Senin, 28 Januari 2008
Pandangan Hidup Soeharto (1)
Imu Klenik buat Kekuatan BadanMANTAN Presiden Soeharto kini masih terbaring lemas diRumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Jakarta. Usianyasudah cukup sepuh, 86 tahun. Berbagai macam penyakithinggap di tubuhnya, seperti apa yang kini jugadirasakan manusia lain seusianya. Soeharto, merupakansosok tokoh fenomenal, dari seorang anak petani hinggamenjadi presiden selama 35 tahun di negeri ini. Apadan bagaimana pandangan hidup Soeharto?ADALAH Ny Sukirah. Tepat 8 Juni 1921, seorang bocahkeluar dari rahimnya. Tangis Soeharto kecil pecah,manakala Mbah Kromodiryo --seorang dukun bayi--membantu persalinan Ny Sukirah. Mbah Kromo masihterhitung kerabat dekat dengan Soeharto. Pria ituadalah adik kandung kakeknya Soeharto.Proses kelahiran Soeharto berjalan lancar. Bocah itulahir di rumah ibunya di Desa Kemusuk, sebuah dusunterpencil di daerah Argomulyo, Godean --sebelah BaratYogjakarta. "Ayah saya adalah ulu-ulu, petugas desapengatur air yang bertani di atas tanah lungguh, tanahjabatan selama beliau memiliki tugasnya. Beliau yangmemberi nama Soeharto kepada saya," kenangnya.Soeharto adalah anak ketiga Kertosudiro. Dari istriyang pertama Kertosudiro mempunyai dua anak. Sebagaiduda, Kertosudiro bertemu dengan Sukirah. "Tetapihubungan orang tua saya kurang serasi hingga akhirnyasetelah saya dilahirkan, mereka bercerai," tuturSoeharto.Beberapa tahun kemudian Ny Sukirah menikah lagi denganAtmopawiro. Dari pernikahannya itu ia dikaruniai tujuhorang anak. "Sementara ayah saya menikah lagi danmendapatkan empat anak," ujarnya.Soeharto kecil belum genap berusia 40 hari. Sukirahmengendong bayinya ke rumah Mbah Kromodiryo, denganalasan dirinya sedang sakit dan tak bisa memberikanair susu ibu. Di rumah itulah Soeharto ditimang-timangMbah Amat Idris. "Mbah Kromo yang mengajar sayaberdiri dan berjalan dan seringkali beliau membawasaya kemana-mana kalau beliau pergi bertugas keluarrumah. Kalau Mbah Kromo putri menjalankan prakteknyasebagai dukun bayi dan saya tidak dibawanya," kenangSoeharto.Wajar saja kalau Desa Kemusuk, merupakan desa yang takbisa dilupakan Soeharto. Di tanah Kemusuk itu pula,Soeharto masih teringat betapa nikmatnya diajakjalan-jalan oleh Mbah Kromo ke sawah. SesekaliSoeharto berada di pungung Mbah Kromo yang sedangmenyangkul sawah. Kadang-kadang Soeharto duduk di atasgaru dan memberi isyarat kepada kerbau untuk maju,membelok ke kanan dan ke kiri."Lalu turun ke sawah bermain air bermandikan lumpur.Maka kalau terasa capek atau kepanasan, sayadisuruhnya menunggu di pinggir, di pematang atau dijalan. Pada kesempatan ikut dengan Mbah Kromo, sayasuka mencari belut yang jadi kesukaan saya waktumakan," kenangnya. Saat Soeharto kecil berusia empattahun, ia diambil kembali oleh ibu kandungnya dandiajak menetap di rumah Atmoprawiro, ayah tirinya.***KEPRIHATINAN hidup yang dialami Soeharto di masakanak-kanak, termasuk masalah pendidikan keluarganya--menjunjung tinggi warisan nenak moyang, pendidikankebangsaan sewaktu di sekolah lanjutan rendah,pendidikan agama sewaktu mengaji-- telah mempengaruhiwatak Soeharto.Selain itu, Soeharto mengaku diajari latihan spiritualoleh ayah angkatnya. Misalnya, puasa Senin dan Kamis."Tidur di tritisan (di bawah ujung atap di luarrumah). Semua anjurannya saya kerjakan dengan tekundan penuh keyakinan. Ada anjuran yang belum sayakerjakan, yaitu tidur di pawuhan, di tempat bekasbakaran sampah," kenang Soeharto dalam otobiografinya.Pada masa itu, Soeharto mengaku ditempa untuk mengenaldan menyerap budi pekerti dan filsafat hidup. "Padamasa itulah saya menenal ajaran tiga 'aja'. 'Ajakagetan, aja gumunan, aja dumeh (jagan kagetan, janganheran, jangan mentang-mentang) yang kelak jadipegangan hidup saya dan jadi penegak diri saya dalammenghadapi soal-soal yang bisa menguncangkan dirisaya. Saya ingat terus ajaran leluhur, hormat kalawangusti, guru, ratu dan wong tuwo karo (hormat kepadaTuhan Yang Maha Esa, guru pemerintah dan kedua orangtua)," paparnya.Suatu hari Soeharto pernah menjelaskan soal mistik.Katanya, pengertian mistik adalah ilmu kebatinan,bukan klenik. Tujuan ilmu kebatinan ialah mendekatkanbatin dengan pencipta -- Tuhan Yang Maha Kuasa."Sesuai dengan peninggalan nenek moyang kita, ilmukebathinan itu adalah untuk mendekatkan batin kitakepada-NYA. Itu antara lain berdasarkan ilmukasunyatan, ilmu sangkan paraning dumadi dan ilmukasampurnaning hurip (kesempurnaan hidup). Itulahkebatinan yang sebenarnya," kata Soeharto, suatu hariseperti dalam otobiografinya.Bahkan, Soeharto menilai masyarakat kadang salahkaprah karena mengira ilmu kebatinan itu adalah ilmuklenik. "Ajaran agama juga sebetulnya sama saja. Agamaitu mengajarkan supaya kita dekat kepada Tuhan.Percaya kepada Tuhan, takwa berarti tunduk, patuhkepada perintah Tuhan dan menjauhilarangan-larangan- NYA," tambah Soeharto.Soeharto mengakui bahwa Tuhan itu ada sekalipun tidakberwujud. "Jadi ini soal keyakinan. Tidak hanya orangberagama saja yang percaya, berdasarkan iman bahwaTuhan itu ada. Orang yang mengolah kebatinan punmenyadari kehidupan itu demikian halnya, percaya bahwaTuhan itu ada," jelas Soeharto.Soeharto mengingatkan, kalau ingin memperdalamkebatinan, ingin mendekatkan diri kepada Tuhan,manusia harus bisa mengendalikan dua sifat yangbertentangan pada manusia. "Ilmu klenik adalah ilmukanuragan, ilmu untuk mencari kesempurnaan hidup,tetapi batinnya bukan didekatkan kepada Tuhan,melainkan hanya untuk kandel tipising kulit. Fisiksaja. Jadi kebal senjata," paparnya, sambilmenambahkan untuk mempunyai kekuatan semacam itu bisadiperoleh melalui ilmu klenik. "Ini juga ilmu. Tetapihanya untuk kekuatan badan, bukan untuk kekuatanbatin." (achmad subechi)Pandangan Hidup Soeharto (2-habis)Saya Percaya Kepada TakdirSOEHARTO adalah manusia biasa. Ia mempunyai hati danpikiran yang sama dengan manusia lain. Ia bukanselevel atau sederajat dengan malaikat, karena memangSoeharto adalah manusia yang bukan berasal dari alammalaikat.LAHIR dari anak seorang petani, Soeharto berhasilmelakukan lompatan quantum hingga akhirnya diperayapenduduk di negeri ini sebagai seorang kepala negarayang memiliki wibawa, kharisma, kekuasaan dan hargadiri.Keberhasilan Soeharto mengangkat derajatnya dari wongndeso menjadi manusia 'terhebat' -- karenakekuasaannya- - tak lepas dari pandangan hidup danspiritnya untuk terus meraih kesuksesan. "Pandanganhidup saya berdasarkan percaya kepada Tuhan, percayakepada kekuasaan-NYA. Dengan begitu, maka dengansendirinya saya percaya bahwa apapun yang dikehendakiTuhan, pasti bisa terjadi," kata Soeharto suatu hari.Secara eksplisit apa yang diungapkan Soeharto itu,merupakan bahwa ia mempercayakan sepenuhnya semuakehidupan yang ia jalani ini kepada Tuhan. Soehartojuga percaya dengan takdir yang di dalamnya menyangkutkebahagiaan dan kematian. Semua manusia mempunyaigaris yang sama. Dan garis kesuksesan itu tak bisa iatarik kembali (diulang), karena terbentur usia danfisik."Saya percaya kepada takdir manusia yang telahdigariskan oleh Tuhan. Janganlah menyesal, jangansusah. Kita tinggal pasrah saja. Tidak perlu kitakaget (terhadap) sesuatu yang seolah-olah merupakankeistimewaan pada seseorang. Tidaklah menyebabkan kitaheran. Tidaklah perlu kita terbelalak dibuatnya sampaimengucapkan wah hebat sekali," tutur Soeharto.Jauh-jauh hari sebelum kekuasaan yang ia pegangnyaterhempas ke tanah, Soeharto sudah mengetahuinyakarena kehidupan ini tidak selamanya berada di puncak."Kalau kita mempunyai kedudukan, kekayaan, mempunyaisesuatu yang lebih, jangan lupa bahwa sewaktu-waktuhal itu bisa berubah kalau Tuhan menghendakinya. Sebabitu aja dumeh (jangan mentang-mentang) memilikikedudukan tinggi terus bertindak sewenang-wenang. "Meskipun Soeharto kerap mengajarkan nilai-nilaikesabaran, namun adakalanya juga pria itu tak berhasilmenahan emosinya, manakala berbagai macam fitnahmenghampirinya. Oktober 1974, Soeharto tiba-tibamemanggil G Dwipayana. Kepada Dipo --panggilanakrabnya-- Soeharto meminta agar lelaki itu membuattulisan untuk membantah sebuah majalah yang telahmenurunkan tulisan mengenai asal-usul Soeharto.Bantahan Soeharto itu harus dimuat di semua suratkabar terbitan Jakarta dan majalah. Tak hanya itusaja. Selang sehari setelah itu, Soeharto mengumpulkansemua wartawan di Bina Graha. Di kamar kerjanya,secara pribadi Soeharto memberikan keterangan perskepada wartawan lokal maupun asing. "Saya mestimenjelaskan silsilah saya karena ada yang menulisbuka-bukaan di sebuah majalah," cetus Soeharto ketikaitu.Pada saat itu Soeharto tampaknya marah besar. Bahkan,sebelum memberikan keterangan pers secara pribadi,Soeharto juga menghadirkan beberapa orang saksi yangmasih hidup dan tahu betul seluk-beluk atau jatidirinya. "Saya adalah keturunan Bapak Kertosudiroalias Kertorejo, ulu-ulu yang secara pribadi tidakmemiliki sawah sejengkalpun. Saya berterus terang, didalam menghadapi kehidupan sewaktu kecil sayamengalami banyak penderitaan yang mungkin tidakdialami oleh orang-orang lain," ungkapnya.Soeharto khawatir tulisan-tulisan yang tidak benarmengenai silsilah dirinya bisa ditafsirkan yangtidak-tidak oleh masyarakat. Akibatnya, Soehartomerasa dirugikan secara pribadi, keluarganya dan paraleluhurnya serta kepada negara dan bangsa. Apalagipada waktu itu posisi Soeharto adalah seorang PresidenRI yang masih aktif."Dalam bahasa Jawa ada pepatah sadumuk bathuk, sanyaribumi. Sekalipun hanya di-dumuk, tapi batuknya, berartimengenai harga diri keluarga dan pribadinya, sehinggabisa menimbulkan hal- hal yang tak diinginkan," jelasSoeharto.Menurutnya, gara-gara pemberitaan tersebut masyarakatmenjadi bingung. "Sebenarnya presiden yang sekarangitu keturunan darimana? Kalau itu sudah menimbulkanpembicaraan, timbul kemudian pro dan kontra," jelasnyasambil menambahkan, jika sudah begitu maka lahirkelompok subversi dengan gerpolnya dan dapatmeningkatkan gangguan stabilitas nasional.Soeharto juga menyingung isi tulisan di majalahterbitan Jakarta yang mengatakan bahwa ketika dirinyamasih berusia enam tahun, ibunya menyerahkan kepadaseorang temannya di Desa Kemusuk."Kalau tulisan itu benar, ini mengambarkan martabatseorang wanita yang tidak ada harganya. Mungkin bisamenimbulkan kesan lebih dari itu. Kenapa begitu mudahdiserahkan dengan begitu saja istri dan anak yangberumur enam tahun? Mungkin karena perkawinannya tidaksah. Jadi kalau tidak sah, berarti anak haram atauanak jadah? Apakah ini tidak akan merugikan namabangsa dan negara?" tanya Soeharto.Gara-gara pemberitaan itu, Soeharto mengaku bahwa iaterpaksa membuka rahasia pribadinya demi untukpengabdiannya kepada bangsa dan negara. Soehartosendiri merasa tidak menyesal menceritakanasal-usulnya kepada publik melalui pers. "Semuanya itusaya terima sebagai keadaan yang menimpa diri saya,mulai lahir sampai sekarang sebagai bekal hidup sayahingga kini," tuturnya. (achmad subechi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar