Konflik Antara Soeharto dan Muridnya (1)
SOEHARTO kini masih terlelap dalam kesendirian di RSPertamina Pusat (RSPP) Jakarta. BJ Habibie, sang anakdidiknya hingga kini tak juga terlihat batanghidungnya membesuk sang guru. Padahal, sejarahmencatat, kisah sukses BJ Habibie menduduki kursi RI 1menggantikan gurunya tak bisa dipungiri. Ketika itusituasi keamanan nasional sedang amburadul. Kerusuhanterjadi dimana- mana. Amuk massa tak terbendung lagi.Soeharto tahu diri. Ia lengser, lalu menunjuk muridkesayangannya untuk duduk di kursi empuknya. Dibalikalih kekuasaan itu, ada berbagai macam cerita menarikyang tertuang dalam buku 'Detik-detik yang Menentukan'karya BJ Habibie. Berikut cuplikannya:SIRENE suara mobil pengawal kepresidenan terdengarmeraung-raung di seantero kantor Menristek di kawasanJl Thamrin, Jakarta. Para karyawan berhamburanmelambai-lambaikan tangannya. BJ Habibie yang ada didalam mobil membalasnya dengan lambaian tangan. Itulahsuasana yang sempat saya rekam pada hari-hari pertamaBJ Habibie seusai dilantik menjadi Presiden RI.Pria asal Pare-Pare itu tak mungkin duduk di kursi RI1 jika tak ada kerusuhan Mei atau tekanan darimahasiswa yang cukup dasyat terhadap Soeharto.Soeharto sendiri ketika itu sedang mengikutiKonferensi Tingkat Tinggi (KTT) kelompok G-15 di KairoMesir, 13-14Mei 1998.Sinyal Soeharto akan meninggalkan tampuk kepemimpinansudah diungkapkan Soeharto di Cairo. Katanya, jikarakyat tidak lagi memberi kepercayaan kepada dirinyasebagaipresiden, maka ia siap mundur dan tidak akanmempertahankan kedudukannya dengan kekuatan senjata.Soeharto mengaku akan mengundurkan diri danmendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengankeluarga, anak-anak, dan cucu-cucu.Selesai mengikuti KTT G-15, tanggal 15 Mei l998,Presiden Soeharto kembali ke tanah air dan mendarat dilapangan Halim Perdanakusuma di Jakarta, subuh dinihari. Menjelang siang hari, Presiden Soeharto menerimaWakil Presiden BJ Habibie dan sejumlah pejabat tingginegaralainnya.Sebuah peristiwa langka selama pemerintahan PresidenSoeharto terjadi keesokan harinya. Menteri Pariwisata,Seni dan Budaya, Abdul Latief melakukan langkahmengejutkanpada Ahad, 17 Mei 1998. Ia mengajukan suratpengunduran diri kepada Presiden Soeharto denganalasan masalah keluarga, terutama desakananak-anaknya.***21 MEI l998. ADC Kolonel (AL) Djuhana, datang ke ruangkerja BJ Habibie. Dia melaporkan bahwa Menko EkuinGinandjar Kartasasmita minta berbicara melaluitelepon. Ginandjar ketika itu menjabat sebagai salahsatu Sekretaris Koordinator Harian Golkar dan MenkoEkuin. Dalam kesempatan itu Ginanjar menyatakan bahwaia bersama 14 menteri lainnya tidak bersedia duduk diKabinet Reformasi.Ke 14 menteri itu adalah Akbar Tandjung, AMHendropriyono, Ginandjar Kartasasmita, Giri Suseno,Haryanto Dhanutirto, Justika Baharsjah, KuntoroMangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, RahardiRamelan, Subiakto Tjakrawerdaya, SanyotoSastrowardoyo,Sumahadi, Theo L. Sambuaga dan Tanri Abeng."Pertanyaan saya singkat, "Apakah Anda sudah bicarakandengan Bapak Presiden?" Ginanjar lalu menjawab,"Belum, tetapi keputusan itu sudah ditandatanganibersama sebagai hasil rapat kami di Bappenas dan sudahdilaporkan secara tertulis, kepada Bapak Presiden,melalui Tutut, putri tertua Pak Harto."BJ Habibie kembali bertanya? "Mengapa harus begini?Saya juga bertanya kepada Ginandjar, siapa sajamenteri yang tidak hadir? Ginandjar kemudian menyebutsatu persatu nama menteri tersebut. Saya katakan, supaya hasilrapat disampaikan juga kepada mereka, agar pendapatmereka bisa didengar," kata Habibie.Setelah menerima laporan Ginandjar, Habibie memintakepada ajudannya agar hari itu tidak diganggu. Namun,sekitar pukul 17.45, ajudan melaporkan bahwa MenteriKeuangan Fuad Bawazier terus mendesak untuk melaporkansesuatu yang penting.Melalui telepon Fuad Bawazier bertanya, "Apakah isuyang berkembang bahwa Pak Habibie bermaksudmengundurkan diri sebagai Wakil Presiden, benar?"Saya jawab, "Isu tersebut tidak benar. Presiden yangsedang menghadapi permasalahan multikompleks, tidakmungkin saya tinggalkan. Saya bukan pengecut!"Fuad Bawazier menjawab bahwa ia sendiri tidak yakinberita itu benar, karena itu, ia ingin langsungmendengar penjelasan dari Habibie. "Kemudian sayabalik bertanya kepadaFuad Bawazier mengenai rapat yang diadakan oleh MenkoEkuin Ginandjar Kartasasmita di Bappenas. Jika belumtahu, saya minta ia menghubungi Menko Ekuin untukmendengarhasil rapat tersebut," jelasnya.Habibie kemudian berangkat ke kediaman PresidenSoeharto di Jalan Cendana. Sekitar pukul 19.30, iatiba di Cendana, dan dipersilakan menunggu. Kebetulanketika itu Soeharto sedangmenerima mantan Wakil Presiden Sudharmono. Habibieditemani Siti Hediyati Prabowo, putri kedua Pak Harto,istri Prabowo Subianto, Panglima Komando CadanganStrategis Angkatan Darat (Kostrad).Pada kesempatan itu ia bertanya, "Mengapa Prabowo yangsejak tiga hari saya cari tidak datang ke Kuningan?Apakah dia sedang berada di luar negeri?" tanyaHabibie kepada Siti Hediyati Prabowo. Mendengarpertanyaan itu, Siti hanya mengatakan bahwa suaminyaada di dalam negeri.Setelah itu Habibie dipersilakan masuk ke ruangankerja Soeharto. Sambil membuka sehelai kertas besarberisi nama-nama anggota Kabinet Reformasi, Soehartomeminta agar Habibie mengecek ulang nama-namatersebut."Kesempatan itu saya manfaatkan untuk mengusulkanbeberapa perubahan. Karena ada perbedaan pandanganmenyangkut beberapa nama, maka terjadilah perdebatanyang cukup hangat. Saya menyadari bahwa Pak Hartomempunyai alasan tersendiri yang sudah diapertimbangkan. Sebaliknya saya juga mempunyai alasanyang rasional dan sesuai aspirasi masyarakat yangberkembang. Akhirnya, karena tidak ada titik temu,maka saya persilakan Pak Harto memutuskan apa yangterbaik, karena penyusunan anggota kabinet adalah hakprerogatif presiden," ujarnya.Akhirnya Kabinet Reformasi terbentuk. Tak lamakemudian, Soeharto memanggil Menteri SekretarisNegara, Saadilah Mursyid, untuk segera membuatKeputusan Presiden mengenai Susunan Kabinet Reformasiyang baru saja dibentuk. Sesuai rencana, Kamis 21Mei 1998 di Istana Merdeka, Presiden didampingi WakilPresiden akan mengumumkan susunan Kabinet Reformasi.Selanjutnya, Jumat tanggal 22 Mei l998, para anggotaKabinet Reformasi dilantik Presiden Soeharto."Setelah mempersilakan saya meminum teh, Pak Hartomenyampaikan bahwa pada hari Sabtu tanggal 23 Mei1998, ia bermaksud mengundang Pimpinan DPR/MPR untukdatang ke Istana Merdeka," jelas Habibie. Habibie lalumenimpali bahwa pertemuan itu sudah lama merekanantikan. Pimpinan DPR/MPR ingin mendapat penjelasandan penilaian mengenai kehendak rakyat.Begitu pula mengenai keadaan di lapangan yang sedangberkembang dan berubah tiap detik. "Pak Hartotampaknya sama sekali tidak memerhatikan ucapan sayadan mengatakan bahwa ia bermaksud menyampaikan kepadaPimpinan DPR/MPR untuk mengundurkan diri sebagaiPresiden setelah Kabinet Reformasi dilantik."Mendengar penjelasan itu Habibie semakin penasaran.Apalagi, Soeharto tidak memberikan alasan kenapa iaharus mengundurkan diri. Padahal, kabinet baru sajadibentuk. Selain itu, Soeharto sama sekali tidakmenyinggung kedudukan wakil presiden selanjutnya."Menyadari cara berfikir Pak Harto yang telah sayakenal puluhan tahun, tidak disebutnya kedudukan wakilpresiden tersebut jelas mempunyai alasan tertentu. Apayangsebenarnya dikehendaki Pak Harto tentang saya? Apakahsaya juga diminta ikut mundur? Pertanyaan ini munculkarena pernyataan Pak Harto sehari sebelumnya dihadapansejumlah tokoh masyarakat seolah "meragukan" kemampuansaya. Demikian sejumlah pertanyaan berkecamuk di benaksaya," kenangnya.Apalagi Habibie mengaku mengetahui benar bagaimanaprinsip Soeharto soal konstitusional -- Presiden danWakil Presiden tidak dipilih sebagai satu paket.Seperti yang tercantum dalam UUD '45, jika presidenberhalangan melaksanakan tugasnya, maka wakil presidenberkewajiban untuk melanjutkan. "Keinginan Pak Harto,untuk lengser dan mandito atau mundur sebagaipresiden, menjadi seorang negarawan sangat saya pahamidan hormati. Namun, apakah dengancara demikian pelaksanaanya? Beberapa saat saya diam,dengan harapan mendapatpenjelasan mengenai alasan beliau mundur, sertabeberapa pertanyaan yang mengganggu pikiran tersebut,"kenangnya. (Achmad Subechi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar