Muridnya (3)
JAKARTA semakin tegang! Gerakan mahasiswa yangmenekan Soeharto agar lengser dari tahtanya tak bisaterbendung. Begitu juga elit-elit politik lainnya yangterus bergerilya menyusun sebuah kekuatan untukmendorong datangnya perubahan.SEHARI menjelang pengunduruan diri Soeharto, WakilPresiden BJ Habibie meminta ajudannya segeramenghubungi Soeharto. Habibie ingin berbicara denganorang terkuat di negeri ini."Namun, sangat saya sayangkan bahwa Pak Harto ketikaitu tidak berkenan berbicara dengan saya. Ia hanyamenugaskan Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursyiduntuk menyampaikan keputusan bahwa esok harinya pukul10.00 pagi, Pak Harto akan mundur sebagai Presiden.Sesuai UUD '45, Pak Harto menyerahkan kekuasaan dantanggung jawab kepada Wakil Presiden RI di IstanaMerdeka. Pengambilan sumpah Wakil Presiden menjadiPresiden akan dilaksanakan oleh Ketua Mahkamah Agungdi hadapan para Anggota MA," kenang Habibie.Mendengar penjelasan itu BJ Habibie mengaku terkejut.Ia ingin berbicara dengan Soeharto. Ajudan PresidenSoeharto menyanggupi akan mempertemukan Habibie esokpaginya sebelum berangkat ke Istana Presiden.Sejumlah menteri yang telah mengajukan suratpengunduran diri dan ketika itu masih berada dipendopo BJ Habibie, terkejut bukan kepalang. "Semuaterkejut mendengar berita tersebut. Kemudian sayameminta agar para menteri yang hadir, dan juga paraAsisten Wakil Presiden yang berada di ruang sebelahpendopo, untuk memanjatkan doa kehadirat Allah SWT.Saya minta Jimly Asshiddiqie untuk memimpin doa. Istrisaya juga diminta untuk hadir," jelas Habibie.***MALAM itu Habibie sedang memantau perkembangan situasidi republik ini dari balik internet. Tiba-tiba Kol(AL) Djuhana --ajudan Habibie-- melaporkan bahwaPanglima ABRI Jenderal Wiranto mohon waktu untukbertemu. "Saya belum bersedia menerima siapa pun,karenaharus merenungkan keadaan tanah air yang sangatmemprihatinkan dan sudah di ambang pintu revolusi,"tutur Habibie.Ditengah situasi tersebut, tiba-tiba terdengar suaradari ruangan yang gelap. "Pak Habibie, sudah hampirpukul 04.00 pagi dan Bapak belum tidur dan belumberistirahat, sementara acara Bapak sudah mulai pukul07.00 pagi. Mohon Bapak beristirahat sejenak."Ruangannya sangat gelap, karena tidak ada lampu yangmenyala kecuali sinar monitor komputer yang menerangiwajah saya BJ Habibie. "Siapa yang berbicara?""Siap... Kolonel Hasanuddin, ADC Bapak," jawabnyasambil menyinari wajahnya dengan lampu senter."Mengapa Kolonel belum tidur?" "Siap, lagi dinas danmohon Bapak istirahat sejenak,"jawabnya.Baru sekitar pukul 06.45, ADC Kolonel (Udara) IwanSidi masuk ke ruangan dan melaporkan bahwa PangabJenderal Wiranto sudah siap menunggu di ruang tamu.Habibie lalu meminta ajudan agar mempersilakanJenderal Wiranto menuju ke pendopo.Pukul 06.50 sampai 07.25 Jenderal Wiranto melaporkankeadaan di lapangan yang tidak menentu dangerakan-gerakan demo yang terus meningkat. Dalamkesempatan itu Pangab meminta Habibie memberikanpengarahan dan petunjuk. "Petunjuk saya, rakyatdiberikan kebebasan untuk berdemo, tetapi tidakdibenarkan merusak dan atau membakar. Fasilitaspengamanan Pak Harto sekeluarga yang sekarangdiberikan agar tetap berfungsi seperti semula danpelaksana pengamanan bertanggung jawab langsung padaPangab. Saya tidak benarkan presiden menerima perwiratinggi ABRI, termasuk Kepala Staf Angkatan, kecualibersama atau atas permintaan Pangab," pesan Habibie.Jenderal Wiranto juga melaporkan bahwa ia telahmenerima inpres yang ditandatangani oleh PresidenSoeharto untuk bertindak demi keamanan dan stabilitasnegara jikalaukeadaan berkembang menjadi khaos dan tidak terkendali.Inpres ini semacam Supersemar (Surat Perintah SebelasMaret).Bagi Habibie, nama Wiranto sudah tidak asing lagi ditelinganya. Sebab, beberapa tahun sebelumnya Habibiepernah bertemu dengan Wiranto di Masjid Istiqlalketika ia bersamaanggota Kabinet Pembangunan dan Pimpinan LembagaTertinggi Negara, duduk di lantai masjid sambilmenantikan kedatangan presiden dan wakil presidenuntuk melaksanakan shalat Id.Ketika itu seorang pemuda berpakaian kemeja batikdengan sopan menyapa BJ Habibie dari belakang. Pemudaitu sambil berbisik, meminta BJ Habibie agardiperkenankan membantu Ikatan Cendekiawan Muslim seIndonesia (ICMI). "Saya bertanya. Siapa Anda dan dimanaAnda sekarang?" "Saya Wiranto, Pak.""Wiranto siapa?" "Saya Wiranto, dulu ADC Presiden dansekarang ditugaskan sebagai Kepala Staf Pangdam Jayamembantu Pak Hendropriyono. " "Saya lalu menjawab,Insya Allah, iktikad dan niat Anda akan dikabulkanAllah SWT. Pada waktu itu, saya sangat terkesan dengankejadian ini," ungkapnya.Usai mengenang masa lalu, BJ Habibie kemudian bersamaWiranto menyiapkan pernyataan sikap ABRI yang akandibacakan oleh Jenderal Wiranto setelah pengambilansumpah presiden ke-3 RI oleh Ketua Mahkamah Agung diIstana Merdeka selesai."Saya tugaskan Pangab untuk langsung ke IstanaMerdeka, sambil saya mempersiapkan diri untuk pergi kekediaman Pak Harto, dengan harapan mendapatkanpenjelasan dan jawaban mengenai mengapa dan kenapasemua ini terjadi. Tetapi, kemudian saya mendapatberita bahwa Pak Harto ternyata belum bersediamenerima saya, dan saya dipersilakan langsung sajaberangkat ke Istana Merdeka. Protokol dan ADC Presidenberharap agar pertemuanempat mata dapat dilaksanakan di Istana Merdeka,"kenang Habibie.Didampingi Sintong Panjaitan, Ahmad Watik Pratiknya,Fuadi Rasyid, Jimly Asshiddiqie, dan perangkatpengamanan wakil presiden, sekitar pukul 08.30, iaberangkat ke IstanaMerdeka untuk menghadiri acara pernyataan pengundurandiri Soeharto. Ketika tiba di Istana, ternyata belumada satupun pejabat yang hadir.Habibie dipersilakan duduk di ruang tamu berhadapandengan ruangan yang dikenal sebagai Ruangan Jepara.Beberapa saat kemudian, Ketua Mahkamah Agung SarwataSH, dan para anggota Mahkamah Agung yang lainnyadatang. Tak lama kemudian disusul pimpinan DPR/MPR.Tatkala mereka sedang mengobrol, tiba-tiba ajudanpresiden mempersilakan Ketua dan para anggota MahkamahAgung masuk ke ruang Jepara. "Saya langsung berdiridan menyampaikan bahwa saya dijanjikan untuk dapatbertemu dengan Presiden Soeharto. Langsung adc(ajudan) presiden kembali ke ruang Jepara dan hanyasekejap kemudian, adc kembali hanya mempersilakanketua bersama para anggota Mahkamah Agung masuk keruang Jepara di mana Pak Harto berada. Saya merasakandiperlakukan tidak wajar dan menahan diri untuk tetapsabar dan tenang. Saya membaca beberapa ayat Alquranyang saya hafal," jelas Habibie.Usai Ketua MA menghadap, ajudan Soeharto mempersilakanpimpinan MPR/DPR masuk ke ruangan Jepara bertemuSoeharto. "Perasaan saya makin penuh dengankekecewaan, ketidakadilan, dan penghinaan sehinggakemudian saya memberanikan diri untuk berdiri danmelangkah ke ruang Jepara ingin bertemu langsungdengan Presiden Soeharto. Namun, baru saja saya beradadi depan pintu ruang Jepara, tiba-tiba pintu terbukadan protokol mengumumkan bahwa Presiden RepublikIndonesia memasuki ruang upacara. Saya tercengangmelihat Pak Harto, melewati saya terus melangkah keruang upacara dan melecehkan keberadaan saya di depansemua yang hadir," jelas Habibie.Dicuekin Soeharto, hati BJ Habibie tambah sedih."Betapa sedih dan perih perasaan saya ketika itu. Sayamelangkah ke ruang upacara mendampingi PresidenSoeharto, manusia yang saya sangat hormati, cintai,dan kagumi yang ternyata menganggap saya seperti tidakada.Saya melangkah sambil memanjatkan doa dan memohon agarAllah SWT memberi kekuatan, kesabaran, dan petunjukuntuk mengambil jalan yang benar," tuturnya. (achmadsubechi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar