Sabtu, 30 Agustus 2008
50 Tahun NTT: Ironi di Era Otonomi
Oleh Alfons Nedabang
PADA awalnya daerah Swatantra Tingkat I meliputi Swa praja Flores, Sumba dan Timor. Ini untuk membedakan NTT dari daerah Swatantra Bali dan Nusa Tenggara Barat yang sebelumnya tergabung dengan nama Propinsi Sunda Kecil. Pemisahan itu terjadi 1958.
Perjuangan menjadi daerah otonom dilakukan dewan raja-raja serta masyarakat. Tentunya dengan kesadaran yang tinggi bahwa sudah waktunya NTT berdiri sendiri. Semangat pemisahan adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mempercepat laju pembangunan daerah.
Lahirnya Undang-undang tentang Pembentukan daerah-daerah Tingkat II mengharuskan Swatantra NTT dibagi menjadi 12 daerah Tingkat II yaitu Sumba Barat, Sumba Timur, Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores Timur, Alor, Kupang, TTS, TTU dan Belu.
Tahun 1965 sebutan Swatantra diubah menyusul diberlakukannya UU No 18/1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan daerah. Swatantra Tingkat I NTT diubah menjadi Propinsi NTT, sedangkan daerah Tingkat II menjadi kabupaten. Jumlah daerah tingkat dua bertambah tatkala pada tahun 1986 Kota Administratif Kupang berubah status menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang.
Tumbangnya rezim Orde Baru yang ditandai dengan lengsernya Soeharto dari kursi presiden membawa angin segar di berbagai bidang, di antaranya bidang tata kepemerintahan. Reformasi melahirkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang mulai diberlakukan Januari 2001. Selama periode 1999-2003, NTT bertambah tiga kabupaten yaitu Lembata, Rote Ndao dan Manggarai Barat.
Tidak berhenti di situ. Pemekaran terus berlanjut hingga sampai saat ini jumlah kabupaten/kota di NTT menjadi 20. Pemekaran tahap kedua selama periode 2004 - 2007 terbentuk kabupaten Manggarai Timur, Nagekeo, Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya. Sangat mungkin jumlah kabupaten/kota di NTT terus bertambah. Pasalnya, angin segar UU Otonomi Daerah membuat hampir semua daerah berlomba-lomba memekarkan diri. Keranjingan! Wacana pemekaran tidak surut.
Sabu sudah merasa 'tidak nyaman' dalam dekapan Kabupaten Kupang sehingga memproklamirkan ingin memisahkan diri. Malaka mulai bergolak menuntut lepas dari Belu. Adonara bangkit ingin pisah setelah sekian lama tidur lelap di pangkuan Flores Timur. Molo yang selama ini dibuai manis TTS, tidak ketinggalan. Dengan suara lantang Molo berteriak ingin otonomi. Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka sedang diperjuangkan menjadi Kota Madya. Dan, yang lain pasti menyusul.
Otonomi Daerah menurut UU No 22/1999 dipahami sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Dengan otonomi berarti telah memindahkan sebagian besar kewenangan yang tadinya berada di tangan pemerintah pusat diserahkan kepada daerah otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Dengan otonomi daerah berarti pula pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Pasalnya, kewenangan membuat kebijakan sepenuhnya menjadi wewenang daerah otonom.
Kunci keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah (PAD), sumber daya manusia serta kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah otonom.
Implementasinya? Masih masih jauh dari semangat otonomi daerah. Pelayanan publik belum demikian baik. Pengurusan kartu tanda penduduk (KTP), surat izin mendirikan bangunan (IMB) dan surat izin tempat usaha (SITU), prosesnya lama nian. Pungutannya juga macam-macam, belum lagi perilaku aparat yang selalu meminta uang pelicin. Tidak heran jika warga senantiasa mengeluh dan berteriak.
Pemerintah daerah ternyata belum mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif, sehingga dapat mendesain standar pelayanan publik yang mudah, murah dan cepat.
Pengisian formasi jabatan tidak mengedepankan profesionalisme. Banyak yang terjebak pada fanatisme sempit berupa kesukuan, golongan, dia pendukung atau tim sukses. Persatuan dan kesatuan di era otonom kian terusik.
Upaya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) juga tidak maksimal sehingga hasilnya pun tidak signifikan. Ada daerah yang stagnan bahwa banyak daerah otonomi baru, PAD jongkok terus. Padahal pelaksananaan otonomi telah diwarnai dengan kecenderungan Pemda untuk meningkatkan PAD dengan cara membuat Perda yang berisi retribusi dan pembebanan pajak-pajak daerah.
Kabupaten Lembata, misalnya. Setahun pemekaran (2000) PAD hanya Rp 500 juta lebih. Lima tahun kemudian (2005), pencapaian PAD Lembata Rp 4,5 miliar dari target sebesar Rp 8,8 miliar. Pada tahun 2007, naik mendekati angka Rp 10 miliar. Sedangkan pada 2008 PAD-nya mencapai Rp 11 miliar.
PAD Rote Ndao juga relatif kecil. Pada tahun 2004 penerimaan PAD Rp 1,51 miliar, selanjutnya Rp 6,69 miliar (2005) dan Rp 8,15 miliar (2006). Kecilnya PAD di antaranya disebabkan kurang kreatifnya daerah untuk memanfaatnya potensi daerah masing-masing. Pantai Nemberala yang menjadi salah satu obyek wisata andalan, ditelantarkan selama empat tahun. Dan, masih banyak lagi potensi yang belum digarap.
Kecilnya PAD inilah yang membuat ketergantungan daerah pada program pemerintah pusat sangat tinggi. Banyak dana mengalir ke daerah. Tapi banyak pula dana yang dikelola tidak tepat sasaran. Program mubasir. Ikutannya, banyak orang daerah - entah kepala daerah, anggota DPRD, pejabat lainnya dan pengusaha - tersandung kasus korupsi. Anggapan bahwa desentralisasi korupsi melalui otonomi daerah, ada benarnya.
Pengelolaan dana yang dikelola tidak tepat sasar, sudah tentu berkorelasi negatif pada kondisi masyarakat dan daerah. Persoalan krusial seperti rawan pangan, kekurangan gizi, terisolasi dari daerah lain karena minimnya jaringan, sarana dan prasarana transportasi serta kekurangan air bersih, senantiasa membelengu masyarakat. Stigma kemiskinan pun melekat. Yang lebih fatal adalah otonomi daerah diterjemahkan sebagai upaya mencari dan membagi-bagi kekuasaan. Inilah ironi pembangunan di era otonomi daerah.
Sewindu sudah kita melaksanakan otonomi daerah. Pada tahun ke-8, pelaksanaannya bertepatan dengan peringatan 50 tahun NTT. Kedua momen ini kita kawinkan dan menjadikannya momentum untuk refleksi. Refleksi tentang seberapa besar manfaat pemekaran daerah untuk tujuan percepatan pembangunan, pendekatan pelayanan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Semangat pemekaran yang mengebu-gebu hendaknya dibarengi dengan semangat membangun daerah. Agar kita tidak dibilang pemekaran daerah bertujuan untuk kepentingan kekuasaan semata. Jika ini yang terjadi, sangatlah mungkin tidak ada ada perubahan -- berapa pun banyak daerah dimekarkan. Pemekaran menjadi malapetaka karena melahirkan persoalan baru bagi NTT.**
Atlet FKTI NTT Dapat Bonus
KEBERHASILAN karateka NTT yang meraih juara umum Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Karate Tradisional Menpora Cup 2008 di Wonogiri-Jawa Tengah, 22-23 Agustus lalu mendapat perhatian. Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya saat menerima mereka di ruang kerjanya, Jumat (29/8/2008), langsung memberikan bonus uang kepada mereka.
Untuk peraih medali emas masing-masing diberi Rp 7,5 juta. Medali perak menerima Rp 6 juta dan perunggu Rp 5 juta. Sebelumnya, pada Kamis (28/8/2008), para atlet disambut Danrem 161 Wirasakti Kupang, Kolonel Winston Simanjuntak di Bandara El Tari Kupang.
"Penghargaan dari gubernur ini adalah sesuatu yang membanggakan. Para atlet merasa dihargai karena sudah mengharumkan nama NTT di tingkat nasional. Kami cukup bangga, karena meski tidak mendapat dukungan dana dari pemerintah daerah seperti dari kabupaten lain, namun kami bisa membawa pulang prestasi," ujar pelatih asal Nagekeo, Udin, usai pertemuan dengan Gubernur Lebu Raya.
Untuk diketahui, Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI) NTT meraih juara umum Menpora Cup 2 di Wonogiri-Jawa Tengah dengan 16 medali emas, tujuh perak dan tujuh perunggu. Karateka Nagekeo menjadi pengumpul medali terbanyak, yakni 13 emas yang direbut Yoktan Taneo (4 emas), Sovia Taneo (5 emas), Marlin Safrudin (2 emas, 1 perak dan 1 perunggu) dan Leni Djafra (2 emas, 1 perak, 1 perunggu).
Karateka Sikka, Ricky Ricardo merebut dua emas dan satu perak dan Righ Lecomte (1 emas). Hasil lainnya, karateka Manggarai, Robert Kana dan Guido Nagor masing-masing satu perak, satu perunggu. Dari Ngada, Ikram Mahben (1 perak), Raymundus Sudin (1 perunggu), Ewal Baba (1 perunggu). "Keberhasilan tim karate ini adalah berkat bimbingan dari Sensei Frans Fernando (Dan VI) selaku Ketua ASKI NTT," ujar Udin. (eko)
Afriana Rebut 2 Perak
Asean School Championship
ATLET NTT, Afriana Paijo berhasil merebut dua medali perak pada kejuaraan atletik pelajar Asia Tenggara (Asean School Championship) ke-23 di Danang, Vietnam, 22-28 Agustus 2008. Dua medali perak direbut dari nomor 3.000 meter dan 1.500 meter. Demikian diinformasikan pelatih atletik NTT, Soleman Natonis, yang mendampingi 20 atlet Indonesia di kejuaraan tersebut, Jumat (29/8/2008).
Menurut Soleman, di kejuaraan ini, Indonesia berada di peringkat ketiga klasemen perolehan medali setelah Thailand dan Vietnam dengan perolehan tiga medali emas dan enam perak. Maria Londa, atlet asal Bali, meraup dua medali emas dari nomor lompat jauh dan lompat jangkit dan Yuliana Dika asal Kalimantan Barat merebut satu medali emas dari nomor lempar cakram.
Hasil lainnya, Hendro meraih medali perak jalan cepat, Franklin Burumi asal Papua merebut dua medali perak dari lari 200 meter dan estafet dan Yuaris Dianto asal Jawa Tengah merebut satu medali perak dari nomor tolak peluru.
"Afriana Paijo mendapat dua perak dari nomor 3.000 meter dengan catatan waktu 10.30 detik dan nomor 1.500 meter dengan waktu 4.42 detik. Ini adalah sebuah prestasi yang menggembirakan, karena prestasinya mengalami peningkatan," ujar Natonis.
Pada bulan Juni lalu, Afriana mewakili Indonesia mengikuti kejuaraan atletik yunior di Jakarta. Afriana terpilih setelah menjadi yang terbaik dalam beberapa kejuaraan resmi yang masuk dalam kalender kejuaraan PB PASI. Afriana memecahkan rekornas Kejurnas Antar-PPLP di Papua tahun 2007 dan juga meraih medali emas di kejuaraan Asian School Athletic Championship di Jakarta tahun 2007. (eko)
Jumat, 29 Agustus 2008
Pembelajaran Politik yang Baik
ANGIN reformasi yang ditiupkan mahasiswa ketika menjatuhkan rezim Soeharto pada tahun 1998 lalu disambut gembira. Harapan akan perubahan hidup bermunculan. Rakyat kini bebas menentukan pilihannya.
Kran politik, informasi dan lainnya yang selama ini hanya dinikmati kelompok elite tertentu mulai terbuka. Kalau sebelumnya masyarakat masih takut memrotes pemerintah, kini kebebasan mengeluarkan pendapat tidak dibatasi lagi. Tidak ada yang kebal hukum. Siapa pun dia, jika bersalah pasti mendapat hukuman yang setimpal.
Era reformasi itu memang membawa banyak perubahan. Tak hanya peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri atau peraturan daerah ikut diubah, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pun ikut diamandemen. Semuanya memiliki satu tujuan, yakni untuk kesejahteraan masyarakat.
Selain perubahan di bidang informasi dan komunikasi, perubahan mencolok terjadi juga di bidang politik nasional hingga daerah. Berbagai regulasi lama diganti dengan regulasi-regulasi baru yang lebih komunikatif. Masyarakat diberikan kebebasan untuk mendirikan partai politik asalkan memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Tidak sampai di situ saja, undang-undang pemilihan presiden/wapres, kepala daerah dan anggota legislatif pun dirubah.
Tugas memilih kepala daerah bukan lagi urusan DPRD dan pemerintah, tapi rakyat langsung menentukan pilihannya. Rakyat diberi kebebasan untuk memilih figur yang pantas sesuai dengan aspirasi yang diinginkannya. Lalu, apakah semua perubahan itu sudah sesuai dengan semangat perjuangan reformasi?
Tampaknya masih jauh dari harapan. Antara paham aturan dan tidak paham, hanya beda-beda tipis. Akibatnya, banyak yang terjebak dan kebablasan dalam permainan politiknya sendiri. Banyak sudah persoalan politik di NTT, yang seharusnya sudah menjadi pelajaran penting bagi kita. Kurang pahamnya masyarakat terhadap regulasi-regulasi politik membuat mereka sering menjadi korban penipuan, pembohongan dan manipulasi dari kelompok elite tertentu.
Sebut saja kasus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat pemilihan Walikota/Wakil Walikota Kupang tahun lalu. Ada kubu yang mendaftar Guido Fulbertus, namun ada juga yang mendaftarkan Daniel Adoe. Saat pemilihan gubernur dan Wakil Gubernur NTT beberapa waktu lalu kembali terjadi. Ada partai yang mendaftar paket Gaspar Ehok-Julius Bhobo dan Beni Harman-Alfred Kase, PKB mengaku diusung oleh PKB.
Kasus terbaru adalah yang terjadi di Kabupaten Ende. Sekretaris I DPD PDI- Perjuangan NTT yang merangkap sebagai DPC PDI-P Ende, Victor Mado Watun mengatakan, pihaknya hanya mencalonkan Drs. Don Bosco Wangge-Achmad Mochdar (paket DO'A) sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Ende. PDI-P, katanya, tidak mengusung Bernadus Gadobani, S.Ag, sebagai calon Bupati Ende. Pencalonan Gadobani adalah kemauan pribadi.
Apa pun alasannya, polemik-polemik seperti ini bisa disebut sebagai sebuah pembelajaran politik yang membingungkan masyarakat. Masyarakat jadinya tidak bisa membedakan mana yang disebut demokrasi dan mana itu kepentingan pribadi. Para elite politik dengan sedikit kuasa dan kewenangan yang dimilikinya melakukan manuver-manuver politik yang cukup menyita perhatian. Lihat saja aksi Gadobani yang sudah mengundurkan diri dari kepengurusan PDI-P Ende, namun mendaftarkan diri di KPU Ende sebagai calon dari PDI-P.
Dari sini akan sangat jelas dan terbaca sejauh mana peran partai politik yang salah satu tugasnya adalah memberikan pelajaran politik kepada masyarakat. Masyarakat biasanya akan melihat dan menilai. Dan, ketika mereka menjadi bingung, bisa saja berubah menjadi apatis. Hal ini yang tidak kita inginkan. Masyarakat harus diajak untuk berperan.
Untuk itu, harus ada jiwa besar dan rasa menghormati demokrasi yang ditunjukkan elite politik. Harus dewasa dalam berpolitik. Ambisi boleh besar, namun harus ada kesadaran bahwa jauh di sana ada kelompok masyarakat yang sedang melihat dan memberikan penilaian.
Simpatisan PDI-P di Ende yang melihat para elitenya berseteru untuk kepentingan pribadinya tentu sudah tahu apa yang harus dilakukan. Maksudnya adalah bahwa manuver dan intrik-intrik politik yang dilakukan hendaknya jangan memecah-belah masyarakat. Tunjuklanlah kedewasaan dalam berpolitik dengan tameng kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. *
Kran politik, informasi dan lainnya yang selama ini hanya dinikmati kelompok elite tertentu mulai terbuka. Kalau sebelumnya masyarakat masih takut memrotes pemerintah, kini kebebasan mengeluarkan pendapat tidak dibatasi lagi. Tidak ada yang kebal hukum. Siapa pun dia, jika bersalah pasti mendapat hukuman yang setimpal.
Era reformasi itu memang membawa banyak perubahan. Tak hanya peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri atau peraturan daerah ikut diubah, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pun ikut diamandemen. Semuanya memiliki satu tujuan, yakni untuk kesejahteraan masyarakat.
Selain perubahan di bidang informasi dan komunikasi, perubahan mencolok terjadi juga di bidang politik nasional hingga daerah. Berbagai regulasi lama diganti dengan regulasi-regulasi baru yang lebih komunikatif. Masyarakat diberikan kebebasan untuk mendirikan partai politik asalkan memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Tidak sampai di situ saja, undang-undang pemilihan presiden/wapres, kepala daerah dan anggota legislatif pun dirubah.
Tugas memilih kepala daerah bukan lagi urusan DPRD dan pemerintah, tapi rakyat langsung menentukan pilihannya. Rakyat diberi kebebasan untuk memilih figur yang pantas sesuai dengan aspirasi yang diinginkannya. Lalu, apakah semua perubahan itu sudah sesuai dengan semangat perjuangan reformasi?
Tampaknya masih jauh dari harapan. Antara paham aturan dan tidak paham, hanya beda-beda tipis. Akibatnya, banyak yang terjebak dan kebablasan dalam permainan politiknya sendiri. Banyak sudah persoalan politik di NTT, yang seharusnya sudah menjadi pelajaran penting bagi kita. Kurang pahamnya masyarakat terhadap regulasi-regulasi politik membuat mereka sering menjadi korban penipuan, pembohongan dan manipulasi dari kelompok elite tertentu.
Sebut saja kasus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat pemilihan Walikota/Wakil Walikota Kupang tahun lalu. Ada kubu yang mendaftar Guido Fulbertus, namun ada juga yang mendaftarkan Daniel Adoe. Saat pemilihan gubernur dan Wakil Gubernur NTT beberapa waktu lalu kembali terjadi. Ada partai yang mendaftar paket Gaspar Ehok-Julius Bhobo dan Beni Harman-Alfred Kase, PKB mengaku diusung oleh PKB.
Kasus terbaru adalah yang terjadi di Kabupaten Ende. Sekretaris I DPD PDI- Perjuangan NTT yang merangkap sebagai DPC PDI-P Ende, Victor Mado Watun mengatakan, pihaknya hanya mencalonkan Drs. Don Bosco Wangge-Achmad Mochdar (paket DO'A) sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Ende. PDI-P, katanya, tidak mengusung Bernadus Gadobani, S.Ag, sebagai calon Bupati Ende. Pencalonan Gadobani adalah kemauan pribadi.
Apa pun alasannya, polemik-polemik seperti ini bisa disebut sebagai sebuah pembelajaran politik yang membingungkan masyarakat. Masyarakat jadinya tidak bisa membedakan mana yang disebut demokrasi dan mana itu kepentingan pribadi. Para elite politik dengan sedikit kuasa dan kewenangan yang dimilikinya melakukan manuver-manuver politik yang cukup menyita perhatian. Lihat saja aksi Gadobani yang sudah mengundurkan diri dari kepengurusan PDI-P Ende, namun mendaftarkan diri di KPU Ende sebagai calon dari PDI-P.
Dari sini akan sangat jelas dan terbaca sejauh mana peran partai politik yang salah satu tugasnya adalah memberikan pelajaran politik kepada masyarakat. Masyarakat biasanya akan melihat dan menilai. Dan, ketika mereka menjadi bingung, bisa saja berubah menjadi apatis. Hal ini yang tidak kita inginkan. Masyarakat harus diajak untuk berperan.
Untuk itu, harus ada jiwa besar dan rasa menghormati demokrasi yang ditunjukkan elite politik. Harus dewasa dalam berpolitik. Ambisi boleh besar, namun harus ada kesadaran bahwa jauh di sana ada kelompok masyarakat yang sedang melihat dan memberikan penilaian.
Simpatisan PDI-P di Ende yang melihat para elitenya berseteru untuk kepentingan pribadinya tentu sudah tahu apa yang harus dilakukan. Maksudnya adalah bahwa manuver dan intrik-intrik politik yang dilakukan hendaknya jangan memecah-belah masyarakat. Tunjuklanlah kedewasaan dalam berpolitik dengan tameng kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. *
Minggu, 24 Agustus 2008
Faktor Mental Juara
Oleh Sipri Seko
ZETH Adoe tak habis pikir, mengapa dia selalu kandas di final. Dua tahun berturut-turut, AS Roma hanya bisa menjadi runner- up. Tahun 2006 kandas dari SSB Tunas Muda. Tahun lalu, mereka takluk dari Britama Kupang. Kalau tahun ini sang pelatih, Zeth Adoe, langsung menargetkan juara, apakah mereka layak?
Jangan cepat menjawab sebelum melihat skuad mereka dan calon lawannya. Mereka bergabung bersama Putra Napo, Platina Komputer dan Putra Samudera di Grup D. Grup maut! Tapi, Zeth Adoe dan Buce Lioe tak terlalu khawatir. Menggabungkan skuad utama Persab Belu dan Perserond Rote Ndao dalam tim AS Roma, Zeth begitu yakin kalau keinginannya untuk menjadi juara bukan sebuah sesumbar kosong.
Tapi untuk mencapainya, Zeth Adoe harus melewati hadangan Putra Napo. Tampil mengejutkan dan lolos hingga empat besar tahun lalu, Putra Napo kini mengincar prestasi yang lebih tinggi. Abubakar yang menjadi arsitek, tentu tak ingin mengecewakan Wakil Bupati Flores Timur, Yoseph Lagadoni Herin, yang melepas mereka dengan resmi di Mananga, Solor. Diperkuat beberapa pemain dari Tarakan, Kalimantan Timur, Putra Napo memiliki kekuatan dan kualitas yang harus diperhitungkan.
Bagaimana dengan kekuatan Platina Komputer? Helmon Liko dan Melkisedek Lado Madi sekarang tentu lagi berpikir keras bagaimana meramu skuad dalam timnya. Memiliki pemain- pemain berkualitas tinggi, Helmon dan Melkisedek dituntut untuk meramu mereka menjadi kekuatan yang bukan hanya berkualitas tapi juga kompak untuk meraih gelar.
Menggabungkan pemain PS Kota Kupang (PSKK) dan PSN Ngada, Platina Komputer memang patut diunggulkan. Siapa tidak kenal Frans Saboen, Hendro Toda, John Liko, Leandro, Hery Nuwa, Atus Kapitang, Ardy Valendra, Zola, Ardy Ora, Pinto Abrao, Thomas Gotha dan Justinus Jabur? Mereka adalah pemain-pemain terbaik di posisi masing-masing.
Satu tim lainnya yang bergabung di Grup D ini adalah Putra Samudera (Pusam). Tidak seperti AS Roma, Putra Napo dan Platina Komputer yang menargetkan juara, Pusam memilih tampil sebagai underdog. Namun, lolos lewat jalur play-off, anak-anak asuhan Ako Dethan ini tak boleh dipandang remeh. Lihat saja ketika strikernya Agoes Jose mencetak empat gol untuk mempermalukan Primus Sivelmus dan Castelo Branco yang memperkuat Kelimutu FC saat play-off. Artinya, ketika Pusam tahu calon lawannya lebih diunggulkan, pemainnya tidak akan mau melihat gawangnya dibobol.
Kalau demikian, nampaknya susah untuk menentukan dua tim yang akan lolos dari Grup D. AS Roma, Putra Napo dan Platina Komputer akan mengandalkan kualitas lebih pemainnya untuk merebut kemenangan. Biasanya, kalau ini yang terjadi, faktor mental juara akan sangat menentukan. Siapa yang siap, dia yang menang. Tapi, ketika ketiganya tidak menghiraukan dan menganggap remeh keberadaan Pusam, maka Ako Dethan, akan 'permisi' kepada mereka untuk lolos ke putaran kedua. (**)
ZETH Adoe tak habis pikir, mengapa dia selalu kandas di final. Dua tahun berturut-turut, AS Roma hanya bisa menjadi runner- up. Tahun 2006 kandas dari SSB Tunas Muda. Tahun lalu, mereka takluk dari Britama Kupang. Kalau tahun ini sang pelatih, Zeth Adoe, langsung menargetkan juara, apakah mereka layak?
Jangan cepat menjawab sebelum melihat skuad mereka dan calon lawannya. Mereka bergabung bersama Putra Napo, Platina Komputer dan Putra Samudera di Grup D. Grup maut! Tapi, Zeth Adoe dan Buce Lioe tak terlalu khawatir. Menggabungkan skuad utama Persab Belu dan Perserond Rote Ndao dalam tim AS Roma, Zeth begitu yakin kalau keinginannya untuk menjadi juara bukan sebuah sesumbar kosong.
Tapi untuk mencapainya, Zeth Adoe harus melewati hadangan Putra Napo. Tampil mengejutkan dan lolos hingga empat besar tahun lalu, Putra Napo kini mengincar prestasi yang lebih tinggi. Abubakar yang menjadi arsitek, tentu tak ingin mengecewakan Wakil Bupati Flores Timur, Yoseph Lagadoni Herin, yang melepas mereka dengan resmi di Mananga, Solor. Diperkuat beberapa pemain dari Tarakan, Kalimantan Timur, Putra Napo memiliki kekuatan dan kualitas yang harus diperhitungkan.
Bagaimana dengan kekuatan Platina Komputer? Helmon Liko dan Melkisedek Lado Madi sekarang tentu lagi berpikir keras bagaimana meramu skuad dalam timnya. Memiliki pemain- pemain berkualitas tinggi, Helmon dan Melkisedek dituntut untuk meramu mereka menjadi kekuatan yang bukan hanya berkualitas tapi juga kompak untuk meraih gelar.
Menggabungkan pemain PS Kota Kupang (PSKK) dan PSN Ngada, Platina Komputer memang patut diunggulkan. Siapa tidak kenal Frans Saboen, Hendro Toda, John Liko, Leandro, Hery Nuwa, Atus Kapitang, Ardy Valendra, Zola, Ardy Ora, Pinto Abrao, Thomas Gotha dan Justinus Jabur? Mereka adalah pemain-pemain terbaik di posisi masing-masing.
Satu tim lainnya yang bergabung di Grup D ini adalah Putra Samudera (Pusam). Tidak seperti AS Roma, Putra Napo dan Platina Komputer yang menargetkan juara, Pusam memilih tampil sebagai underdog. Namun, lolos lewat jalur play-off, anak-anak asuhan Ako Dethan ini tak boleh dipandang remeh. Lihat saja ketika strikernya Agoes Jose mencetak empat gol untuk mempermalukan Primus Sivelmus dan Castelo Branco yang memperkuat Kelimutu FC saat play-off. Artinya, ketika Pusam tahu calon lawannya lebih diunggulkan, pemainnya tidak akan mau melihat gawangnya dibobol.
Kalau demikian, nampaknya susah untuk menentukan dua tim yang akan lolos dari Grup D. AS Roma, Putra Napo dan Platina Komputer akan mengandalkan kualitas lebih pemainnya untuk merebut kemenangan. Biasanya, kalau ini yang terjadi, faktor mental juara akan sangat menentukan. Siapa yang siap, dia yang menang. Tapi, ketika ketiganya tidak menghiraukan dan menganggap remeh keberadaan Pusam, maka Ako Dethan, akan 'permisi' kepada mereka untuk lolos ke putaran kedua. (**)
Jumat, 22 Agustus 2008
Sepakbola, Gay, Hingga Bunuh Diri
AKHIR-akhir ini, Indonesia digegerkan masalah gay yang dipicu oleh pembunuhan berantai yang dilakukan Veri Idham Henyansyah alias Ryan (30). Kelompok heteroseksual itu sering menjadi bahan kontroversi. Hal itu juga pernah terjadi di dunia sepakbola.
Terutama pada awal 1990, ketika pemain sepakbola Inggris, Jjustin Fashanu, mengaku kepada publik bahwa dirinya seorang gay. Tak ayal, dunia sepakbola pun langsung gegera. Sebab, cabang olahraga ini identik dengan komunitas macho. Maka, banyak orang yang menentang kehadiran Fashanu di sepakbola.
Kariernya pun langsung tenggelam. Padahal, Justin Fashanu merupakan pemain kulit hitam pertama yang dikontrak mencapai 1 juta pounds pada 1980, ketika dibeli Notthingham Forest dari Norwich City. Banyak yang berharap bahwa dirinya akan menjadi bintang klub tersebut.
Namun, kehiduan homoseksualnya membuat kariernya tersendat. Meski belum mengumumkan dirinya gay pada 1980-an, namun banyak orang mencurigainya sebagai gay. Apalagi, dia sering berkunjung ke bar gay, Heaven, dan sering berduaan dengan sesama jenis. Bahkan, pelatih Notthingham waktu iitu, Brian Clough, menyindirnya, "Dia berdarah homo."
Fashanu pun semakin tertekan. Apalagi, waktu itu rasisme di sepakbola masih kuat. Setiap bermain, dia disoraki sebagai homoseksual dan diejek sebagai kera. Bahkan, sering suporter melemparkan pisang kepadanya.
Tekanan demi tekanan semakin besar, setelah dia mengaku sebagai gay pada 1990. Kariernya pun semakin meredup. Meski punya bakat besar, tak ada klub elite yang bersedia mengontrak pemain keturunan Nigeria itu.
Apalagi, pada tahun 1990, teman laki-lakinya yang baru berumur 17 tahun, tewas karena bunuh diri. Fashanu semakin tenggelam dalam kesedihan, hinaan, dan cercaan.
Dia pernah mengatkaan kepada rekan dekatnya, Peter Tatchell, sebenanyar banyak pemain sepakbola yang gay. Di Inggris awal 1990-an saja, setidaknya ada 12 pemain yang gay. Hanya saja, mereka tak berani mengambil keputusan seperti dirinya untuk mengumumkan keberadaannya. Fashanu membuka keberadaannya sebagai gay dengan harapan komunitas itu diterima di sepakbola. Yang terjadi justru sebaliknya, hingga banyak pemain gay tak berani mengakui diri.
Fashanu semakin tersudut. Pada 1998, dia pergi ke Amerika Serikat. Tepatnya 25 Maret 1998, dia diadukan seorang pemuda dengan tuduhan melakukan pelecehan seksual kepadanya. Kala polisi Amerika akan menangkapnya, dia keburu kembali ke Inggris.
Ternyata, dia punya rencana tersendiri. Pada Mei 1998, dia memutuskan bunuh diri dengan cara menggantung diri di garasi rumahnya di Shoreditch, London. Dia meninggalkan catatan, "Aku sadar telah dianggap sebagai kesalahan. Aku tak ingin terus mempermalukan teman-teman dan keluargaku. Aku harap, Jesus yang kucinta, akan menerimaku dan akhirnya akan menemukan kedamaian."
Sekian tahun kasus Fashanu telah berlalu, isu gay di sepakbola tak pernah terdengar lagi. Sampai tiba-tiba pada awal 2008, gelandang Real Madrid, Guti, ditemukan sedang berciuman bibir secara mesra dengan rekan laki-lakinya. Adegan itu tertangkap kamera dan dimuat majalah Cuore.
Sontak saja, isu bahwa Guti adalah seorang gay semakin merebak. Padahal, dia sudah menikah dengan wanit cantik, Arancha de Benito, sejak 1999. Mereka juga sudah dikaruniai dua anak.
Namun, isu bahwa dia gay malah terus berkembang. Lewat wakilnya, Zoran Vekic, Guti membantah dirinya gay. Menurutnya, orang yang dia cium itu bukan laki-laki, melainkan perempuan. Dan, dia tak lain adalah adiknya sendiri yang mengajak keluarga makan di restauran merayakan kehamilannya. Maka, Guti pun melayangkan gugatan kepada Cuore yang dinilai membuat berita palsu.
Meski begitu, isu gay di sepakbola kembali muncul. sampai-sampai, mantan direktur Juventus, Luciano Moggi mengeluarkan komentar pedasnya. "Tak ada tempat bbuat gay di sepakbola," katanya.
Meski begitu, seperti kata almarhum Fashanu, sepakbola tak steril dari homoseksual. Hanya saja, mereka takut mengungkapkan jati diirinya.
Oh, ya? Siapa saja pemain bola yang gay? Sejauh ini hanya sebatas spekulasi. Banyak pemain yang dicurigai gay. Bahkan, Cristiano Roanldo pun pernah dicurigai sebagai homoseksual, meski akhirnya tak terbukti. (Hery Prasetyo)
Kualitas Yang Memenangkan
Oleh Sipri Seko
"KAMI hanya bawa dua pemain senior, selebihnya adalah pemain-pemain yunior dengan usia 21 tahun ke bawah. Saat ini kami sudah siap bertanding. Kami tidak memiliki target yang muluk-muluk, namun turnamen ini akan menjadi pengalaman berharga untuk dievaluasi sebelum berangkat ke El Tari Cup di Bajawa."
Itu pernyataan pelatih Persado Oesao, Ferdy Lape. Menuju Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup 2008 ini, Persado Oesao memang tidak ingin muluk-muluk. Berada di Grup C, Persado Oesao akan bersaing dengan Britama Kupang, Putra Pelangi, Kristal FC. Menurunkan pemain-pemain yunior, Persado Oesao memang tidak diunggulkan, minimal lolos dari penyisihan grup.
Manajer Persado, Helmit Marcus, S.H, senang dengan status non unggulan. Bermain lepas dengan mengandalkan semangat juang dan kekompakan tim, dia sangat yakin kalau mereka akan membuat lawan kerepotan.
Tim lainnya, Britama Kupang, masih diunggulkan untuk mempertahankan prestasinya menjadi kampiun turnamen. Mathias Bisinglasi, dikenal memiliki strategi tinggi dan punya kemampuan membaca permainan dengan sangat baik. Dengan skuad yang dimilikinya, Britama Kupang nampaknya tidak akan kesulitan mengatasi lawannya, minimal di penyisihan grup. Umbu Yogar, Adrianus Adi, Dody Lisnahan, Kiser Mbou, Digo Maradona, Suparman Bara, Borju, Yusuf Mahemba, Marcel Bitol, Hendra Takunama dan lainnya, adalah jaminan kualitas yang sudah teruji.
Bagaimana dengan Kristal FC? Pelatih bertangan dingin, Johni Lumba yang saat ini sedang kuliah doktoral olahraga di Surabaya khusus didatangkan untuk menukangi Deni Bengu dkk. Tahun lalu, Johni memberi bukti kalau Kristal FC yang tidak diunggulkan berhasil menempati peringkat ketiga. Skuad yang sama masih akan dipakai untuk bertarung di tahun ini.
Lalu, apakah Kristal lantas ikut diunggulkan untuk lolos? Jangan cepat memvonis. Dengan hanya dua tim yang lolos dari grup, selain Britama dan Persado, Kristal harus melewati hadangan Putra Pelangi. Anak-anak asal Pulau Solor, Flores Timur ini jauh-jauh datang ke Kupang bukan hendak berwisata. Mereka memiliki kualitas untuk menjadi unggulan. Buktiknya adalah ketika menahan imbang Platina FC, 2-2 dalam laga persahabatan di lapangan TNI AU, Penfui-Kupang, Kamis (21/8/2008).
Sang pelatih, Elman Ibrahim, sangat tahu karakter bermain anak-anak Kupang. Di masanya, Elman, bersama pelatih Britama, Mathias Bisinglasi, pelatih Persado, Ferdy Lape dan pelatih Kristal, Johni Lumba adalah pemain terbaik di posisinya. Elman, Mathias, Helmit Marcus dan Ferdy Lape, sama-sama pemain PSK yang pada tahun 1980-an hingga awal 1990-an membuat tim ini disegani dalam sepakbola NTT.
Kali ini, mereka kembali bertemu bukan lagi sebagai pemain, tetapi sebagai pelatih. Adu strategi dan kematangan akan menjadi duel yang layak disimak. Britama memiliki nama besar dengan skuad sarat pengalaman. Persado memiliki pemain muda penuh talenta yang tidak bisa dianggap remeh. Ketika Johni Lumba mengantar Kristal menempati peringkat tiga tahun lalu, semua baru percaya, bukan kualitas semata yang memenangkan, tetapi juga kekompakan dan kemauan menjadi juara.
Tiga tim asal Kota Kupang 'akan mengepung' Putra Pelangi yang seharusnya sudah tahu apa yang mesti dilakukan. Kalau begitu, haruskah kita mengatakan, Persado, Britama, Kristal dan Putra Pelangi memiliki peluang yang sama di Grup C? **
Kamis, 21 Agustus 2008
Ditinggal Istri karena Mencintai Aston Villa
PERTANDINGAN liga utama Inggris musim 2008-2009 baru dibuka. Namun, belum lagi pertandingan pembuka musim kompetisi dimulai, seorang istri di Inggris mencampakkan suaminya yang menaruh perhatian lebih besar ke pertandingan sepakbola ketimbang dirinya.
Sang istri yang tidak diketahui pasti identitasnya tak tanggung-tanggung menanyakan sikap suaminya itu dengan memasang sebuah spanduk di sebuah jembatan penyeberangan. Sang istri yang merasa kehadirannya tersingkir oleh pertandingan sepakbola liga utama Inggris mempertanyakan di dalam pesan spanduk apakah suaminya lebih mementingkan sepakbola atau dirinya.
Walaupun tidak diketahui secara pasti pasangan yang dimaksud, namun dari isi spanduk dengan goresan cat hitam itu diketahui sang suami yang mempunyai sebutan nama Jack telah ditinggal pergi oleh istrinya yang mempunyai sebutan Jess. Spanduk berukuran 90 kali 90 sentimeter itu berisi pesan : 'Jack, apakah Villa lebih penting ketimbang pernikahan kita? Pernikahan itu sudah berakhir, tertanda Jess'
Spanduk itu dipasang di jembatan penyeberangan yang ramai dilewati oleh kendaraan yang berlalu lalang di dekat West Bromwich sehingga kehadiran spanduk itu tidak lepas dari tatapan ribuan pengemudi yang melintas di bawah jembatan tersebut pada jam sibuk. Dari Spanduk diketahui bahwa Jack adalah salah satu penggemar Aston Villa yang akan berhadapan dengan Manchester City pada 17 Agustus nanti.
Paul Brenna, salah satu pendukung Aston Villa, mempunyai komentar tersendiri terhadap spanduk itu. "Saya menyukai Villa, tetapi saya juga selalu mencintai pasangan saya," ujarnya. "Spanduk itu merupakan cara terburuk memutuskan hubungan, walaupun saya tidak mengetahui siapa mereka atau apa yang terjadi pada mereka."
Sementara seorang pengemudi van, yang merupakan pendukung West Bromwich Albion, mempunyai komentar lain. "Seharusnya pria tidak dihadapkan pada pilihan wanita kesayangan atau tim sepakbola favorit. Saya tidak perduli siapa wanita di spanduk itu, tetapi saya yakin pria tersebut akan lebih baik hidup tanpa dirinya." **
Sang istri yang tidak diketahui pasti identitasnya tak tanggung-tanggung menanyakan sikap suaminya itu dengan memasang sebuah spanduk di sebuah jembatan penyeberangan. Sang istri yang merasa kehadirannya tersingkir oleh pertandingan sepakbola liga utama Inggris mempertanyakan di dalam pesan spanduk apakah suaminya lebih mementingkan sepakbola atau dirinya.
Walaupun tidak diketahui secara pasti pasangan yang dimaksud, namun dari isi spanduk dengan goresan cat hitam itu diketahui sang suami yang mempunyai sebutan nama Jack telah ditinggal pergi oleh istrinya yang mempunyai sebutan Jess. Spanduk berukuran 90 kali 90 sentimeter itu berisi pesan : 'Jack, apakah Villa lebih penting ketimbang pernikahan kita? Pernikahan itu sudah berakhir, tertanda Jess'
Spanduk itu dipasang di jembatan penyeberangan yang ramai dilewati oleh kendaraan yang berlalu lalang di dekat West Bromwich sehingga kehadiran spanduk itu tidak lepas dari tatapan ribuan pengemudi yang melintas di bawah jembatan tersebut pada jam sibuk. Dari Spanduk diketahui bahwa Jack adalah salah satu penggemar Aston Villa yang akan berhadapan dengan Manchester City pada 17 Agustus nanti.
Paul Brenna, salah satu pendukung Aston Villa, mempunyai komentar tersendiri terhadap spanduk itu. "Saya menyukai Villa, tetapi saya juga selalu mencintai pasangan saya," ujarnya. "Spanduk itu merupakan cara terburuk memutuskan hubungan, walaupun saya tidak mengetahui siapa mereka atau apa yang terjadi pada mereka."
Sementara seorang pengemudi van, yang merupakan pendukung West Bromwich Albion, mempunyai komentar lain. "Seharusnya pria tidak dihadapkan pada pilihan wanita kesayangan atau tim sepakbola favorit. Saya tidak perduli siapa wanita di spanduk itu, tetapi saya yakin pria tersebut akan lebih baik hidup tanpa dirinya." **
Menjelang Cerai, Selingkuh Jadi Halal
BERHUBUNGAN seks dengan pihak ketiga selama proses perceraian tidaklah ilegal. Demikian keputusan yang baru saja diambil Mahkamah Agung Korea. Namun, perzinahan tetap dipandang sebagai tindakan kriminal.
Pengadilan setempat, Minggu (17/8/2008) di Seoul, menolak menghukum seorang pria bermarga Chung yang memiliki affair dengan seorang pramusaji di bar karena hal itu terjadi saat pria itu sedang dalam proses perceraian.
Pengadilan Tinggi telah menjatuhkan hukuman enam bulan penjara kepada Chung (57) dan pramusaji itu. Menurut perundang-undangan di Korea Selatan, orang yang melakukan perzinahan dapat dikenai hukuman maksimum dua tahun penjara.
Pasangan selingkuh itu naik banding dan Mahkamah Agung mengatakan, Chung dan istrinya tidak akan melanjutkan ikatan perkawinan mereka, karena itu berhubungan seks dengan orang yang bukan istrinya tidaklah melanggar hukum.
Chung memulai proses perceraian pada tahun 2007 dan mengakhiri 25 tahun perkawinan mereka. Pasangan itu memutuskan berpisah selama proses perceraian. Namun, istrinya menuntut Chung karena selingkuh. Urusan ranjang memang rumit, pengadilan pun terlibat. **
Pengadilan setempat, Minggu (17/8/2008) di Seoul, menolak menghukum seorang pria bermarga Chung yang memiliki affair dengan seorang pramusaji di bar karena hal itu terjadi saat pria itu sedang dalam proses perceraian.
Pengadilan Tinggi telah menjatuhkan hukuman enam bulan penjara kepada Chung (57) dan pramusaji itu. Menurut perundang-undangan di Korea Selatan, orang yang melakukan perzinahan dapat dikenai hukuman maksimum dua tahun penjara.
Pasangan selingkuh itu naik banding dan Mahkamah Agung mengatakan, Chung dan istrinya tidak akan melanjutkan ikatan perkawinan mereka, karena itu berhubungan seks dengan orang yang bukan istrinya tidaklah melanggar hukum.
Chung memulai proses perceraian pada tahun 2007 dan mengakhiri 25 tahun perkawinan mereka. Pasangan itu memutuskan berpisah selama proses perceraian. Namun, istrinya menuntut Chung karena selingkuh. Urusan ranjang memang rumit, pengadilan pun terlibat. **
James Abanit Rebut Perunggu
Ade Rai Siswa Raga
BINARAGAWAN NTT, James Abanit berhasil merebut medali perunggu pada kejuaraan Ade Rai Siswa Raga dan Body Fitnes 2008 di Balai Sarbini, Jakarta, 16 Agustus lalu. James Abanit, binaragawan asal Atambua-Belu ini, mengusung nama Ultimate NTT dalam kejuaraan yang diikuti 48 binaragawan dari seluruh Indonesia ini.
"James yang sudah menjadi ikon perusahaan Ultimate ini benar-benar menyita perhatian penonton. Dia tampil sangat luar biasa. Saya pikir kita harus berbangga telah memiliki atlet sekelas James ini," ujar pelatih binaraga NTT, Harry Mandolang di Kupang, Rabu (20/8/2008).
Potensi binaraga di NTT, kata Harry, merujuk pada prestasi yang ditoreh James, ternyata cukup besar. Buktinya, kata Harry, setiap kali dikirim mengikuti kejuaraan, James selalu meraih medali.
"Kami sebenarnya cukup kecewa ketika NTT tidak berhasil meloloskan atlet ke PON XVII lalu, padahal potensinya cukup besar. Untuk itu, kami mohon perhatian dari pemerintah melalui pengurus olahraganya untuk menjaga dan merangkul atlet-atlet potensial di NTT. Kalau semua potensi yang ada bisa diragukan, saya yakin kita bisa membuat nama NTT harum baik di kejuaraan nasional maupun internasional," ujar Harry. (eko)
BINARAGAWAN NTT, James Abanit berhasil merebut medali perunggu pada kejuaraan Ade Rai Siswa Raga dan Body Fitnes 2008 di Balai Sarbini, Jakarta, 16 Agustus lalu. James Abanit, binaragawan asal Atambua-Belu ini, mengusung nama Ultimate NTT dalam kejuaraan yang diikuti 48 binaragawan dari seluruh Indonesia ini.
"James yang sudah menjadi ikon perusahaan Ultimate ini benar-benar menyita perhatian penonton. Dia tampil sangat luar biasa. Saya pikir kita harus berbangga telah memiliki atlet sekelas James ini," ujar pelatih binaraga NTT, Harry Mandolang di Kupang, Rabu (20/8/2008).
Potensi binaraga di NTT, kata Harry, merujuk pada prestasi yang ditoreh James, ternyata cukup besar. Buktinya, kata Harry, setiap kali dikirim mengikuti kejuaraan, James selalu meraih medali.
"Kami sebenarnya cukup kecewa ketika NTT tidak berhasil meloloskan atlet ke PON XVII lalu, padahal potensinya cukup besar. Untuk itu, kami mohon perhatian dari pemerintah melalui pengurus olahraganya untuk menjaga dan merangkul atlet-atlet potensial di NTT. Kalau semua potensi yang ada bisa diragukan, saya yakin kita bisa membuat nama NTT harum baik di kejuaraan nasional maupun internasional," ujar Harry. (eko)
Menguji Sebuah Tradisi
Oleh Sipri Seko
HARI Sabtu, tanggal 23 Agustus ini, turnamen Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup akan kembali bergulir. Sebanyak 16 tim yang dibagi dalam empat grup akan bersaing dalam turnamen antar-klub yang disebut-sebut paling bergengsi di NTT ini. Mari kita berhitung peluang juara mereka.
Di Grup A, akan bergabung Sandelwood, Qanasex, Perselaya, Mandiri. Grup B, Bon Kota Adonara, Garuda Bahari, Tunas Muda, Ikan Paus. Grup C, Persado Oesao, Britama Kupang, Putra Pelangi, Kristal FC. Grup D, Putra Napo, AS Roma, Platina FC dan Putra Samudera.
Sandelwood, Mandiri dan Qanasex memiliki tradisi kuat dalam tiga penyelenggaraan terakhir untuk selalu lolos ke putaran kedua. Mandiri dan Qanasex dengan materi pemain yang pas-pasan dikenal memiliki strategi yang susah ditebak lawan. Klub kuat macam AS Roma dan Britama Kupang sudah pernah menjadi korban strategi mereka. Itu artinya, jangan menghitung kekuatan Mandiri dan Qanasex dari materi pemain yang dimilikinya, tetapi bagaimana tradisi yang membawa mereka untuk menyulitkan lawan-lawannya.
Lukman Hakim, tentu masih mengandalkan Lambert Kadju, Pieter Fomeni, Zulkifly Umar, Ronald Muchtar dan lainnya untuk mempertahankan gengsi Mandiri sebagai juara 2005. Strategi mereka biasanya sangat sederhana. Bermain aman! Dan, ketika tidak kebobolan, curilah peluang untuk mencetak gol. Kemenangan lewat adu penalti pun mereka siap jalani.
Qanasex, yang diperkuat Lisnahan bersaudara, Ba'i, Cha, Sempli, Fadjar, Nofri, Dalman dan lainnya, mereka memiliki kekompakan tim yang tidak dimiliki klub lainnya. Memiliki kualitas pemain yang pas-pasan, mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk meraih kemenangan. Paling tidak, aksi Qanasex pada tiga penyelenggaraan lalu, harus menjadi evaluasi bagi klub lain kalau tidak ingin tersandung.
Bagaimana dengan Sandelwood? Anak-anak asuhan Paul Ngongo Bili ini selalu datang tanpa target. Kalau kali ini beberapa pemain utamanya, seperti Agoes Jose, Pieter Ufi, Adrianus Adi, Bambang Tokan dan lainnya sudah hengkang ke klub lain, jangan langsung menganggap Sandelwood bukan lagi klub yang patut ditakuti. Mereka disebut-sebut memiliki kekuatan tersembunyi untuk membuat kejutan.
Klub lainnya yang cukup fenomenal dari Grup A ini adalah Perselaya Lamahala. Skill pemain dan dukungan ribuan suporternya adalah kekuatan besar mereka untuk meraih prestasi. Tapi, satu yang harus diwaspadai klub asal Adonara, Flores Timur ini, yakni tidak boleh terlena dengan puji-puja suporter, lalu lupa bahwa tujuan bermain bola adalah untuk menang dan atau bukan hanya sekadar tampil di lapangan.
Lalu siapa yang lolos dari Grup A ini? Semua memiliki peluang! Tradisi selalu lolos ke putaran kedua yang masih bertahan, ataukah cukup sampai di sini. Yang jelas, pandai-pandailah memainkan strategi, karena kualitas pemain bukan jaminan utama, ketika faktor eksternal disepelekan.
Bagaimana dengan Grup B? Tunas Muda, juara 2006, kali ini maju dengan mengusung sebuah kebanggaan. Mereka bangga sebagai pemain muda yang mendapat kesempatan melawan senior-senior mereka dari Tunas Muda yang telah bergabung ke klub lain. Usia muda mereka, membuat anak-anak asuhan Anton Kia ini tentunya masih labil. Namun, kekuatan mereka untuk menang adalah bermain tanpa beban didukung skill tinggi dan latihan rutin.
Untuk Bon Kota, mereka adalah klub pertama luar daratan Timor yang pertama merasakan ketatnya persaingan di turnamen ini. Selalu datang dengan ambisi menggebu-gebu, mereka selalu kandas di putaran kedua. Untuk yang ketiga kalinya ini, mereka tentu tidak ingin tersandung. Mengandalkan materi pemain dari Perseftim Flores Timur, Bon Kota sangat layak untuk diunggulkan di Grup B ini.
Bagaimana dengan Garuda Bahari dan Ikan Paus. Kedua klub ini masih asing dan baru. Skuad mereka juga masih misterius. Tapi, ketika berani tampil di turnamen ini, mereka tentu sudah tahu apa yang harus dilakukan. Jadi ketika kita berhitung tentang peluang di Grup B ini, jangan cepat menunjuk Bon Kota dan Tunas Muda yang lolos hanya karena sudah mengenal pemain mereka, karena Garuda Bahari dan Ikan Paus juga tahu bagaimana bermain bola yang baik untuk memenangkan pertandingan. (*)
HARI Sabtu, tanggal 23 Agustus ini, turnamen Dji Sam Soe-Pos Kupang Cup akan kembali bergulir. Sebanyak 16 tim yang dibagi dalam empat grup akan bersaing dalam turnamen antar-klub yang disebut-sebut paling bergengsi di NTT ini. Mari kita berhitung peluang juara mereka.
Di Grup A, akan bergabung Sandelwood, Qanasex, Perselaya, Mandiri. Grup B, Bon Kota Adonara, Garuda Bahari, Tunas Muda, Ikan Paus. Grup C, Persado Oesao, Britama Kupang, Putra Pelangi, Kristal FC. Grup D, Putra Napo, AS Roma, Platina FC dan Putra Samudera.
Sandelwood, Mandiri dan Qanasex memiliki tradisi kuat dalam tiga penyelenggaraan terakhir untuk selalu lolos ke putaran kedua. Mandiri dan Qanasex dengan materi pemain yang pas-pasan dikenal memiliki strategi yang susah ditebak lawan. Klub kuat macam AS Roma dan Britama Kupang sudah pernah menjadi korban strategi mereka. Itu artinya, jangan menghitung kekuatan Mandiri dan Qanasex dari materi pemain yang dimilikinya, tetapi bagaimana tradisi yang membawa mereka untuk menyulitkan lawan-lawannya.
Lukman Hakim, tentu masih mengandalkan Lambert Kadju, Pieter Fomeni, Zulkifly Umar, Ronald Muchtar dan lainnya untuk mempertahankan gengsi Mandiri sebagai juara 2005. Strategi mereka biasanya sangat sederhana. Bermain aman! Dan, ketika tidak kebobolan, curilah peluang untuk mencetak gol. Kemenangan lewat adu penalti pun mereka siap jalani.
Qanasex, yang diperkuat Lisnahan bersaudara, Ba'i, Cha, Sempli, Fadjar, Nofri, Dalman dan lainnya, mereka memiliki kekompakan tim yang tidak dimiliki klub lainnya. Memiliki kualitas pemain yang pas-pasan, mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk meraih kemenangan. Paling tidak, aksi Qanasex pada tiga penyelenggaraan lalu, harus menjadi evaluasi bagi klub lain kalau tidak ingin tersandung.
Bagaimana dengan Sandelwood? Anak-anak asuhan Paul Ngongo Bili ini selalu datang tanpa target. Kalau kali ini beberapa pemain utamanya, seperti Agoes Jose, Pieter Ufi, Adrianus Adi, Bambang Tokan dan lainnya sudah hengkang ke klub lain, jangan langsung menganggap Sandelwood bukan lagi klub yang patut ditakuti. Mereka disebut-sebut memiliki kekuatan tersembunyi untuk membuat kejutan.
Klub lainnya yang cukup fenomenal dari Grup A ini adalah Perselaya Lamahala. Skill pemain dan dukungan ribuan suporternya adalah kekuatan besar mereka untuk meraih prestasi. Tapi, satu yang harus diwaspadai klub asal Adonara, Flores Timur ini, yakni tidak boleh terlena dengan puji-puja suporter, lalu lupa bahwa tujuan bermain bola adalah untuk menang dan atau bukan hanya sekadar tampil di lapangan.
Lalu siapa yang lolos dari Grup A ini? Semua memiliki peluang! Tradisi selalu lolos ke putaran kedua yang masih bertahan, ataukah cukup sampai di sini. Yang jelas, pandai-pandailah memainkan strategi, karena kualitas pemain bukan jaminan utama, ketika faktor eksternal disepelekan.
Bagaimana dengan Grup B? Tunas Muda, juara 2006, kali ini maju dengan mengusung sebuah kebanggaan. Mereka bangga sebagai pemain muda yang mendapat kesempatan melawan senior-senior mereka dari Tunas Muda yang telah bergabung ke klub lain. Usia muda mereka, membuat anak-anak asuhan Anton Kia ini tentunya masih labil. Namun, kekuatan mereka untuk menang adalah bermain tanpa beban didukung skill tinggi dan latihan rutin.
Untuk Bon Kota, mereka adalah klub pertama luar daratan Timor yang pertama merasakan ketatnya persaingan di turnamen ini. Selalu datang dengan ambisi menggebu-gebu, mereka selalu kandas di putaran kedua. Untuk yang ketiga kalinya ini, mereka tentu tidak ingin tersandung. Mengandalkan materi pemain dari Perseftim Flores Timur, Bon Kota sangat layak untuk diunggulkan di Grup B ini.
Bagaimana dengan Garuda Bahari dan Ikan Paus. Kedua klub ini masih asing dan baru. Skuad mereka juga masih misterius. Tapi, ketika berani tampil di turnamen ini, mereka tentu sudah tahu apa yang harus dilakukan. Jadi ketika kita berhitung tentang peluang di Grup B ini, jangan cepat menunjuk Bon Kota dan Tunas Muda yang lolos hanya karena sudah mengenal pemain mereka, karena Garuda Bahari dan Ikan Paus juga tahu bagaimana bermain bola yang baik untuk memenangkan pertandingan. (*)
Kisah Celana Bolong di LP Cipinang ...
BERADA di balik jeruji penjara, jangan dikira segala kebutuhan tak bisa terpenuhi. Ketua Persatuan Narapidana Indonesia, Rahardi Ramelan - mantan napi kasus dana Bulog - mengisahkan segala keperluan napi di LP Cipinang tersedia lengkap.
Catatannya satu: ada uang, ada barang. Mulai dari air mineral, minyak tanah, hingga ke reparasi ponsel, semua ada di sana. Itu kebutuhan sehari-hari, lalu bagaimana dengan kebutuhan seks para napi?
Meski tak menceritakan secara detail mengenai hal ini dalam buku terbarunya "Cipinang Desa Tertinggal", namun ada kisah yang tersirat dari istilah dalam Kamus Gaul Cipinang yang disisipkan Rahardi. Ternyata, ada cara sendiri yang dilakukan para napi untuk memenuhi kebutuhan seksnya.
Dalam Kamus Gaul Cipinang, ada istilah "Celana Besukan" atau kadang sering disebut "Celana Bolong". Di halaman 165 bukunya, Rahardi memuat definisi dari istilah itu. Maksudnya, celana laki-laki yang kantongnya sengaja dibuat bolong. Tujuannya, agar pacar atau istri yang mengunjungi dapat memegang alat kelamin si narapidana dengan leluasa.
Saat seorang wartawan iseng menanyakan istilah ini pada Rahardi, mantan Kepala Bulog itu menjawab singkat, "Sudahlah buat pengetahuan saja," katanya sambil tersenyum.
Selain "Celana Besukan", cara lain yang digunakan adalah Baca Koran. Istilah ini digunakan napi, ketika istri mereka melakukan oral seks di ruang kunjungan umum. Sang suami menutupi wilayah intim mereka dengan koran, seolah-olah sedang membaca koran.
"Baca Koran" ini umumnya dilakukan oleh "Anak Bawah" atau "Anak Tengah". "Anak Bawah" adalah julukan bagi napi yang tidak mampu membantu keuangan guna kebutuhan kamar. Para "Anak Bawah", sering mendapatkan perlakuan semena-mena, dan diwajibkan untuk bekerja membersihkan kamar maupun lingkungan blok hunian mereka.
Sedangkan "Anak Tengah" adalah napi yang mendapat kunjungan atau kerabatnya, tetapi jumlah bantuan keuangannya rendah. "Anak Tengah" biasanya bekerja sebagai tukang masak di kamar mereka atau sebagai pelindung "Anak Atas", kasta tertinggi diantara para napi.
Hubungan intim pun tak hanya dilakukan dengan istri. Sebab, ada istilah "Bini" (Bukan Istri Namun Intim) yang merupakan julukan bagi perempuan yang berkunjung dan berhubungan mesra dengan narapidana, tapi jelas bukan istrinya. Gaya bermesraan, layaknya suami istri.
Nah, untuk mendapatkan fasilitas berbuat mesum, ada orang yang mereka sebut "Dantusil", singkatan dari Komandan Tuna Susila. Orang yang menjadi "Dantusil" biasanya "Bokap-bokapan" (pegawai yang dekat dengan narapidana dan banyak membantu keperluan narapidana) atau "Brengos" (narapidana yang menjadi preman di dalam Lapas, sering meminta uang kepada napi dan menyetornya ke petugas). "Dantusil" ini bisa memberikan fasilitas untuk berbuat mesum.
Inggried Dwi Wedhaswary
Catatannya satu: ada uang, ada barang. Mulai dari air mineral, minyak tanah, hingga ke reparasi ponsel, semua ada di sana. Itu kebutuhan sehari-hari, lalu bagaimana dengan kebutuhan seks para napi?
Meski tak menceritakan secara detail mengenai hal ini dalam buku terbarunya "Cipinang Desa Tertinggal", namun ada kisah yang tersirat dari istilah dalam Kamus Gaul Cipinang yang disisipkan Rahardi. Ternyata, ada cara sendiri yang dilakukan para napi untuk memenuhi kebutuhan seksnya.
Dalam Kamus Gaul Cipinang, ada istilah "Celana Besukan" atau kadang sering disebut "Celana Bolong". Di halaman 165 bukunya, Rahardi memuat definisi dari istilah itu. Maksudnya, celana laki-laki yang kantongnya sengaja dibuat bolong. Tujuannya, agar pacar atau istri yang mengunjungi dapat memegang alat kelamin si narapidana dengan leluasa.
Saat seorang wartawan iseng menanyakan istilah ini pada Rahardi, mantan Kepala Bulog itu menjawab singkat, "Sudahlah buat pengetahuan saja," katanya sambil tersenyum.
Selain "Celana Besukan", cara lain yang digunakan adalah Baca Koran. Istilah ini digunakan napi, ketika istri mereka melakukan oral seks di ruang kunjungan umum. Sang suami menutupi wilayah intim mereka dengan koran, seolah-olah sedang membaca koran.
"Baca Koran" ini umumnya dilakukan oleh "Anak Bawah" atau "Anak Tengah". "Anak Bawah" adalah julukan bagi napi yang tidak mampu membantu keuangan guna kebutuhan kamar. Para "Anak Bawah", sering mendapatkan perlakuan semena-mena, dan diwajibkan untuk bekerja membersihkan kamar maupun lingkungan blok hunian mereka.
Sedangkan "Anak Tengah" adalah napi yang mendapat kunjungan atau kerabatnya, tetapi jumlah bantuan keuangannya rendah. "Anak Tengah" biasanya bekerja sebagai tukang masak di kamar mereka atau sebagai pelindung "Anak Atas", kasta tertinggi diantara para napi.
Hubungan intim pun tak hanya dilakukan dengan istri. Sebab, ada istilah "Bini" (Bukan Istri Namun Intim) yang merupakan julukan bagi perempuan yang berkunjung dan berhubungan mesra dengan narapidana, tapi jelas bukan istrinya. Gaya bermesraan, layaknya suami istri.
Nah, untuk mendapatkan fasilitas berbuat mesum, ada orang yang mereka sebut "Dantusil", singkatan dari Komandan Tuna Susila. Orang yang menjadi "Dantusil" biasanya "Bokap-bokapan" (pegawai yang dekat dengan narapidana dan banyak membantu keperluan narapidana) atau "Brengos" (narapidana yang menjadi preman di dalam Lapas, sering meminta uang kepada napi dan menyetornya ke petugas). "Dantusil" ini bisa memberikan fasilitas untuk berbuat mesum.
Inggried Dwi Wedhaswary
Selasa, 19 Agustus 2008
Beckham Lawan Kriminal Berpisau
BINTANG sepakbola Inggris yang kini bermain di LA Galaxy, David Beckham, prihatin dengan kriminal anak muda yang makin marak di Inggris. Bersama Rio Ferdinand (Manchester United) dan David James (Portsmouth), mereka menyatakan melawan kriminal tersebut dan aktif dalam kampanye memeranginya.
Pada Senin (18/8), ketiga bintang Inggris itu ikut aktif dalam launching kampanye pemerintah memerangi kriminal di jalan-jalan Inggris. Kampanye itu mengambil moto "I Doesn't Have to Happen" atau "Ini tak Perlu Terjadi".
Kampanye itu digelar pemerintah Inggris, menyusul maraknya kejahatan jalanan di negeri itu. Sabtu (16/8), seorang pemuda berumur 17 tahun menjadi korban penusukan di jalan London Selatan. Dia menjadi remaja ke-23 yang tewas karena penusukan maupun penembakan di jalan selama tahun 2008 ini. Sebuah kasus yang cukup banyak, karena terjadi dalam enam bulan.
Sekretaris Negara Inggris, Jacqui Smith dan ketiga pemain sepakbola tersebut, menyatakan perlawanannya terhadap kriminal. Ketiga pemain itu akan menjadi bagian dari tim yang akan melawan Republik Ceko dalam partai persahabatan di Stadion Wembley, Rabu (20/8).
Menurut Jacqui, sejak Juni 2008 saja, sudah ada 2.500 anak muda yang ditangkap. Sebanyak 1.600 di antaranya membawa pisau dan merencanakan melakukan kriminal di jalanan dengan pisaunya. Juga tercatat sudah ada 55.000 orang yang dicegat di jalanan dengan ancaman pisau.
Beckham yang tumbuh di Leytonstone, London Timur, dalam temu pers mengatakan, dia pernah menyaksikan betapa mengerikan dan menyedihkannya akibat dari kejahatan dengan penusukan ketika dia masih muda.
"Ketika aku masih 13 tahun, saudara dari salah satu teman baikku hampir menandatangani kontrak sebagai pemain Leyton Orient. Suatu sore, dia berjalan-jalan dan tiba-tiba terjadi perkelahian. Dia ditusuk tepat di punggungnya dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit," kenangnya.
"Itu terjadi sudah begitu lama. Saat itu, saya tahu betapa sedih dan berdukanya temanku dan keluarganya. Sebagai orangtua, tentu Anda tak mengharapkan salah satu anak Anda yang sedang pergi ke sekolah di suatu pagi, kemudian tak akan kembali lagi. Kampanye memerangi kriminal di jalanan ini sangat penting. Kami, sebagai para pemain sepakbola, berharap bisa membantu kampanye itu," jelas Beckham.
"Kami punya suara dan suara kami akan didengar para remaja dan pemuda. Sangat penting bagi kami untuk terlibat dalam kampanye ini. Sangat penting bahwa kita percaya kejahatan itu bisa dikurangi atau diakhiri," lanjutnya.
David James setuju dengan pendapat itu. Sebagai orang tua, dia juga merasa khawatir dengan keadaan di jalanan. "Aku ppunya tiga anak yang tinggal di London. Jika sedang di London kemudian keluar untuk berpesta, ini tak akan masalah jika kami tidak terlambat pulang. Saat ini, jika anak Anda keluar, pasti ada kekhawatiran besar jika mereka pulang dengan keadaan teruka atau malah lebih buruk lagi," kata David James.
"Ketika kami sedang tumbuh, kami langsung terjun di dunia olahraga. Sehingga, hidup kami tak membosankan. Sekarang ini, banyak anak-anak yang merasa bosan. Saya kira, ini awal masalah kriminal tersebut," jelas James.
Rio Ferdinand juga pernah memiliku pengalaman menyedihkan. Rekan sekolahnya di Peckham, Stephen Lawrence, tewas akibat kejahatan di jalanan pada 1993. Maka, dia sangat antusias ketika pemerintah Inggris mengadakan kampanye memerangi kriminal jalanan.
"Hukuman berat juga sangat penting. Jika seseorang yang melakukan kejahatan dihukum satu atau dua tahun yang akan menyita masa mudanya, maka mereka akan berpikir dua kali untuk membawa pisau," jelasnya.
Sementara itu Sekretaris Negara Jacqui Smith menambahkan, "Beberapa anak muda mungkin berpikir dengan membawa pisau mereka merasa agak aman. Faktanya, justru sebaliknya yang terjadi. Jika Anda membawa pisau, ada risiko akan menggunakannya atau justru akan terkena olehnya."
"Hal itu tak perlu terjadi. Kesedihan akibat kejahatan di jalanan juga tak perlu terjadi. Sehingga, semua keluarga tak perlu hidup dalam ketakutan," tambahnya. (AP)
Pada Senin (18/8), ketiga bintang Inggris itu ikut aktif dalam launching kampanye pemerintah memerangi kriminal di jalan-jalan Inggris. Kampanye itu mengambil moto "I Doesn't Have to Happen" atau "Ini tak Perlu Terjadi".
Kampanye itu digelar pemerintah Inggris, menyusul maraknya kejahatan jalanan di negeri itu. Sabtu (16/8), seorang pemuda berumur 17 tahun menjadi korban penusukan di jalan London Selatan. Dia menjadi remaja ke-23 yang tewas karena penusukan maupun penembakan di jalan selama tahun 2008 ini. Sebuah kasus yang cukup banyak, karena terjadi dalam enam bulan.
Sekretaris Negara Inggris, Jacqui Smith dan ketiga pemain sepakbola tersebut, menyatakan perlawanannya terhadap kriminal. Ketiga pemain itu akan menjadi bagian dari tim yang akan melawan Republik Ceko dalam partai persahabatan di Stadion Wembley, Rabu (20/8).
Menurut Jacqui, sejak Juni 2008 saja, sudah ada 2.500 anak muda yang ditangkap. Sebanyak 1.600 di antaranya membawa pisau dan merencanakan melakukan kriminal di jalanan dengan pisaunya. Juga tercatat sudah ada 55.000 orang yang dicegat di jalanan dengan ancaman pisau.
Beckham yang tumbuh di Leytonstone, London Timur, dalam temu pers mengatakan, dia pernah menyaksikan betapa mengerikan dan menyedihkannya akibat dari kejahatan dengan penusukan ketika dia masih muda.
"Ketika aku masih 13 tahun, saudara dari salah satu teman baikku hampir menandatangani kontrak sebagai pemain Leyton Orient. Suatu sore, dia berjalan-jalan dan tiba-tiba terjadi perkelahian. Dia ditusuk tepat di punggungnya dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit," kenangnya.
"Itu terjadi sudah begitu lama. Saat itu, saya tahu betapa sedih dan berdukanya temanku dan keluarganya. Sebagai orangtua, tentu Anda tak mengharapkan salah satu anak Anda yang sedang pergi ke sekolah di suatu pagi, kemudian tak akan kembali lagi. Kampanye memerangi kriminal di jalanan ini sangat penting. Kami, sebagai para pemain sepakbola, berharap bisa membantu kampanye itu," jelas Beckham.
"Kami punya suara dan suara kami akan didengar para remaja dan pemuda. Sangat penting bagi kami untuk terlibat dalam kampanye ini. Sangat penting bahwa kita percaya kejahatan itu bisa dikurangi atau diakhiri," lanjutnya.
David James setuju dengan pendapat itu. Sebagai orang tua, dia juga merasa khawatir dengan keadaan di jalanan. "Aku ppunya tiga anak yang tinggal di London. Jika sedang di London kemudian keluar untuk berpesta, ini tak akan masalah jika kami tidak terlambat pulang. Saat ini, jika anak Anda keluar, pasti ada kekhawatiran besar jika mereka pulang dengan keadaan teruka atau malah lebih buruk lagi," kata David James.
"Ketika kami sedang tumbuh, kami langsung terjun di dunia olahraga. Sehingga, hidup kami tak membosankan. Sekarang ini, banyak anak-anak yang merasa bosan. Saya kira, ini awal masalah kriminal tersebut," jelas James.
Rio Ferdinand juga pernah memiliku pengalaman menyedihkan. Rekan sekolahnya di Peckham, Stephen Lawrence, tewas akibat kejahatan di jalanan pada 1993. Maka, dia sangat antusias ketika pemerintah Inggris mengadakan kampanye memerangi kriminal jalanan.
"Hukuman berat juga sangat penting. Jika seseorang yang melakukan kejahatan dihukum satu atau dua tahun yang akan menyita masa mudanya, maka mereka akan berpikir dua kali untuk membawa pisau," jelasnya.
Sementara itu Sekretaris Negara Jacqui Smith menambahkan, "Beberapa anak muda mungkin berpikir dengan membawa pisau mereka merasa agak aman. Faktanya, justru sebaliknya yang terjadi. Jika Anda membawa pisau, ada risiko akan menggunakannya atau justru akan terkena olehnya."
"Hal itu tak perlu terjadi. Kesedihan akibat kejahatan di jalanan juga tak perlu terjadi. Sehingga, semua keluarga tak perlu hidup dalam ketakutan," tambahnya. (AP)
Senin, 18 Agustus 2008
Pacuan Babi di Gunung Kelimutu
ADA-ADA kreativtas masyarakat di berbagai belahan Bumi Pertiwi merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-63, Minggu (17/8/2008). Acara yang sudah lumrah yang saban tahun bisa disaksikan sampai kepada acara-acara sensasional mengundang tertawa. Tarik tambang, panjat pinang, pacuan kuda, karapan sapi, pertandingan sepakbola bola berkostum sarung sudah bisa diadakan.
Di kawasan Lenteng Agung, Jakarta, tepat di hari ulangtahun kemerdekaan, para suami bersaing menggendong istri. Dalam hati, berbahagilah para suami yang punya istri badan kecil, akan mudah menggendong sambil adu cepat menyentuh garis finis. Namun apalah daya para suami menghadapi para istri dengan bobot badan di atas 75-100 kg. Suami mana yang tahan mengangkat beban istri sambil berlari sampai di garis finis. Pemandangan sungguh menarik dan bikin tertawa terbahak-bahak.
Lain lagi dilakukan masyarakat pedesaan bermukin di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores. Tepat pada hari perayaan paling bersejarah membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan itu, digelar perlombaan unik dan baru pertama kalinya digelar di seluruh wilayah NTT, yakni balap babi.
Gagasan ini dicetuskan pengelola Balai Taman Nasional (BTN) Kelimutu yang menyediakan hadiah uang tunai kepada pemilik babi pemenangan pertama, kedua dan ketiga senilai Rp 1.150.000. Daya tarik hadiah dan keinginan menyaksikan adu cepat babi di lintas membuat warga penasaran.
Pria-wanita, tua-muda, berbondong-bondong memenuhi lokasi balapan terletak di sisi barat Lapangan Desa Woloara, sekitar 53 kilometer (km) dari Kota Ende, usai upacara bendera dipimpin Camat Kelimutu, Yoseph Primus Batho. Sebanyak 22 ekor babi usia 3-6bulan milik warga dari beberapa desa dipusat kecamatan diadu cepat di dalam dua lintasan balap dari bambu sepanjang 25 meter yang telah disediakan panitia.
Antuasiasme masyarakat nampak dalam lomba ini. Sehari menjelang perlombaan hanya tujuh pemilik yang mendaftarkan babinya mengikuti perlombaan ini, namun di pagi hari sebelum upacara bendera dilaksanakan terdaftar lagi 12 pemilik babi bersaing. Koordinator Resor BTN Kelimutu, Falentinus Lape,mengungkapkan balap babi itu dipilih dilombakan karena di NTT belum pernah kedengaran perlombaan ini. Meski potensi babi sangat besar dan dimilik masyarakat.
"Kami pilih balap babi. Ini masih unik, karena di Madura suda ada karapan sapi, di Sumbawa ada karapan kerbau. Kenapa kita tidak bisa manfaatkan potensi lokal yang unik dan memberi nilai tambah kepada masyarakat," kata Falentinus, kepada Pos Kupang dan Kompas.
Camat Kelimutu, Yoseph Primus Bhato, menambahkan gagasan balap babi memanfaatkan potensi babi yang dipelihara sebagian masyarakat. Selama ini, masyarakat Ende umumnya memelihara babi hanya untuk acara adat, pesta keluarga dan dijual menopang kebutuhan dan ekonomi. Jumlah babi di wilayah Kelimutu sekitar 8.000 ekor.
"Ada sisi positifnya, masyakat terhibur. Selama ini belum pernah ada pacuan babi dan bisa mendorong memelihara babi lebih baik mengikuti lomba. Babi dipelihara untuk pesta adat atau pesta kawin," kata Primus.
Kepala (BTNK), Gatot Soebiantoro, menyatakan balap babi untuk mengembangkan potensi lokal dan sajian alternatif wisatawan. "Turis datang ke Kelimutu tak hanya menyaksikan Danau Kelimutu. Masyarakat bisa dimotivasi memelihara ternak babi lebih baik, bukan seperti saat ini dilakukan seadanya. Kegiatan selanjutnya, kami upayakan babi yang dilombakan diuji kesehatannya oleh dewan juri bekerja sama dengan dokter hewan," kata Gatot.
Pemenang pertama balap babi diraih babi milik Hubertus Soka memperoleh uang tunai Rp 500.000. Pemenangan kedua, Acos Bata mendapat Rp 400.000, dan Klemens Seni meraih juara tiga mendapat Rp 250.000. (*)
Di kawasan Lenteng Agung, Jakarta, tepat di hari ulangtahun kemerdekaan, para suami bersaing menggendong istri. Dalam hati, berbahagilah para suami yang punya istri badan kecil, akan mudah menggendong sambil adu cepat menyentuh garis finis. Namun apalah daya para suami menghadapi para istri dengan bobot badan di atas 75-100 kg. Suami mana yang tahan mengangkat beban istri sambil berlari sampai di garis finis. Pemandangan sungguh menarik dan bikin tertawa terbahak-bahak.
Lain lagi dilakukan masyarakat pedesaan bermukin di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores. Tepat pada hari perayaan paling bersejarah membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan itu, digelar perlombaan unik dan baru pertama kalinya digelar di seluruh wilayah NTT, yakni balap babi.
Gagasan ini dicetuskan pengelola Balai Taman Nasional (BTN) Kelimutu yang menyediakan hadiah uang tunai kepada pemilik babi pemenangan pertama, kedua dan ketiga senilai Rp 1.150.000. Daya tarik hadiah dan keinginan menyaksikan adu cepat babi di lintas membuat warga penasaran.
Pria-wanita, tua-muda, berbondong-bondong memenuhi lokasi balapan terletak di sisi barat Lapangan Desa Woloara, sekitar 53 kilometer (km) dari Kota Ende, usai upacara bendera dipimpin Camat Kelimutu, Yoseph Primus Batho. Sebanyak 22 ekor babi usia 3-6bulan milik warga dari beberapa desa dipusat kecamatan diadu cepat di dalam dua lintasan balap dari bambu sepanjang 25 meter yang telah disediakan panitia.
Antuasiasme masyarakat nampak dalam lomba ini. Sehari menjelang perlombaan hanya tujuh pemilik yang mendaftarkan babinya mengikuti perlombaan ini, namun di pagi hari sebelum upacara bendera dilaksanakan terdaftar lagi 12 pemilik babi bersaing. Koordinator Resor BTN Kelimutu, Falentinus Lape,mengungkapkan balap babi itu dipilih dilombakan karena di NTT belum pernah kedengaran perlombaan ini. Meski potensi babi sangat besar dan dimilik masyarakat.
"Kami pilih balap babi. Ini masih unik, karena di Madura suda ada karapan sapi, di Sumbawa ada karapan kerbau. Kenapa kita tidak bisa manfaatkan potensi lokal yang unik dan memberi nilai tambah kepada masyarakat," kata Falentinus, kepada Pos Kupang dan Kompas.
Camat Kelimutu, Yoseph Primus Bhato, menambahkan gagasan balap babi memanfaatkan potensi babi yang dipelihara sebagian masyarakat. Selama ini, masyarakat Ende umumnya memelihara babi hanya untuk acara adat, pesta keluarga dan dijual menopang kebutuhan dan ekonomi. Jumlah babi di wilayah Kelimutu sekitar 8.000 ekor.
"Ada sisi positifnya, masyakat terhibur. Selama ini belum pernah ada pacuan babi dan bisa mendorong memelihara babi lebih baik mengikuti lomba. Babi dipelihara untuk pesta adat atau pesta kawin," kata Primus.
Kepala (BTNK), Gatot Soebiantoro, menyatakan balap babi untuk mengembangkan potensi lokal dan sajian alternatif wisatawan. "Turis datang ke Kelimutu tak hanya menyaksikan Danau Kelimutu. Masyarakat bisa dimotivasi memelihara ternak babi lebih baik, bukan seperti saat ini dilakukan seadanya. Kegiatan selanjutnya, kami upayakan babi yang dilombakan diuji kesehatannya oleh dewan juri bekerja sama dengan dokter hewan," kata Gatot.
Pemenang pertama balap babi diraih babi milik Hubertus Soka memperoleh uang tunai Rp 500.000. Pemenangan kedua, Acos Bata mendapat Rp 400.000, dan Klemens Seni meraih juara tiga mendapat Rp 250.000. (*)
Kupang Juara Umum Kejurda Sepaktakraw 2008
KONTINGEN Kabupaten Kupang kembali mempertahankan tropi Pengprop PSTI NTT 2008. Kupang menjadi pengumpul medali terbanyak dengan enam medali emas dan satu perak. Penutupan kejuaraan daerah ini dilaksanakan di rumah jabatan Bupati Alor, Senin (11/8/2008) malam.
Sesuai data yang diperoleh dari seksi pertandingan, David Here, enam medali Kupang direbut dari nomor tim senior dan yunior putri, regu senior putri, double event senior putra dan hop putra dan putri. Satu medali perak direbut lewat nomor regu senior putra.
Kota Kupang berada di posisi kedua dengan tiga medali emas, dua perak dan tiga perunggu. Medali emas direbut dari nomor tim yunior putri, regu yunior putri dan hop yunior putri. Medali perak dari nomor tim senior putri dan double event yunior putri, sedangkan medali perunggu dari nomor regu senior putri, double event senior putri dan hop senior putri.
Adapun hasil lengkap Kejurda PSTI NTT 2008, yakni (berdasarkan urutan juara), tim senior putri: Kupang, Kota Kupang, Alor, Manggarai. Tim yunior putri: Kota Kupang, Alor, Manggarai. Tim senior putra: Alor, Kupang, TTS, Manggarai. Regu yunior putri: Kota Kupang, Alor, Manggarai. Double event yunior putra: Manggarai, Lembata, TTS, Alor. Double event senior putri: Kupang, Alor, Kota Kupang, Manggarai. Double event senior putra: Kupang, Manggarai, Lembata, TTS. Double event yunior putri: Alor, Kota Kupang, Manggarai.
Hop senior putra: Kupang, Alor, Lembata, Manggarai. Hop yunior putri: Manggarai, Alor, TTS.
Hop senior putri: Kupang, Alor, Kota Kupang, Manggarai; dan hop yunior putri: Kota Kupang, Alor, Manggarai. (eko)
Sesuai data yang diperoleh dari seksi pertandingan, David Here, enam medali Kupang direbut dari nomor tim senior dan yunior putri, regu senior putri, double event senior putra dan hop putra dan putri. Satu medali perak direbut lewat nomor regu senior putra.
Kota Kupang berada di posisi kedua dengan tiga medali emas, dua perak dan tiga perunggu. Medali emas direbut dari nomor tim yunior putri, regu yunior putri dan hop yunior putri. Medali perak dari nomor tim senior putri dan double event yunior putri, sedangkan medali perunggu dari nomor regu senior putri, double event senior putri dan hop senior putri.
Adapun hasil lengkap Kejurda PSTI NTT 2008, yakni (berdasarkan urutan juara), tim senior putri: Kupang, Kota Kupang, Alor, Manggarai. Tim yunior putri: Kota Kupang, Alor, Manggarai. Tim senior putra: Alor, Kupang, TTS, Manggarai. Regu yunior putri: Kota Kupang, Alor, Manggarai. Double event yunior putra: Manggarai, Lembata, TTS, Alor. Double event senior putri: Kupang, Alor, Kota Kupang, Manggarai. Double event senior putra: Kupang, Manggarai, Lembata, TTS. Double event yunior putri: Alor, Kota Kupang, Manggarai.
Hop senior putra: Kupang, Alor, Lembata, Manggarai. Hop yunior putri: Manggarai, Alor, TTS.
Hop senior putri: Kupang, Alor, Kota Kupang, Manggarai; dan hop yunior putri: Kota Kupang, Alor, Manggarai. (eko)
Matipun Tetap Dijaga Para Hamba
Oleh Adiana Ahmad
TRADISI kehidupan kaum bangsawan Sumba, khususnya Sumba Timur yang selalu diapit para hamba, juga terbawa hingga mereka meninggal dunia. Pengabdian para hamba atau disebut dalam bahasa umum 'orang dalam rumah' bahkan hingga tuannya masuk ke liang lahat.
Menurut penuturan para tokoh adat Sumba Timur, sampai dengan era 1970-an, masih ada hamba yang rela kubur hidup-hidup dalam satu kubur dengan sang tuan. Orang dalam rumah yang ikut terkubur dengan jenazah tuannya, ini tidak dipaksa. Mereka melakukan atas dasar kerelaan karena ingin menjaga dan mengabdi kepada sang tuan. Tradisi seperti ini baru terhenti dalam dua dekade terakhir setelah ada larangan dari pemerintah.
Sejarah pengabdian hamba terhadap para bangsawan Sumba, itu dapat ditemukan di Kampung Praiawang Rende, Kabupaten Sumba Timur yang merupakan kampung adat tempat kelahiran almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda, Bupati Sumba Timur yang meninggal dunia 2 Agustus 2008 lalu.
Jika baru pertama mengunjungi kampung adat tersebut, kita akan menjumpai sembilan rumah induk yang mengelilingi kampung adat dan kuburan-kuburan batu yang ukuran besar dengan beratnya yang mencapai satu bahkan dua ton di tengah perkampungan. Di atas batu kuburan tersebut, terdapat menara batu dan arca yang dalam bahasa setempat disebut penji. Bahkan ada kubur yang bagian depannya dibuat patung kepala kerbau dengan tanduk yang cukup panjang. Kuburan dengan patung kepala kerbau itu merupakan kuburan bangsawan pertama di kampung tersebut.
Sembilan rumah induk itu melambangkan sembilan keturunan dari para bangasawan dalam kampung adat Praiawang Rende. Rumah-rumah induk itu dengan fungsinya masing-masing. Ada yang namanya rumah besar yang saat ini dijadikan tempat penyimpanan mayat atau dalam bahasa setempat disebut Uma Bokul. Rumah ini merupakan rumah pertama di kampung itu.
Dari rumah ini seluruh keturunan bangsawan Rende keluar dan kemudian mendirikan rumah sendiri-sendiri. Kemudian ada Uma Jangga, yang merupakan rumah tinggal almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda sejak kecil. Rumah ini merupakan rumah tempat musyawarah keluarga. Kemudian, Uma Penji merupakan rumah yang ada menaranya. Rumah ini merupakan tempat tinggal Raja Rende (Maramba Rindi), Umbu Hapu Hamba Ndima dan keturunannya. Ada juga Uma Hadung, yakni tempat berkumpul sebelum pergi atau setelah pulang perang atau saat ini dipakai sebagai tempat berkumpul sebelum pergi atau setelah pulang pacuan kuda.
Menurut juru bicara Kampung Adat Rende, Wunu Hiwa (71), zaman dulu di rumah ini juga dipakai sebagai tempat menggantung kepala musuh yang dibunuh dalam peperangan dan tempat merayakan berbagai acara adat setelah memenangkan peperangan. Ada lagi yang namanya Uma Ndewa (rumah para dewa) yang merupakan rumah tempat upacara atau sembahyang para penganut kepercayaan marapu. Juga ada Uma Kopi atau rumah tempat minum kopi.
Kembali ke soal kuburan. Sesuai dengan budaya orang Sumba yang selalu mengedepankan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari, ketika meninggal duniapun, jenazah para bangsawan Sumba, khususnya Sumba Timur dikuburkan dalam satu kuburan yang sama atau satu liang lahat. Dalam satu kubur bisa sampai puluhan orang. Seperti salah satu kubur bangsawan di Kampung Praiwang Rende yang saat ini sedang direnovasi atau diperluas.
Kuburan itu awalnya merupakan kubur dari kakek almarhum Umbu Mehang Kunda bernama Umbu Retang Tamba dan istrinya, Rambu Dupa Luana. Namun dengan budaya kebersamaan tadi, ketika sang adik bernama Umbu Windi Liti alias Umbu Nai Parianga dan tiga istrinya masing-masing, Rambu Konga Emu, Rambu Naha Ana Awang dan Rambu Hara Ata Pawau meninggal dunia, jasad keempatnyanya juga dimasukkan ke kubur yang sama. Tidak hanya itu, anak-anak mereka , Umbu Lili Pekualia alias Umbu Nai Hanggongu anak dari Umbu Retang Tamba dan Rambu Padu Ranu anak dari Umbu Windi, juga dikuburkan di kubur yang sama.
Kubur dari satu keluarga bangsawan di Kampung Rende tersebut dipagari oleh kuburan para hambanya sebanyak 24 orang, terdiri dari bagian kaki empat orang, bagian kepala empat orang, sisi kiri empat orang dan sisi kanan empat. Perlakuan yang sama juga akan berlangsung bagi seluruh bangsawan di kampung itu dan keturunannya, termasuk kuburan almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda, Bupati Sumba Timur.
Menurut Wunu Hiwa, meski masih satu keturunan dengan pemilik kubur yang dibongkar tersebut, namun jenazah almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda sesuai kesepakatan terakhir akan dikuburkan di liang terpisah dengan sang kakek dengan pertimbangan untuk menghormati almarhum.
Hiwa mengatakan, antara kubur almarhum dengan kubur sang kakek hanya terpisah liang lahat tetapi tetap berdampingan. Kubur almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda alias Umbu Nai Mbaha Ndjurumbatu berada di sudut kiri bagian depan kubur sang kakek. Sama halnya dengan kubur sang kakek, Wunu Hiwa mengatakan, kubur almarhum juga akan dikelilingi oleh kubur para hambanya. "Kalau ada anak buah almarhum (hamba) dalam rumah yang meninggal nanti, dia akan dikubur di sisi kubur almarhum," kata Hiwa. (*)
TRADISI kehidupan kaum bangsawan Sumba, khususnya Sumba Timur yang selalu diapit para hamba, juga terbawa hingga mereka meninggal dunia. Pengabdian para hamba atau disebut dalam bahasa umum 'orang dalam rumah' bahkan hingga tuannya masuk ke liang lahat.
Menurut penuturan para tokoh adat Sumba Timur, sampai dengan era 1970-an, masih ada hamba yang rela kubur hidup-hidup dalam satu kubur dengan sang tuan. Orang dalam rumah yang ikut terkubur dengan jenazah tuannya, ini tidak dipaksa. Mereka melakukan atas dasar kerelaan karena ingin menjaga dan mengabdi kepada sang tuan. Tradisi seperti ini baru terhenti dalam dua dekade terakhir setelah ada larangan dari pemerintah.
Sejarah pengabdian hamba terhadap para bangsawan Sumba, itu dapat ditemukan di Kampung Praiawang Rende, Kabupaten Sumba Timur yang merupakan kampung adat tempat kelahiran almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda, Bupati Sumba Timur yang meninggal dunia 2 Agustus 2008 lalu.
Jika baru pertama mengunjungi kampung adat tersebut, kita akan menjumpai sembilan rumah induk yang mengelilingi kampung adat dan kuburan-kuburan batu yang ukuran besar dengan beratnya yang mencapai satu bahkan dua ton di tengah perkampungan. Di atas batu kuburan tersebut, terdapat menara batu dan arca yang dalam bahasa setempat disebut penji. Bahkan ada kubur yang bagian depannya dibuat patung kepala kerbau dengan tanduk yang cukup panjang. Kuburan dengan patung kepala kerbau itu merupakan kuburan bangsawan pertama di kampung tersebut.
Sembilan rumah induk itu melambangkan sembilan keturunan dari para bangasawan dalam kampung adat Praiawang Rende. Rumah-rumah induk itu dengan fungsinya masing-masing. Ada yang namanya rumah besar yang saat ini dijadikan tempat penyimpanan mayat atau dalam bahasa setempat disebut Uma Bokul. Rumah ini merupakan rumah pertama di kampung itu.
Dari rumah ini seluruh keturunan bangsawan Rende keluar dan kemudian mendirikan rumah sendiri-sendiri. Kemudian ada Uma Jangga, yang merupakan rumah tinggal almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda sejak kecil. Rumah ini merupakan rumah tempat musyawarah keluarga. Kemudian, Uma Penji merupakan rumah yang ada menaranya. Rumah ini merupakan tempat tinggal Raja Rende (Maramba Rindi), Umbu Hapu Hamba Ndima dan keturunannya. Ada juga Uma Hadung, yakni tempat berkumpul sebelum pergi atau setelah pulang perang atau saat ini dipakai sebagai tempat berkumpul sebelum pergi atau setelah pulang pacuan kuda.
Menurut juru bicara Kampung Adat Rende, Wunu Hiwa (71), zaman dulu di rumah ini juga dipakai sebagai tempat menggantung kepala musuh yang dibunuh dalam peperangan dan tempat merayakan berbagai acara adat setelah memenangkan peperangan. Ada lagi yang namanya Uma Ndewa (rumah para dewa) yang merupakan rumah tempat upacara atau sembahyang para penganut kepercayaan marapu. Juga ada Uma Kopi atau rumah tempat minum kopi.
Kembali ke soal kuburan. Sesuai dengan budaya orang Sumba yang selalu mengedepankan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari, ketika meninggal duniapun, jenazah para bangsawan Sumba, khususnya Sumba Timur dikuburkan dalam satu kuburan yang sama atau satu liang lahat. Dalam satu kubur bisa sampai puluhan orang. Seperti salah satu kubur bangsawan di Kampung Praiwang Rende yang saat ini sedang direnovasi atau diperluas.
Kuburan itu awalnya merupakan kubur dari kakek almarhum Umbu Mehang Kunda bernama Umbu Retang Tamba dan istrinya, Rambu Dupa Luana. Namun dengan budaya kebersamaan tadi, ketika sang adik bernama Umbu Windi Liti alias Umbu Nai Parianga dan tiga istrinya masing-masing, Rambu Konga Emu, Rambu Naha Ana Awang dan Rambu Hara Ata Pawau meninggal dunia, jasad keempatnyanya juga dimasukkan ke kubur yang sama. Tidak hanya itu, anak-anak mereka , Umbu Lili Pekualia alias Umbu Nai Hanggongu anak dari Umbu Retang Tamba dan Rambu Padu Ranu anak dari Umbu Windi, juga dikuburkan di kubur yang sama.
Kubur dari satu keluarga bangsawan di Kampung Rende tersebut dipagari oleh kuburan para hambanya sebanyak 24 orang, terdiri dari bagian kaki empat orang, bagian kepala empat orang, sisi kiri empat orang dan sisi kanan empat. Perlakuan yang sama juga akan berlangsung bagi seluruh bangsawan di kampung itu dan keturunannya, termasuk kuburan almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda, Bupati Sumba Timur.
Menurut Wunu Hiwa, meski masih satu keturunan dengan pemilik kubur yang dibongkar tersebut, namun jenazah almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda sesuai kesepakatan terakhir akan dikuburkan di liang terpisah dengan sang kakek dengan pertimbangan untuk menghormati almarhum.
Hiwa mengatakan, antara kubur almarhum dengan kubur sang kakek hanya terpisah liang lahat tetapi tetap berdampingan. Kubur almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda alias Umbu Nai Mbaha Ndjurumbatu berada di sudut kiri bagian depan kubur sang kakek. Sama halnya dengan kubur sang kakek, Wunu Hiwa mengatakan, kubur almarhum juga akan dikelilingi oleh kubur para hambanya. "Kalau ada anak buah almarhum (hamba) dalam rumah yang meninggal nanti, dia akan dikubur di sisi kubur almarhum," kata Hiwa. (*)
Bapak Seperti Sedang ke Luar Kota
Oleh Adiana Ahmad
KEMATIAN adalah takdir. Kapan sesorang mati, itu rahasia Tuhan. Semua manusia tak bisa menghindari kematian. Manusia kerap menyesali kenapa seseorang meninggal begitu cepat. Apalagi yang "pergi" itu adalah orang-orang dekat. Perasaan tidak rela membuat kita sering merasa mustahil dan tak percaya jika saat itu tiba. Apalagi prosesnya begitu cepat.
Begitulah yang dirasakan orang-orang terdekat almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda (Bupati Sumba Timur) yang meninggal dunia, Jumat (2/8/2008) lalu. Rambu Kudu Mbali Yuli, S.E, Agnes Lulu Landukura, A.Md, Yuliana Laji, S.Kom dan Syarif.
Mereka adalah sekretaris dan para sopir pribadi almarhum yang sampai saat ini masih belum percaya bahwa almarhum telah tiada. Hari-hari pasca meninggalnya almarhum merupakan hari-hari yang cukup berat bagi mereka. Tanpa aktivitas dan selalu terbayang sosok yang terkadang mendadak hadir di tengah mereka dengan berbagai guyonan dan sapaan-sapaan khasnya.
Selama sepekan sejak almarhum meninggal, sopir, ajudan dan sekretaris pribadi almarhum nyaris tanpa aktivitas. Pukul 07.00 Wita mereka masuk kantor tetapi tidak jelas mau mengerjakan apa. Sementara pintu ruangan, baik di ruang tunggu, ruang rapat maupun ruang kerja masih digembok. Untuk sementara mereka terpaksa dipekerjakan di Bagian Umum. Terkadang mereka juga naik ke lantai dua tempat di mana ruang kerja bupati berada. Namun mereka hanya mampu mengintip dari luar.
Pada Rabu (13/8/2008), ruang kerja bupati sempat dibuka. Namun hanya sebentar. Para sekretaris dan sopir menyempatkan diri untuk masuk ke ruangan kerja mereka yang berada satu ruangan dengan ruang tunggu bupati. Tidak ada aktivitas. Yang keluar dari mulut mereka hanya cerita kenangan bersama almarhum. Sekitar setengah jam, mereka meninggalkan ruangan. Rambu, Agnes, Yuliana dan Syarif yang ditemui di ruang kerja mereka, mengaku hingga saat ini mereka seakan belum percaya, kalau almarhum telah meninggal dunia. Suasana yang mereka rasakan saat ini seperti suasana saat-saat almarhum sedang berada di luar kota.
"Kami masih tidak percaya dengan keadaan ini. Kami seperti merasa bapak sedang bertugas ke luar daerah," kata Rambu dan teman-temannya.
Ketiganya mengatakan, ketika berada di meja kerja mereka, terkadang mereka lupa kalau almarhum telah tiada. "Selama ini bapak memang sering bertugas ke luar daerah. Tetapi aktivitas kita tetap berjalan seperti biasa. Seperti menerima telepon , fax dan surat-surat. Tetapi satu minggu terakhir setelah bapak meninggal dunia, kami nyaris tanpa aktivitas," kata Rambu.
Ketiganya mengaku, saat-saat bersama almarhum merupakan saat terindah. "Bapak itu tidak pernah marah. Terkadang juga bercanda. Kalau meminta sesuatu selalu memanggil kita 'bos'. Kalau mau bertugas ke luar daerah, bapak selalu bilang kamu jaga kantor baik-baik. Saya mau pergi lawere (jalan-jalan, Red)," kenang Rambu, Adnes dan Yuli.
Almarhum juga menyapa para sopir dan ajudannya dengan 'bos'. Panggilan khas ini untuk menciptakan kedekatan almarhum dengan para sopir, ajudan dan sekretaris pribadinya. Bahkan tak jarang, sopir dan ajudan sering diajak makan semeja di ruang makan rumah jabatan.
Sifat almarhum yang tak mau sepi dan suka berdiskusi banyak hal, terkadang membuatnya lupa waktu untuk beristirahat. Meskipun baru selesai kunjungan ke desa-desa yang medannya berat, almarhum masih mete bersama staf untuk bercerita. Jika tidak ada teman diskusi dari kalangan pejabat, sopir, ajudan dan kepala rumah tangga menjadi sasaran untuk dijadikan teman diskusi.
Salah satu sifat almarhum yang sulit dilupakan para sekretaris pribadi, sopir, ajudan dan kepala rumah tangga adalah mudah terenyuh ketika melihat orang lain susah.
Almarhum selalu memperhatikan kesejahteraan sopir, ajudan dan para sekretarisnya. "Kalau menjelang hari raya, bapak sering menyediakan hadiah untuk kami. Biasanya tanggal 24 Desember , bapak selalu beri hadiah untuk kami," kata Rambu yang diamini Adnes dan Yuliana.
Begitu juga dengan sopirnya yang beragama muslim. Mereka menuturkan, ada pengalaman saat almarhum bertugas ke Australia. Dari Asutrali, almarhum menelpon dan menanyakan oleh-oleh apa yang mereka minta dari Australia. "Saat itu, kita bilang apa saja. Akhirnya bapak bawakan kita cokelat dari Australia," kenang mereka.
Mereka mengatakan, ada satu cita-cita almarhum yang belum sempat terealisasi. Almarhum berencana membawa para sekretarisnya untuk ikut bersama ketika ia bertugas ke luar daerah, terutama ke Jawa atau Bali.
"Suatu saat bapak pernah bilang ke protokoler agar bisa memfasilitasi kita supaya bisa ikut dengannya ketika bertugas ke luar daerah. Sayang, niat itu belum terwujud, bapak keburu pergi," kata Adnes.
Kepala Rumah Tangga, Ferli Supusepa menuturkan, almarhum begitu peduli pada nasib orang kecil. Kisah Ferli, suatu saat seorang warga datang ke rumah jabatan meminta uang buat beli beras. Tanpa basa-basi almarhum langsung memberikan uang Rp 700.000. Pernah juga ada seorang pemuda yang membutuhkan uang untuk membeli obat bagi keluarganya yang sakit. Pemuda tersebut membawa seekor ayam dan menjualnya keliling Kota Waingapu. Namun hingga malam ayam tidak laku sehingga dia membawa ke rumah jabatan.
Pemuda itu masuk melalui pintu belakang dan bertemu almarhum sedang duduk di bawah pohon klengkeng. Almarhum menanyakan maksud kedatangan pemuda tersebut. Mengetahui pemuda itu hendak menjual ayam untuk membeli obat bagi keluarganya yang sakit, almarhum
mengeluarkan uang Rp 300.000 dari kantong celananya dan memberikan kepada pemuda tersebut.
Almarhum juga begitu peduli dengan kesejahteraan para pegawainya. Itu dibuktikan dengan sikap almarhum yang tidak pernah menerima honor dari berbagai kegiatan yang ia lakukan.
"Kalau kita mengantar honor beliau, karena tugas-tugas atau kunjungan kerjanya ke desa-desa, tidak pernah beliau ambil. Uang itu akan dikembalikan kepada pegawai yang mengantar honor tersebut, " kata salah seorang staf di Kantor Bupati Sumba Timur.
Tak heran, banyak pegawai yang berebutan jika disuruh mengantar uang honor kepada almarhum. Almarhum juga tidak tanggung-tanggung memberikan tip kepada para pegawainya yang rajin. (*)
KEMATIAN adalah takdir. Kapan sesorang mati, itu rahasia Tuhan. Semua manusia tak bisa menghindari kematian. Manusia kerap menyesali kenapa seseorang meninggal begitu cepat. Apalagi yang "pergi" itu adalah orang-orang dekat. Perasaan tidak rela membuat kita sering merasa mustahil dan tak percaya jika saat itu tiba. Apalagi prosesnya begitu cepat.
Begitulah yang dirasakan orang-orang terdekat almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda (Bupati Sumba Timur) yang meninggal dunia, Jumat (2/8/2008) lalu. Rambu Kudu Mbali Yuli, S.E, Agnes Lulu Landukura, A.Md, Yuliana Laji, S.Kom dan Syarif.
Mereka adalah sekretaris dan para sopir pribadi almarhum yang sampai saat ini masih belum percaya bahwa almarhum telah tiada. Hari-hari pasca meninggalnya almarhum merupakan hari-hari yang cukup berat bagi mereka. Tanpa aktivitas dan selalu terbayang sosok yang terkadang mendadak hadir di tengah mereka dengan berbagai guyonan dan sapaan-sapaan khasnya.
Selama sepekan sejak almarhum meninggal, sopir, ajudan dan sekretaris pribadi almarhum nyaris tanpa aktivitas. Pukul 07.00 Wita mereka masuk kantor tetapi tidak jelas mau mengerjakan apa. Sementara pintu ruangan, baik di ruang tunggu, ruang rapat maupun ruang kerja masih digembok. Untuk sementara mereka terpaksa dipekerjakan di Bagian Umum. Terkadang mereka juga naik ke lantai dua tempat di mana ruang kerja bupati berada. Namun mereka hanya mampu mengintip dari luar.
Pada Rabu (13/8/2008), ruang kerja bupati sempat dibuka. Namun hanya sebentar. Para sekretaris dan sopir menyempatkan diri untuk masuk ke ruangan kerja mereka yang berada satu ruangan dengan ruang tunggu bupati. Tidak ada aktivitas. Yang keluar dari mulut mereka hanya cerita kenangan bersama almarhum. Sekitar setengah jam, mereka meninggalkan ruangan. Rambu, Agnes, Yuliana dan Syarif yang ditemui di ruang kerja mereka, mengaku hingga saat ini mereka seakan belum percaya, kalau almarhum telah meninggal dunia. Suasana yang mereka rasakan saat ini seperti suasana saat-saat almarhum sedang berada di luar kota.
"Kami masih tidak percaya dengan keadaan ini. Kami seperti merasa bapak sedang bertugas ke luar daerah," kata Rambu dan teman-temannya.
Ketiganya mengatakan, ketika berada di meja kerja mereka, terkadang mereka lupa kalau almarhum telah tiada. "Selama ini bapak memang sering bertugas ke luar daerah. Tetapi aktivitas kita tetap berjalan seperti biasa. Seperti menerima telepon , fax dan surat-surat. Tetapi satu minggu terakhir setelah bapak meninggal dunia, kami nyaris tanpa aktivitas," kata Rambu.
Ketiganya mengaku, saat-saat bersama almarhum merupakan saat terindah. "Bapak itu tidak pernah marah. Terkadang juga bercanda. Kalau meminta sesuatu selalu memanggil kita 'bos'. Kalau mau bertugas ke luar daerah, bapak selalu bilang kamu jaga kantor baik-baik. Saya mau pergi lawere (jalan-jalan, Red)," kenang Rambu, Adnes dan Yuli.
Almarhum juga menyapa para sopir dan ajudannya dengan 'bos'. Panggilan khas ini untuk menciptakan kedekatan almarhum dengan para sopir, ajudan dan sekretaris pribadinya. Bahkan tak jarang, sopir dan ajudan sering diajak makan semeja di ruang makan rumah jabatan.
Sifat almarhum yang tak mau sepi dan suka berdiskusi banyak hal, terkadang membuatnya lupa waktu untuk beristirahat. Meskipun baru selesai kunjungan ke desa-desa yang medannya berat, almarhum masih mete bersama staf untuk bercerita. Jika tidak ada teman diskusi dari kalangan pejabat, sopir, ajudan dan kepala rumah tangga menjadi sasaran untuk dijadikan teman diskusi.
Salah satu sifat almarhum yang sulit dilupakan para sekretaris pribadi, sopir, ajudan dan kepala rumah tangga adalah mudah terenyuh ketika melihat orang lain susah.
Almarhum selalu memperhatikan kesejahteraan sopir, ajudan dan para sekretarisnya. "Kalau menjelang hari raya, bapak sering menyediakan hadiah untuk kami. Biasanya tanggal 24 Desember , bapak selalu beri hadiah untuk kami," kata Rambu yang diamini Adnes dan Yuliana.
Begitu juga dengan sopirnya yang beragama muslim. Mereka menuturkan, ada pengalaman saat almarhum bertugas ke Australia. Dari Asutrali, almarhum menelpon dan menanyakan oleh-oleh apa yang mereka minta dari Australia. "Saat itu, kita bilang apa saja. Akhirnya bapak bawakan kita cokelat dari Australia," kenang mereka.
Mereka mengatakan, ada satu cita-cita almarhum yang belum sempat terealisasi. Almarhum berencana membawa para sekretarisnya untuk ikut bersama ketika ia bertugas ke luar daerah, terutama ke Jawa atau Bali.
"Suatu saat bapak pernah bilang ke protokoler agar bisa memfasilitasi kita supaya bisa ikut dengannya ketika bertugas ke luar daerah. Sayang, niat itu belum terwujud, bapak keburu pergi," kata Adnes.
Kepala Rumah Tangga, Ferli Supusepa menuturkan, almarhum begitu peduli pada nasib orang kecil. Kisah Ferli, suatu saat seorang warga datang ke rumah jabatan meminta uang buat beli beras. Tanpa basa-basi almarhum langsung memberikan uang Rp 700.000. Pernah juga ada seorang pemuda yang membutuhkan uang untuk membeli obat bagi keluarganya yang sakit. Pemuda tersebut membawa seekor ayam dan menjualnya keliling Kota Waingapu. Namun hingga malam ayam tidak laku sehingga dia membawa ke rumah jabatan.
Pemuda itu masuk melalui pintu belakang dan bertemu almarhum sedang duduk di bawah pohon klengkeng. Almarhum menanyakan maksud kedatangan pemuda tersebut. Mengetahui pemuda itu hendak menjual ayam untuk membeli obat bagi keluarganya yang sakit, almarhum
mengeluarkan uang Rp 300.000 dari kantong celananya dan memberikan kepada pemuda tersebut.
Almarhum juga begitu peduli dengan kesejahteraan para pegawainya. Itu dibuktikan dengan sikap almarhum yang tidak pernah menerima honor dari berbagai kegiatan yang ia lakukan.
"Kalau kita mengantar honor beliau, karena tugas-tugas atau kunjungan kerjanya ke desa-desa, tidak pernah beliau ambil. Uang itu akan dikembalikan kepada pegawai yang mengantar honor tersebut, " kata salah seorang staf di Kantor Bupati Sumba Timur.
Tak heran, banyak pegawai yang berebutan jika disuruh mengantar uang honor kepada almarhum. Almarhum juga tidak tanggung-tanggung memberikan tip kepada para pegawainya yang rajin. (*)
Kamis, 14 Agustus 2008
Ki Gendeng Sulit Ditembus Jarum
LAGI-LAGI Ki Gendeng Pamungkas mengundang perhatian banyak orang. Saat menjalani pemeriksaan kesehatan di Poliklinik Afiat, RSU PMI, Jalan Pajajaran, Bogor Utara, Rabu (13/8), paranormal yang memiliki nama asli Imam Santoso ini menarik perhatian paramedis termasuk wartawan.
Ketika Ki Gendeng masuk ke ruang pemeriksaan, paramedis dan dokter menyambut dengan ramah. Gendeng pun sumringah. Penampilannya tenang. Selain Ki Gendeng, calon lain yang menjalani pemeriksaan adalah Syafei Bratasendjaja- Akik Darul Tahkik (Sadar).
Beberapa tahapan pemerik-saan dijalani Ki Gendeng Pamungkas. Tahapan pertama adalah diambil darah. Seorang staf Laboratorium Poliklinik Afiat, Nuri langsung mengikat lengan kanan Ki Gendeng. Selanjutnya, petugas menusukkan jarum, namun tidak bisa menembus kulit lengan kanan Gendeng. Nuri pun grogi.
Nuri mencoba kembali menyuntikkan jarum agar bisa menembus kulit. Lagi-lagi hasilnya nihil. Nuri pun meminta Ki Gendeng agar tidak mengerjainya. Tokoh paranormal itu pun terkekeh-kekeh melihat Nuri. Lalu dia menjentikkan jarinya ke udara tetapi Nuri belum berhasil juga.
"Saya jangan dikerjain dong Pak Iman. Saya jadi grogi nih. Susah amat nih jarum bisa masuk ke kulit Bapak. Tolong dong jangan kerjain saya. Saya jadi gemetar karena jarum suntik susah nembus kulit. Biasa saja Pak, jangan dicandain," pinta Nuri sambil mengganti jarum suntik.
Nuri mencari lokasi lain. Dia pun mengarahkan jarum ke sekitar pergelangan tangan kanan Ki Gendeng. Sambil mengucapkan Bismillahirrahma- nirrahim, akhirnya Nuri berhasil menusukkan jarum suntik itu ke kulit Ki Gendeng. "Jarumnya susah menembus kulit Pak Iman. Itu beneran, bukan dibuat-buat oleh saya. Pada kulit Pak Iman itu seperti ada kayu yang sangat keras, sehingga sangat sulit untuk mengambil darahnya. Ini pengalaman kali pertama saya," kata Nuri seusai mengambil sampel darah Ki Gendeng Pamungkas.
Tak akan nyantet
Bakal calon Wakil Wali Kota Bogor, Iman Santoso atau biasa dipanggil Ki Gendeng Pamungkas mengaku akan menghormati seluruh proses dan peraturan yang berlaku dalam Pilkada Kota Bogor yang akan dilaksanakan pada Oktober mendatang. Dia tidak akan melakukan penyantetan terhadap pihak lain, termasuk anggota KPUD Kota Bogor andaikata nanti tidak meloloskan dia dan pasangannya yaitu Ahmad Chusairi dalam bursa pencalonan Pilkada.
"Saya menghormati seluruh proses dan peraturan untuk mengikuti Pilkada Kota Bogor. Saya tidak akan menggunakan keahlian saya yaitu santet. Kalau saya tidak lolos untuk ikut Pilkada, maka tidak menjadi masalah. Tidak apa-apa. Saya tidak akan menyantet anggota KPUD Kota Bogor," katanya, Rabu (13/8/2008).
Namun, dia tetap meminta agar proses dan peraturan tersebut dapat berjalan sejujurnya. "Kami minta agar KPUD dapat melaksanakan tugasnya dengan baik atau fairplay, supaya hasil pilkada nanti sesuai dengan keingingan semua pihak, khususnya masyarakat Kota Bogor," kata suami Ajeng Safitri ini.
Ayah lima anak ini menegaskan bahwa dirinya ikut serta dalam bursa pencalonan wali kota semata-mata ingin melakukan perubahan di Kota Bogor. Kalau dia dan pasangannya dipercaya untuk memimpin daerah yang terkenal dengan sebutan Kota Angkot tersebut, maka pihaknya berusaha keras memutuskan benang merah rezim Orde Baru yang selama ini membelenggu Indonesia, termasuk di Kota Bogor.
"Saya dan Pak Ahmad Chusairi tidak akan membelenggu kebebasan anggota dewan dalam menyikapi atau mengkritisi kebijakan pemerintahan kami. Tidak usah takut atau khawatir untuk mengkritik kami. Begitu juga masyarakat Kota Bogor. Namun, kami sangat senang kritik itu semata-mata untuk kepentingan masyarakat Kota Bogor sendiri, bukan karena kepentingan kelompok, partai politik maupun pribadi. Mari kita bangun Kota Bogor ini bersama-sama, supaya Kota Bogor menjadi disegani oleh pihak lain," tandasnya.
Sementara itu Ahmad Chusairi, bakal calon Wakil Wali Kota Bogor pendamping Gendeng, optimis bisa ikut pilkada ini. Pihaknya sudah melengkapi data pendukung yang dinilai kurang oleh KPUD Kota Bogor. (persdanetwork/akn)
Ketika Ki Gendeng masuk ke ruang pemeriksaan, paramedis dan dokter menyambut dengan ramah. Gendeng pun sumringah. Penampilannya tenang. Selain Ki Gendeng, calon lain yang menjalani pemeriksaan adalah Syafei Bratasendjaja- Akik Darul Tahkik (Sadar).
Beberapa tahapan pemerik-saan dijalani Ki Gendeng Pamungkas. Tahapan pertama adalah diambil darah. Seorang staf Laboratorium Poliklinik Afiat, Nuri langsung mengikat lengan kanan Ki Gendeng. Selanjutnya, petugas menusukkan jarum, namun tidak bisa menembus kulit lengan kanan Gendeng. Nuri pun grogi.
Nuri mencoba kembali menyuntikkan jarum agar bisa menembus kulit. Lagi-lagi hasilnya nihil. Nuri pun meminta Ki Gendeng agar tidak mengerjainya. Tokoh paranormal itu pun terkekeh-kekeh melihat Nuri. Lalu dia menjentikkan jarinya ke udara tetapi Nuri belum berhasil juga.
"Saya jangan dikerjain dong Pak Iman. Saya jadi grogi nih. Susah amat nih jarum bisa masuk ke kulit Bapak. Tolong dong jangan kerjain saya. Saya jadi gemetar karena jarum suntik susah nembus kulit. Biasa saja Pak, jangan dicandain," pinta Nuri sambil mengganti jarum suntik.
Nuri mencari lokasi lain. Dia pun mengarahkan jarum ke sekitar pergelangan tangan kanan Ki Gendeng. Sambil mengucapkan Bismillahirrahma- nirrahim, akhirnya Nuri berhasil menusukkan jarum suntik itu ke kulit Ki Gendeng. "Jarumnya susah menembus kulit Pak Iman. Itu beneran, bukan dibuat-buat oleh saya. Pada kulit Pak Iman itu seperti ada kayu yang sangat keras, sehingga sangat sulit untuk mengambil darahnya. Ini pengalaman kali pertama saya," kata Nuri seusai mengambil sampel darah Ki Gendeng Pamungkas.
Tak akan nyantet
Bakal calon Wakil Wali Kota Bogor, Iman Santoso atau biasa dipanggil Ki Gendeng Pamungkas mengaku akan menghormati seluruh proses dan peraturan yang berlaku dalam Pilkada Kota Bogor yang akan dilaksanakan pada Oktober mendatang. Dia tidak akan melakukan penyantetan terhadap pihak lain, termasuk anggota KPUD Kota Bogor andaikata nanti tidak meloloskan dia dan pasangannya yaitu Ahmad Chusairi dalam bursa pencalonan Pilkada.
"Saya menghormati seluruh proses dan peraturan untuk mengikuti Pilkada Kota Bogor. Saya tidak akan menggunakan keahlian saya yaitu santet. Kalau saya tidak lolos untuk ikut Pilkada, maka tidak menjadi masalah. Tidak apa-apa. Saya tidak akan menyantet anggota KPUD Kota Bogor," katanya, Rabu (13/8/2008).
Namun, dia tetap meminta agar proses dan peraturan tersebut dapat berjalan sejujurnya. "Kami minta agar KPUD dapat melaksanakan tugasnya dengan baik atau fairplay, supaya hasil pilkada nanti sesuai dengan keingingan semua pihak, khususnya masyarakat Kota Bogor," kata suami Ajeng Safitri ini.
Ayah lima anak ini menegaskan bahwa dirinya ikut serta dalam bursa pencalonan wali kota semata-mata ingin melakukan perubahan di Kota Bogor. Kalau dia dan pasangannya dipercaya untuk memimpin daerah yang terkenal dengan sebutan Kota Angkot tersebut, maka pihaknya berusaha keras memutuskan benang merah rezim Orde Baru yang selama ini membelenggu Indonesia, termasuk di Kota Bogor.
"Saya dan Pak Ahmad Chusairi tidak akan membelenggu kebebasan anggota dewan dalam menyikapi atau mengkritisi kebijakan pemerintahan kami. Tidak usah takut atau khawatir untuk mengkritik kami. Begitu juga masyarakat Kota Bogor. Namun, kami sangat senang kritik itu semata-mata untuk kepentingan masyarakat Kota Bogor sendiri, bukan karena kepentingan kelompok, partai politik maupun pribadi. Mari kita bangun Kota Bogor ini bersama-sama, supaya Kota Bogor menjadi disegani oleh pihak lain," tandasnya.
Sementara itu Ahmad Chusairi, bakal calon Wakil Wali Kota Bogor pendamping Gendeng, optimis bisa ikut pilkada ini. Pihaknya sudah melengkapi data pendukung yang dinilai kurang oleh KPUD Kota Bogor. (persdanetwork/akn)
PROKLAMASI LIGA INGGRIS: INI APA GUNANYA?
MANUSIA ditakar dan dibobot dari apa yang dapat dihasilkan dari dirinya, atau manusia pada dasarnya produsen, kata filsuf Yunani Aristoteles. Karl Marx bersorak kemudian berujar bahwa dalam "hantu kapitalisme" ada budak yang bekerja dan ada pemilik modal yang menindas.
Baik dalam kapitalisme maupun marxisme tersimpan kegilaan serentak kerinduan manusia untuk mencecap pembebasan dengan mengusung syahadat: ini apa gunanya? Ini bukan urut-urutan sejarah dari aras pemikiran sosial abad lalu. Ini juga bukan peta hubungan antara pemilik modal dan buruh atau budak. Ini proklamasi dari obsesi manusia yang ingin memerdekakan diri. Ruang pembebasannya yakni Liga Inggris yang siap bergulir pada Minggu (17/8/2008) waktu setempat. Publik pecinta bola dunia merayakan pesta pembebasan, pesta pemerdekaan.
Publik siap menggenggam tiket prestasi, sedangkan klub-klub elite Liga Inggris siap menyajikan pesona dari "olah bola sejarah". Manchester United, Chelsea, Liverpool dan Arsenal memeragakan taktik, mendemonstrasikan strategi di lapangan dengan mengerahkan seluruh kerjasama lini yang apik.
Buahnya, produktivitas gol, tujuannya, trofi Liga Inggris. Kredonya: kami datang, kami bertanding, kami menang. Publik mendulang makna pencerahan apa dari proklamasi Liga Inggris? Jawabnya satu saja, yakni nilai guna. Tunggu dulu, karena jawaban itu tidak kebal kritik.
Buktinya filsuf Jerman Jurgen Moltmann menghancurkan setiap upaya untuk memberi batasan yang serba baku dan serba kaku bagi makna nilai guna dari bola sejarah. Dalam laga kehidupan manusia, nilai guna bukan satu-satunya. Dalam laga bola, ada kegembiraan spontan, jauh dari kepura-puraan, mewarnai setiap capaian prestasi. Ini pembebasan yang sejati dari proklamasi Liga Inggris.
Amati dan cermati saja apa yang didemonstrasikan oleh Liverpool dan Arsenal yang pekan ini berkutat dengan iming-iming gengsi. Kedua tim elite Inggris itu tengah bersibuk dengan fase penyisihan Liga Champions. Manchester United bersemangat mempertahankan gelar, sementara Chelsea berambisi menembus nomor satu di liga domestik, demikian diwartakan Reuters.
Warta bernas dikumandangkan oleh arsitek Liverpool Rafael Benitez. Pelatih asal Spanyol itu mengatakan, "Saya mendengar sorak sorai dari publik pecinta Liverpool. Kami bersiap untuk Liga Champions. Ini perkembangan negatif karena kami tidak mendulang pemain yang selama ini kami incar. Situasinya sangatlah berbeda. Kami memiliki pemain yang baru saja kembali dari sejumlah pertandingan internasional di musim panas ini dan laga Olimpiade Beijing. Kami memiliki pemain muda berkualitas."
Berkah dari Liga Inggris nyatanya membawa pembebasan bagi para pemain dari Eropa Timur. Lasykar dari Eropa Timur mendulang sukses, meraup pundi poundsterling. Kocek mereka sesak dengan memanfaatkan ramainya lalu lintas legiun asing di Liga Premier. Mereka merasakan makna pembebasan. Para petinggi klub mengincar pemain yang selama ini piawai menempati lini pertahanan.
Contohnya, pemain Kroasia Slaven Bilic tampil sebagai figur pujaan saat dirinya tiba di West Ham pada 1996. Begitu pula dengan Igor Stimac yang meghabiskan empat musim kompetisi dengan segudang kesan saat membela Derby pada 1995. Pemain Serbia Dejan Stefanovic begitu populer bagi publik Sheffield Wednesday dan Portsmouth.
David Suker, striker asal Kroasia menunjukkan taji dengan menyarangkan sepuluh gol dalam dua musim kompetisi ketika bermain bagi Arsenal dan West Ham.
Meski pemain sayap Rumania Ilie Dumi Ilie Dumitrescu dan pemain depan Florin Raducioiu tidak juga bersinar. Striker Ukrainia Serhiy Rebrov bersua dengan kekecewaan saat bermukim di Tottenham.
Mantan striker Dynamo Kyiv Andriy Shevchenko boleh dibilang tidak mampu berbuat banyak di Chelsea. Bahkan playmaker Slovenia Milenko Acimovic dicampakan dari Tottenham. Inilah logika bola: tidak menyumbang prestasi, bersiaplah hengkang.
Ada uang, ada gol, ini syahadat yang dikumandangkan saat pemain merayakan perasaan syukur di katedral yang bernama stadion. Publik berucap, kami sudah mengeluarkan sejumlah uang, silakan pemain memberi yang aneka atraksi terbaik.
Publik berteriak, bebaskan kami dari himpitan hidup dengan sepakbola. Untuk tidak mengecewakan penonton, Liga Inggris mensyaratkan bahwa para pemain perlu memiliki fisik kuat, mental tangguh. Fisik serupa banteng, mental sejenis gladiator. Yang diperlukan sekarang, bukan seremonial sarat gegap gempita upacara, tetapi jawaban atas pertanyaan, ini apa gunanya?
Liga Inggris memerlukan pemain yang menempati posisi bek tengah. Para pemain dari Balkan seperti Bilic dan Stimac memenuhi syarat itu karena bermodalkan fisik tangguh dan teknik sepakbola mumpuni. Bagaikan refrain dalam sebuah lagu, manajer sekelas Sir Alex Ferguson mengolah dan mengembangan nada-nada dasar sepakbola Inggris.
Bos Manchester United itu kemudian memanggil dan mengandalkan Nemanja Vidic yang disebut-sebut sebagai pemain bertahan yang sejatinya mampu bertahan, demikian diwartakan AFP.
Ferguson memaknai proklamasi Liga Inggris bahwa sepakbola Inggris memerlukan pemain-pemain bertahan. Ini jawaban manajer asal Skotlandia atas proklamasi, bahwa ini apa gunanya?
Niko Kranjcar, playmaker Kroasia yang pernah bermain bersama Dinamo Zagreb kemudian Hajduk Split, dan kini berlaga bagi Portsmouth mengatakan, "Peran saya di Portsmouth dan di tim nasional terbilang hampir sama. Ini berbeda ketika saya bermain di Dinamo dan Hajduk. Saya berada di belakang para striker. Dengan begitu saya dapat mendukung operasi para pemain depan untuk menciptakan gol ke gawang lawan."
Kranjcar bukan tanpa usaha. Ia merevolusi diri dari pakem 3-4-1-2 atau 4-3-1-2 yang umumnya diterapkan dalam sepakbola di negeri Balkan, dengan pola lima gelandang.
Di laga Piala Eropa, baik Spanyol maupun Jerman tampak ampuh menerapkan resep 4-2-3-1. Arus utama sepakbola Inggris ini mulai ditangkap dan diterapkan oleh pelatih asal Spanyol Juande Ramos yang kini mengadu nasib di Tottenham. Ia seakan mewakili gerbong Spanyol yang siap berekspansi di Liga Inggris. Ada juga nama Xavi Fernandez.
Apakah Liga Premier bakal menjadi ajang proklamasi bagi para pemain asal Eropa Timur dan Spanyol? Ya, karena ketrampilan teknik, ketangguhan fisik dan kelihaian meramu selaksa teknik umumnya ditunjukan oleh pemain dan pelatih Eropa Timur dan Spanyol. Mereka memetik sukses karena memegang petuah filosofis, ini apa gunanya?
Proklamasi bernada beda dikumandangkan oleh Ferguson. Sukses membawa United menyabet gelar Liga Inggris dan juara di laga Liga Champions, Fergie melayangkan pujian kepada Rio Ferdinand. "Rio kini jadi bek tengah yang terbaik di dunia.
Penampilannya membawa pesona unik karena memberi contoh kepada pemain lain. Ia mampu merespons bola yang bergulir ke lini pertahanan. Pemain depan lawan banyak kali berhitung. Ia pemain luar biasa, meski usianya sudah 30 tahun. Pengalamannya segudang."
Kini Ferguson sedang menyibukkan diri dengan menempa lini depan United. Ia menggarap Carlos Tevez, Ryan Giggs dan Nani, sementara Wayne Rooney tengah berjuang keluar dari serangan virus sekembalinya dari tur ke Nigeria. Cristiano Ronaldo pun belum pulih dari cedera engkel, sedangkan Louis Saha belum juga fit. United juga tengah menyambut kembalinya Gary Neville.
United telah memaknai proklamasi Liga Inggris dengan kerja keras. Para pemain Eropa Timur dan Spanyol menangkap nuansa sejati proklamasi Liga Premier, yang tidak melulu mempertanyakan kegunaan, tetapi menyodok kesadaran publik bahwa sepakbola memuat pertanyaan reflektif, bahwa untuk sebuah perdamaian diperlukan perubahan; untuk sebuah pembebasan diperlukan pemerdekaan dari segala keterasingan. Pembebasan untuk revolusi nurani, ini proklamasi dari Liga Inggris.
Bagaimana mungkin manusia yang kini tengah terperangkap kepura-puraan dapat memerangi keterasingan dirinya itu bagi orang lain? Lebih baik mengobati diri sendiri dulu, ketimbang terus melukai orang lain dengan melontarkan berbagai pidato kosong dan berbagai aktivitas palsu.
Sejatinya proklamasi Liga Inggris berbunyi: bagaimana orang bisa keluar dari lingkaran setan kekerasan, apabila kekerasan diperangi dengan kekerasan, seperti diterapkan dalam sebuah revolusi? Jangan terperosok ke jurang verbalisme dan aktivisme, ini warta reflektif dari laga bola. (**)
Selasa, 12 Agustus 2008
Bush Borong Gaun Sutra
HARI yang cukup adem untuk melihat-lihat kota Beijing. Cuaca berawan. Matahari enggan nongol, demikian juga hujan. Cuaca seperti ini biasanya menggiring orang untuk berjalan-jalan. Pilihan pun jatuh untuk melongok Pasar Sutra, yang oleh turis bule biasa disebut Silk Market, sedang orang Cina sendiri menyebutnya Xiu Shui.
Kenapa harus ke sini? Karena, konon belumlah lengkap bertandang ke Cina jika belum bermain ke Pasar Sutra ini. Derajat eksotisnya kira-kira sama dengan Tembok Cina. Pasar aneka barang yang dijamin murah ini letaknya tak jauh dari Chang An avenue, dekat dengan Yong An Li. Ah, pokoknya dekat stasion terowongan bawah tanah. Dari sana, kita bisa berjalan-kaki menuju lokasi.
Namun, hiruk pikuk di sana terasa berbeda, Senin (11/8/2008) siang. Perhatian ribuan pengunjung terusik dengan kehadiran dua tokoh penting. Mereka adalah Presiden Amerika Serikat George H W Bush dan Anne Rogge, istri dari Jacques Rogge, presiden International Olympic Committee (IOC).
Kehadiran Bush langsung dikenali para pengunjung yang berada di lantai 3 gedung Xiushui Market. Chen Xu, salah seorang pedagang sutra, mengaku tidak percaya telah melihat Bush berjalan masuk ke dalam tokonya dan melihat beberapa potong baju sutra.
"Dia (Bush-Red) bertanya apakah itu (baju-Red) terbuat dari sutra. Dia benar-benar sangat sopan," ungkap Chen.
Bush juga kemudian mengunjungi sebuah toko yang menjual gaun malam, piyama, dan jas. Kesemua produk tekstil itu tentu saja terbuat dari bahan sutra. "Gaunnya sangat indah dan terbuat dari bahan yang bagus. Saya suka warnanya," ujar Bush seperti ditirukan Zhang Ting, penjaga toko lain yang dikunjungi Bush beserta rombongan.
Dalam kunjungan tersebut, Bush konon sedikitnya membeli enam gaun seharga 1,800 yuan atau senilai $ 250 (Hampir Rp 3 juta). Salah satunya adalah gaun warna biru gelap yang dihiasi gambar naga di bagian punggungnya.
"Ini (kunjungan Bush) adalah pengalaman yang luar biasa," kata Zhang.
Sesaat setelah Bush meninggalkan Xiushui Market, Zhang mengatakan puluhan orang langsung menyerbu tokonya. Mereka mencari tahu barang-barang yang telah dibeli orang nomor satu di Amerika Serikat tersebut.
Tidak ketinggalan, Anne Rogge membeli sebuah jaket kulit bergaya Cina yang terbuat dari sutra. Ditambah sebuah blus sutra, Anne setidaknya merogoh kocek sebesar 600 yuan.
"Adalah selalu kesenangan yang luar biasa berkunjung ke berbagai toko di pasar," tulis Anne di buku pengunjung Xiushui Market.
Zhang menambahkan atlet marathon Perancis, Hiane Lahcene, juga sempat mampir ke tokonya dan meminta bantuan untuk dipilihkan sejumlah produk sutra. Lahcene mengatakan produk sutra itu akan menjadi oleh-oleh untuk keluarga dan teman-temannya.
"Ini merupakan kunjungan pertama saya ke Cina. Saya ingin membawa pulang beberapa barang yang merupakan produk tradisional Cina," kata Lahcene.
"Biasanya, kami bisa mencapai penjualan sebesar 2000 yuan per hari. Hari ini, Senin (11/8), jumlah itu menjadi dua kali lipat," tutur Zhang yang gembira dengan adanya kunjungan sejumlah tokoh penting ke tokonya.
Pemilik toko lainnya, Li Haiping juga mengaku dikunjungi tokoh penting yaitu Senator Pennsylvania, Gibson E. Armstrong, yang datang bersama istrinya. Armstrong sendiri sangat senang bisa berbelanja di toko yang menurut Li, selama penyelenggaraan Olimpiade mengalami peningkatan pengunjung sebesar 30 persen.
"Kami telah membeli dua dasi sutra dan beberapa mainan. Keduanya sangat mengagumkan dan murah," ujar Armstrong.
Beberapa tokoh penting lain yang telah mengunjungi Xiushui Market antara lain ibu negara Zimbabwe, Madame Grace Mugabe. Beliau membeli permata, pakaian, dan sutra. Sedangkan Presiden Fiji, Josaia Voreqe dan istri, Lady Leba Qarase juga memborong mutiara, pakaian serta beberapa produk elektrik.
Ada pula Gubernur New Zealand, Dame Silvia Cartwright yang membeli permata dan T-Shirts. Ibu negara Maryanne Togiola Tulafono memenuhi keinginannya untuk memiliki pakaian kulit. Dan Ibu negara Rumania, Maria Basescu tidak lupa membeli kerajinan tangan dan perhiasan di Xinhui Market.
Total, selama berlangsungnya Olimpiade, pasar ini telah dikunjungi sebelas ibu negara, dan empat presiden. Sejauh ini, belum ada pejabat tinggi dari Indonesia yang terpergoki di sana. Siapa tahu... (Persda Network/mun)
Kenapa harus ke sini? Karena, konon belumlah lengkap bertandang ke Cina jika belum bermain ke Pasar Sutra ini. Derajat eksotisnya kira-kira sama dengan Tembok Cina. Pasar aneka barang yang dijamin murah ini letaknya tak jauh dari Chang An avenue, dekat dengan Yong An Li. Ah, pokoknya dekat stasion terowongan bawah tanah. Dari sana, kita bisa berjalan-kaki menuju lokasi.
Namun, hiruk pikuk di sana terasa berbeda, Senin (11/8/2008) siang. Perhatian ribuan pengunjung terusik dengan kehadiran dua tokoh penting. Mereka adalah Presiden Amerika Serikat George H W Bush dan Anne Rogge, istri dari Jacques Rogge, presiden International Olympic Committee (IOC).
Kehadiran Bush langsung dikenali para pengunjung yang berada di lantai 3 gedung Xiushui Market. Chen Xu, salah seorang pedagang sutra, mengaku tidak percaya telah melihat Bush berjalan masuk ke dalam tokonya dan melihat beberapa potong baju sutra.
"Dia (Bush-Red) bertanya apakah itu (baju-Red) terbuat dari sutra. Dia benar-benar sangat sopan," ungkap Chen.
Bush juga kemudian mengunjungi sebuah toko yang menjual gaun malam, piyama, dan jas. Kesemua produk tekstil itu tentu saja terbuat dari bahan sutra. "Gaunnya sangat indah dan terbuat dari bahan yang bagus. Saya suka warnanya," ujar Bush seperti ditirukan Zhang Ting, penjaga toko lain yang dikunjungi Bush beserta rombongan.
Dalam kunjungan tersebut, Bush konon sedikitnya membeli enam gaun seharga 1,800 yuan atau senilai $ 250 (Hampir Rp 3 juta). Salah satunya adalah gaun warna biru gelap yang dihiasi gambar naga di bagian punggungnya.
"Ini (kunjungan Bush) adalah pengalaman yang luar biasa," kata Zhang.
Sesaat setelah Bush meninggalkan Xiushui Market, Zhang mengatakan puluhan orang langsung menyerbu tokonya. Mereka mencari tahu barang-barang yang telah dibeli orang nomor satu di Amerika Serikat tersebut.
Tidak ketinggalan, Anne Rogge membeli sebuah jaket kulit bergaya Cina yang terbuat dari sutra. Ditambah sebuah blus sutra, Anne setidaknya merogoh kocek sebesar 600 yuan.
"Adalah selalu kesenangan yang luar biasa berkunjung ke berbagai toko di pasar," tulis Anne di buku pengunjung Xiushui Market.
Zhang menambahkan atlet marathon Perancis, Hiane Lahcene, juga sempat mampir ke tokonya dan meminta bantuan untuk dipilihkan sejumlah produk sutra. Lahcene mengatakan produk sutra itu akan menjadi oleh-oleh untuk keluarga dan teman-temannya.
"Ini merupakan kunjungan pertama saya ke Cina. Saya ingin membawa pulang beberapa barang yang merupakan produk tradisional Cina," kata Lahcene.
"Biasanya, kami bisa mencapai penjualan sebesar 2000 yuan per hari. Hari ini, Senin (11/8), jumlah itu menjadi dua kali lipat," tutur Zhang yang gembira dengan adanya kunjungan sejumlah tokoh penting ke tokonya.
Pemilik toko lainnya, Li Haiping juga mengaku dikunjungi tokoh penting yaitu Senator Pennsylvania, Gibson E. Armstrong, yang datang bersama istrinya. Armstrong sendiri sangat senang bisa berbelanja di toko yang menurut Li, selama penyelenggaraan Olimpiade mengalami peningkatan pengunjung sebesar 30 persen.
"Kami telah membeli dua dasi sutra dan beberapa mainan. Keduanya sangat mengagumkan dan murah," ujar Armstrong.
Beberapa tokoh penting lain yang telah mengunjungi Xiushui Market antara lain ibu negara Zimbabwe, Madame Grace Mugabe. Beliau membeli permata, pakaian, dan sutra. Sedangkan Presiden Fiji, Josaia Voreqe dan istri, Lady Leba Qarase juga memborong mutiara, pakaian serta beberapa produk elektrik.
Ada pula Gubernur New Zealand, Dame Silvia Cartwright yang membeli permata dan T-Shirts. Ibu negara Maryanne Togiola Tulafono memenuhi keinginannya untuk memiliki pakaian kulit. Dan Ibu negara Rumania, Maria Basescu tidak lupa membeli kerajinan tangan dan perhiasan di Xinhui Market.
Total, selama berlangsungnya Olimpiade, pasar ini telah dikunjungi sebelas ibu negara, dan empat presiden. Sejauh ini, belum ada pejabat tinggi dari Indonesia yang terpergoki di sana. Siapa tahu... (Persda Network/mun)
Karma Prometheus di Gunung Kaukakus
ALKISAH, Prometheus kesal dengan tuannya, Dewa Zeus. Ia disuruh memelihara manusia, tetapi manusia dibiarkan kedinginan, bodoh dan tersiksa. Tak tahan dengan penderitaan manusia, Promethus pun mencuri api abadi milik Zeus di altar Hestia Gunung Olympus dan kemudian membagikannya kepada manusia.
Tetapi, perbuatannya itu membuat Zus murka. Prometheus pun dirantai di sebuah pilar besar di Pegunungan Kaukakus. Tetapi tak apa. Api itu kini dinikmati manusia sebagai sumber semangat, ilmu pengetahuan dan harapan.
Wilayah Kaukasus meliputi Eropa Timur dan Asia Barat di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, termasuk Pegunungan Kaukasus dan daerah-daerah rendah lainnya. Kaukasus kadang dianggap sebagai bagian dari Asia Tengah. Puncak tertinggi di Kaukasus adalah Elbrus (5.642m), yang juga dianggap sebagai gunung tertinggi di Eropa. Negara-negara merdeka yang membentuk Kaukasus kini adalah Rusia (Distrik Kaukasus Utara), Georgia, Armenia dan Azerbaijan.
Wilayah besar non-independen di Kaukasus meliputi Ossetia, Chechnya, Ingushetia dan Dagestan. Menurut Wikipedia, Kaukasus adalah salah satu daerah yang mempunyai keanekaragaman linguistik dan budaya yang paling luas di dunia. Ternyata, api yang dicuri Prometheus juga sumber malapetaka dan bahkan kini menjadi karma di tempat ia dipasung. Sebuah wilayah kecil, Ossetia Selatan yang berpenduduk hanya 70 ribu orang, kini menjadi penyebab perang antara Rusia dengan Georgia.
Kasusnya mirip dengan Kashmir yang menjadi rebutan India dengan pakistan. Bedanya, Ossetia Selatan lebih condong kepada Rusia kendati sejak 1990 lalu mengumumkan kemerdekaannya secara de facto. Ossetia Selatan ingin mengikuti jejak Ossetia Utara yang telah menjadi bagian Federasi Rusia. Sedangkan konflik Kashmir lebih multidimensi karena sebagian kelompok Kashmir ingin terlepas dari India maupun Pakistan.
Ossetia merupakan kelompok etnik yang berbeda dengan Rusia maupun Georgian. Mereka hidup di sepanjang Sungai Don, berasal dari etnik Mongol ketika kerajaan itu menyerang Gunung kaukakus pada abad ke-13. Konflik semakin tajam pasca bubarnya Uni Soviet tahun 1991. Perebutan wilayah itu menimbulkan perang dingin antara Rusia dengan Georgia sehingga wilayah itu ditetapkan sebagai status quo. Tetapi, Uni Soviet mendukung kemerdekaan Ossetia Selatan sementara Georgia tetap mengklaim bahwa wilayah itu bagian dari negaranya. Opsi Ossetia Selatan untuk menjadi negara otonom di bawah Georgia, seperti Abkhazia dan Ajaria ditolak. Tahun 1991-1992 pernah terjadi perang antara Georgia dengan Ossetia Selatan yang didukung Rusia.
Akhir dari perang itu adalah gencatan senjata dan menetapkan wilayah itu sebagai status quo. Kegagalan mernguasai Ossetia Selatan kembali menguat setelah Mikheil Saakashvili terpilih menjadi Presiden Georgia 2004 lalu. Presiden muda ini memang kerap membuat kontroversi dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Lalu, terjadilah penyerangan Rabu pekan lalu, (8/8). Tentara Georgia yang didukung tank dan pesawat tempur, membombardir Tskhinvali, ibukota Ossetia Selatan. Sebanyak 15 orang dilaporkan tewas dalam penyerangan itu. Tentu saja Rusia tidak tinggal diam. Jet-jet tempur Rusia meraung dan mengamuk dua hari setelahnya, tidak hanya membebaskan Ossetia Selatan, tetapi juga menyerang jauh ke wilayah Georgia. Rusia melumpuhkan radar militer, bandara serta basis militer Georgia.
Masalah memang menjadi rumit meskipun Rusia tidak berniat untuk menguasai Georgia. Sebab, setelah pasukan Georgia berhasil dipukul mundur dari wilayah Ossetia, pakta pertahanan atlantik utara (NATO) tersinggung. Sebab, Georgia tahun ini mengumumkan ingin bergabung di dalam NATO bersama Ukraina. Hal ini juga yang membuat hubungan Moskow dengan Tbilisi memburuk.
Kerumitan lain, Abkhazia yang sejak lama ingin lepas dari Georgia memanfaatkan situasi. Ribuan tentara mereka juga ikut menyerang pasukan Georgia dan memberi ruang bagi kapal- kapal perang Rusia untuk membuat basis militer di perairan Laut Hitam. Tetapi, bagi Eropa, yang paling dikhawatirkan dari perang itu adalah, harga minyak dunia yang saat ini sedang turun, bisa meroket lagi. Pasalnya, Georgia adalah lintasan pipa minyak terpenting Eropa yang melintasi Baku-Tblisi- Ceyhan. Jalur pipa Kaukasus Selatan itu setiap harinya mengalir minyak 800-900 ribu barel per hari dari dari Turki hingga Laut Hitam sebelum dikapalkan ke sejumlah pelabuhan penting di Eropa.
Bisa dibayangkan bila pesawat-pesawat tempur Rusia membombardir pipa tersebut. Atau, bisa jadi, bila Gerorgia tidak mendapat dukungan Eripa dan NATO, menghancurkan sendiri pipa itu, kemudian menuduh Rusia. Kalau itu terjadi, tentu Dewa Zeus makin murka. (alfian zainal/
berbagai sumber)
Tetapi, perbuatannya itu membuat Zus murka. Prometheus pun dirantai di sebuah pilar besar di Pegunungan Kaukakus. Tetapi tak apa. Api itu kini dinikmati manusia sebagai sumber semangat, ilmu pengetahuan dan harapan.
Wilayah Kaukasus meliputi Eropa Timur dan Asia Barat di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, termasuk Pegunungan Kaukasus dan daerah-daerah rendah lainnya. Kaukasus kadang dianggap sebagai bagian dari Asia Tengah. Puncak tertinggi di Kaukasus adalah Elbrus (5.642m), yang juga dianggap sebagai gunung tertinggi di Eropa. Negara-negara merdeka yang membentuk Kaukasus kini adalah Rusia (Distrik Kaukasus Utara), Georgia, Armenia dan Azerbaijan.
Wilayah besar non-independen di Kaukasus meliputi Ossetia, Chechnya, Ingushetia dan Dagestan. Menurut Wikipedia, Kaukasus adalah salah satu daerah yang mempunyai keanekaragaman linguistik dan budaya yang paling luas di dunia. Ternyata, api yang dicuri Prometheus juga sumber malapetaka dan bahkan kini menjadi karma di tempat ia dipasung. Sebuah wilayah kecil, Ossetia Selatan yang berpenduduk hanya 70 ribu orang, kini menjadi penyebab perang antara Rusia dengan Georgia.
Kasusnya mirip dengan Kashmir yang menjadi rebutan India dengan pakistan. Bedanya, Ossetia Selatan lebih condong kepada Rusia kendati sejak 1990 lalu mengumumkan kemerdekaannya secara de facto. Ossetia Selatan ingin mengikuti jejak Ossetia Utara yang telah menjadi bagian Federasi Rusia. Sedangkan konflik Kashmir lebih multidimensi karena sebagian kelompok Kashmir ingin terlepas dari India maupun Pakistan.
Ossetia merupakan kelompok etnik yang berbeda dengan Rusia maupun Georgian. Mereka hidup di sepanjang Sungai Don, berasal dari etnik Mongol ketika kerajaan itu menyerang Gunung kaukakus pada abad ke-13. Konflik semakin tajam pasca bubarnya Uni Soviet tahun 1991. Perebutan wilayah itu menimbulkan perang dingin antara Rusia dengan Georgia sehingga wilayah itu ditetapkan sebagai status quo. Tetapi, Uni Soviet mendukung kemerdekaan Ossetia Selatan sementara Georgia tetap mengklaim bahwa wilayah itu bagian dari negaranya. Opsi Ossetia Selatan untuk menjadi negara otonom di bawah Georgia, seperti Abkhazia dan Ajaria ditolak. Tahun 1991-1992 pernah terjadi perang antara Georgia dengan Ossetia Selatan yang didukung Rusia.
Akhir dari perang itu adalah gencatan senjata dan menetapkan wilayah itu sebagai status quo. Kegagalan mernguasai Ossetia Selatan kembali menguat setelah Mikheil Saakashvili terpilih menjadi Presiden Georgia 2004 lalu. Presiden muda ini memang kerap membuat kontroversi dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Lalu, terjadilah penyerangan Rabu pekan lalu, (8/8). Tentara Georgia yang didukung tank dan pesawat tempur, membombardir Tskhinvali, ibukota Ossetia Selatan. Sebanyak 15 orang dilaporkan tewas dalam penyerangan itu. Tentu saja Rusia tidak tinggal diam. Jet-jet tempur Rusia meraung dan mengamuk dua hari setelahnya, tidak hanya membebaskan Ossetia Selatan, tetapi juga menyerang jauh ke wilayah Georgia. Rusia melumpuhkan radar militer, bandara serta basis militer Georgia.
Masalah memang menjadi rumit meskipun Rusia tidak berniat untuk menguasai Georgia. Sebab, setelah pasukan Georgia berhasil dipukul mundur dari wilayah Ossetia, pakta pertahanan atlantik utara (NATO) tersinggung. Sebab, Georgia tahun ini mengumumkan ingin bergabung di dalam NATO bersama Ukraina. Hal ini juga yang membuat hubungan Moskow dengan Tbilisi memburuk.
Kerumitan lain, Abkhazia yang sejak lama ingin lepas dari Georgia memanfaatkan situasi. Ribuan tentara mereka juga ikut menyerang pasukan Georgia dan memberi ruang bagi kapal- kapal perang Rusia untuk membuat basis militer di perairan Laut Hitam. Tetapi, bagi Eropa, yang paling dikhawatirkan dari perang itu adalah, harga minyak dunia yang saat ini sedang turun, bisa meroket lagi. Pasalnya, Georgia adalah lintasan pipa minyak terpenting Eropa yang melintasi Baku-Tblisi- Ceyhan. Jalur pipa Kaukasus Selatan itu setiap harinya mengalir minyak 800-900 ribu barel per hari dari dari Turki hingga Laut Hitam sebelum dikapalkan ke sejumlah pelabuhan penting di Eropa.
Bisa dibayangkan bila pesawat-pesawat tempur Rusia membombardir pipa tersebut. Atau, bisa jadi, bila Gerorgia tidak mendapat dukungan Eripa dan NATO, menghancurkan sendiri pipa itu, kemudian menuduh Rusia. Kalau itu terjadi, tentu Dewa Zeus makin murka. (alfian zainal/
berbagai sumber)
Senin, 11 Agustus 2008
Jangan Kasihani Kami
Oleh Sipri Seko
"JANGAN kasihani kami! Perlakukan kami sama seperti warga negara lain!" Kata- kata ini diingat betul oleh pengurus KONI NTT, Ir. Andre W Koreh, M.T saat mengikuti kegiatan olahraga cacat, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Para atlet cacat tidak mau dilihat sebagai orang lemah. Mereka tidak mau dianggap sebagai benalu yang hanya bisa tergantung pada orang lain. Mereka ingin diberi kebebasan untuk berekspresi. Karena mereka yakin kalau mereka bisa berbuat atau berprestasi sama seperti atlet normal lainnya.
Andre Koreh tak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat komitmen para atlet cacat. Dia trenyuh ketika melihat bagaimana atlet buta menjadi pemimpin upacara dan pembaca janji atlet. Seorang atlet berdiri memegang papan, dan seorang lainnya sambil meletaklan tangannya di atas huruf braille membaca janji atlet dengan lantang.
Artinya, meski istilah penyandang cacat sering diartikan sebagai setiap orang yang tidak mampu menjamin dirinya sendiri, seluruh atau sebagian sebagai hasil dari kecatatan mereka, baik yang bersifat bawaan maupun tidak dalam hal kemampuan fisik atau mentalnya, namun mereka tidak ingin disepelekan. Simplisius Paji Abe dkk sudah menunjukkan bahwa mereka juga bisa merebut tiga medali emas, sama seperti atlet normal di PON XVII 2008.
Akan ada kebanggaan tersendiri yang muncul dari diri mereka, karena mereka sudah mendapat penghargaan yang sepantasnya. Pemerintah tidak bisa menutup mata dengan prestasi mereka. Mereka merebut medali emas, sama seperti yang direbut atlet PON, sehingga mereka juga harus mendapat perlakuan yang sama.
Pemerintah dan KONI Propinsi NTT memberikan bonus uang kepada atlet cacat peraih medali Porcanas XIII 2008, sama seperti yang diterima atlet PON XVII. Medali emas dihargai Rp 50 juta, perak Rp 35 juta dan perunggu Rp 25 juta. Dengan demikian, Simplisius Paji Abe yang merebut tiga medali emas harus menerima Rp 150 juta, Maria Kolloh Rp 35 juta dan Tanty Yosefa Rp 25 juta.
Jumlah itu adalah hak mereka sehingga harus diberikan. Mereka tidak beda dengan atlet normal lainnya. Mereka juga telah mengharumkan panji Flobamora di Tanah Air. Demikian pernyataan Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, yang juga adalah Ketua Harian KONI Propinsi NTT ini.
Dalam sebuah deklarasi yang dicetuskan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Resolusi 3447 (XXX) tertanggal 9 Desember 1975 di New York disebutkan bahwa penyandang cacat memiliki hak-hak yang melekat untuk menghormati martabat kemanusiaan mereka. Penyandang cacat, apa pun asal usul, sifat, keseriusan, kecacatan dan ketidakmampuan mereka, memiliki hak-hak dasar yang sama dengan warga negara lain yang berusia sama, termasuk hak untuk menikmati kehidupan yang layak, senormal dan sepenuh mungkin.
Pemberian bonus dari pemerintah kepada atlet cacat maupun normal memang sudah seharusnya dilakukan. Tak ada warga yang akan protes ketika Simplisius Paji Abe yang kakinya tidak normal, mampu berlari dengan cepat untuk menjadi juara atau Maria Kolloh dan Tanty Yosefa yang bisu, berjuang demi nama NTT, diberi bonus.
Kita harus memberikan salut kepada Drs. Frans Lebu Raya dan Ir. Esthon Foenay, M.Si, pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur (Wagub) NTT, yang 'berani' memberikan bonus yang dalam sejarah olahraga NTT, adalah yang terbesar. Mereka tidak sedang mencari popularitas atau simpati karena baru saja memenangkan Pilkada Gubernur/Wagub NTT periode 2008-2013. Mereka tahu, seperti itulah sepantasnya penghargaan yang harus diberikan sebagai sebuah penghargaan atas prestasi yang mengharumkan nama daerah.
Penghargaan yang diberikan ini tidak sampai di situ saja. Sesuai instruksi Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan), Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) NTT saat ini tengah mendata para atlet berprestasi untuk diproses pengangkatannya menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Proses ini dilakukan untuk menjawab keluhan beberapa mantan atlet nasional yang merasa tidak dihargai lagi oleh pemerintah ketika pensiun. **
"JANGAN kasihani kami! Perlakukan kami sama seperti warga negara lain!" Kata- kata ini diingat betul oleh pengurus KONI NTT, Ir. Andre W Koreh, M.T saat mengikuti kegiatan olahraga cacat, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Para atlet cacat tidak mau dilihat sebagai orang lemah. Mereka tidak mau dianggap sebagai benalu yang hanya bisa tergantung pada orang lain. Mereka ingin diberi kebebasan untuk berekspresi. Karena mereka yakin kalau mereka bisa berbuat atau berprestasi sama seperti atlet normal lainnya.
Andre Koreh tak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat komitmen para atlet cacat. Dia trenyuh ketika melihat bagaimana atlet buta menjadi pemimpin upacara dan pembaca janji atlet. Seorang atlet berdiri memegang papan, dan seorang lainnya sambil meletaklan tangannya di atas huruf braille membaca janji atlet dengan lantang.
Artinya, meski istilah penyandang cacat sering diartikan sebagai setiap orang yang tidak mampu menjamin dirinya sendiri, seluruh atau sebagian sebagai hasil dari kecatatan mereka, baik yang bersifat bawaan maupun tidak dalam hal kemampuan fisik atau mentalnya, namun mereka tidak ingin disepelekan. Simplisius Paji Abe dkk sudah menunjukkan bahwa mereka juga bisa merebut tiga medali emas, sama seperti atlet normal di PON XVII 2008.
Akan ada kebanggaan tersendiri yang muncul dari diri mereka, karena mereka sudah mendapat penghargaan yang sepantasnya. Pemerintah tidak bisa menutup mata dengan prestasi mereka. Mereka merebut medali emas, sama seperti yang direbut atlet PON, sehingga mereka juga harus mendapat perlakuan yang sama.
Pemerintah dan KONI Propinsi NTT memberikan bonus uang kepada atlet cacat peraih medali Porcanas XIII 2008, sama seperti yang diterima atlet PON XVII. Medali emas dihargai Rp 50 juta, perak Rp 35 juta dan perunggu Rp 25 juta. Dengan demikian, Simplisius Paji Abe yang merebut tiga medali emas harus menerima Rp 150 juta, Maria Kolloh Rp 35 juta dan Tanty Yosefa Rp 25 juta.
Jumlah itu adalah hak mereka sehingga harus diberikan. Mereka tidak beda dengan atlet normal lainnya. Mereka juga telah mengharumkan panji Flobamora di Tanah Air. Demikian pernyataan Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, yang juga adalah Ketua Harian KONI Propinsi NTT ini.
Dalam sebuah deklarasi yang dicetuskan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Resolusi 3447 (XXX) tertanggal 9 Desember 1975 di New York disebutkan bahwa penyandang cacat memiliki hak-hak yang melekat untuk menghormati martabat kemanusiaan mereka. Penyandang cacat, apa pun asal usul, sifat, keseriusan, kecacatan dan ketidakmampuan mereka, memiliki hak-hak dasar yang sama dengan warga negara lain yang berusia sama, termasuk hak untuk menikmati kehidupan yang layak, senormal dan sepenuh mungkin.
Pemberian bonus dari pemerintah kepada atlet cacat maupun normal memang sudah seharusnya dilakukan. Tak ada warga yang akan protes ketika Simplisius Paji Abe yang kakinya tidak normal, mampu berlari dengan cepat untuk menjadi juara atau Maria Kolloh dan Tanty Yosefa yang bisu, berjuang demi nama NTT, diberi bonus.
Kita harus memberikan salut kepada Drs. Frans Lebu Raya dan Ir. Esthon Foenay, M.Si, pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur (Wagub) NTT, yang 'berani' memberikan bonus yang dalam sejarah olahraga NTT, adalah yang terbesar. Mereka tidak sedang mencari popularitas atau simpati karena baru saja memenangkan Pilkada Gubernur/Wagub NTT periode 2008-2013. Mereka tahu, seperti itulah sepantasnya penghargaan yang harus diberikan sebagai sebuah penghargaan atas prestasi yang mengharumkan nama daerah.
Penghargaan yang diberikan ini tidak sampai di situ saja. Sesuai instruksi Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan), Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) NTT saat ini tengah mendata para atlet berprestasi untuk diproses pengangkatannya menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Proses ini dilakukan untuk menjawab keluhan beberapa mantan atlet nasional yang merasa tidak dihargai lagi oleh pemerintah ketika pensiun. **
Muka Tembok di Tembok China
Catatan dari Beijing
Laporan wartawan Surya Rusdi Amral
"JANGAN bilang pernah ke Tiongkok, kalau belum menginjak dan memanjat tembok raksasa," demikian goda pemandu wisata ketika kami kebingungan memilih obyek wisata yang paling menarik di negei tirai bambu ini, Minggu (10/8). Terlalu banyak obyek wisata yang layak dikunjungi karena Tiongkok memang kaya akan situs sejarah. Orang bilang, setiap jengkal tanah di Tiongkok menyimpan legenda sejarah.
Tiongkok memang sebuah negara yang mempunyai sejarah lama, kebudayaan gemilang dan kaya dengan sumber obyek wisata. Dengan 29 warisan alam dan warisan budaya dunia yang ada, Tiongkok telah memperlihatkan pada dunia bahwa rakyatnya sejak lama telah memiliki kecerdikan dan kerajinan membangun negaranya. Kini, Tiongkok tidak hanya tercatat sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya paling pesat, tapi juga mampu menggelar pesta Olimpiade yang paling spektakuler sepanjang sejarah.
Hujan deras menyambut kedatangan kami di tempat yang populer disebut The Great Wall itu. Berbekal jas hujan dan payung, kami menapak satu per satu anak tangga untuk mencapai puncak. Beruntung, di tengah jalan terdapat fasilitas cable car (kereta gantung) yang bisa membawa kami ke salah satu puncak tembok raksasa tanpa bersusah payah. Rasa ingin tahu terus mengganggu pikiran kami, apalagi obyek wisata ini telah mendapat cap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Selama ini kami hanya mengenal cerita tembok raksasa dari film, foto maupun lukisan serta buku sejarah. Obyek wisata ini memang luar biasa. Panjang temboknya saja mencapai 7.000 kilometer dan merupakan bangunan terpanjang dalam sejarah yang pernah dibuat manusia. Konon, inilah bangunan satu-satunya di dunia yang bisa dilihat dari bulan.
Tembok ini melintasi lima provinsi di Tiongkok, membentang dari kawasan Shanhai Pass di timur hingga Lop Nur di barat. Tinggi temboknya belasan meter, dengan lebar yang sama di bagian bawah dan atasnya sekitar lima meter. Dalam jarak setiap 180-270 meter terdapat semacam menara pengintai yang tingginya mencapai 11-12 meter.
Di Indonesia, tidak ada bangunan yang menyerupai tembok raksasa itu. Namun, sebutan muka tembok lumayan banyaknya. Muka tembok diasosiasikan sebagai orang yang tak punya malu untuk berbuat kecurangan, korupsi dan maksiat. Sebutan ini sering dilekatkan pada pejabat birokrat yang korupsi, politikus yang menghalalkan segala cara serta kalangan bisnis yang gemar menyuap pejabat. Di Tiongkok, sudah banyak koruptor dihukum mati, sedang di Indonesia baru sebatas hukuman penjara.
Tidak hanya di Indonesia, manusia julukan muka tembok juga ada di Tiongkok. Mereka adalah pedagang kaki lima yang ada di sepanjang anak tangga tembok raksasa itu. Tidak sedikit pengunjung di tempat ini merasa tertipu oleh ulah pedagang yang memaksa pengunjung membeli barang dagangannya dengan harga tinggi. Seorang pengunjung asal Banjarmasin, misalnya, terpaksa membayar cindera mata seharga 40 yuan, padahal harga barang itu hanya sekitar 10 yuan.
"Mereka (pedagang) menjebak saya setelah tawar menawar di atas tulisan kertas. Setelah barang diambil, pedagang minta barangnya dibeli dengan harga tinggi dan transaksi tidak dapat dibatalkan," keluhnya.
***
Memang pantas Tembok China disebut sebagai salah satu keajaiban dunia. Rasanya, tidak ada lagi manusia yang bisa membangun tembok sepanjang itu. Dibutuhkan waktu lebih dari 2.000 tahun untuk membangun tembok raksasa yang dibuat dengan struktur yang berbeda-beda disesuaikan dengan permukaan bumi yang berbeda pula. Ini juga sekaligus memperlihatkan kepakaran dan kecerdikan bangsa Tiongkok telah lama ada dalam teknik bangunan.
Sebagai proyek pertahanan perang, tembok ini dibuat menurut tinggi rendah lereng gunung dan melintasi padang pasir, padang rumput dan tanah payau. Tembok besar umumnya dibangun di puncak gunung, di sebelahnya adalah lereng gunung terjal yang curam. Pihak musuh akan sukar untuk melancarkan serangan terhadap prajurit yang bertahan di tembok itu.
Tembok raksasa ini dibangun dengan batu dan batu bata panjang, serta tengahnya diisi dengan tanah atau bebatuan. Tinggi tembok umumnya belasan meter dan lebar di atasnya kira-kira lima meter, cukup untuk prajurit bermuda berjalan sejajar di atasnya, mengangkut senjata dan bahan makanan. Prajurit boleh turun dan naik menelusuri tangga dan pintu yang dibuat di sebelah dalam. Banyak kubu pertahanan dibuat sepanjang tembok itu.
Tembok China yang termasyhur ini bisa dimaknai sebagai semangat dan kehebatan bangsa Tiongkok. Bagi kita di Indonesia, semangat dan kehebatan itu bisa dijadikan inspirasi untuk membangun bangsa yang besar, tetapi sekali lagi tidak mencontoh kepalsuan-kepalsuan yang ada pada barang tiruan produk negeri tirai bambu itu. Ambil yang asli-asli saja. **
Laporan wartawan Surya Rusdi Amral
"JANGAN bilang pernah ke Tiongkok, kalau belum menginjak dan memanjat tembok raksasa," demikian goda pemandu wisata ketika kami kebingungan memilih obyek wisata yang paling menarik di negei tirai bambu ini, Minggu (10/8). Terlalu banyak obyek wisata yang layak dikunjungi karena Tiongkok memang kaya akan situs sejarah. Orang bilang, setiap jengkal tanah di Tiongkok menyimpan legenda sejarah.
Tiongkok memang sebuah negara yang mempunyai sejarah lama, kebudayaan gemilang dan kaya dengan sumber obyek wisata. Dengan 29 warisan alam dan warisan budaya dunia yang ada, Tiongkok telah memperlihatkan pada dunia bahwa rakyatnya sejak lama telah memiliki kecerdikan dan kerajinan membangun negaranya. Kini, Tiongkok tidak hanya tercatat sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya paling pesat, tapi juga mampu menggelar pesta Olimpiade yang paling spektakuler sepanjang sejarah.
Hujan deras menyambut kedatangan kami di tempat yang populer disebut The Great Wall itu. Berbekal jas hujan dan payung, kami menapak satu per satu anak tangga untuk mencapai puncak. Beruntung, di tengah jalan terdapat fasilitas cable car (kereta gantung) yang bisa membawa kami ke salah satu puncak tembok raksasa tanpa bersusah payah. Rasa ingin tahu terus mengganggu pikiran kami, apalagi obyek wisata ini telah mendapat cap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Selama ini kami hanya mengenal cerita tembok raksasa dari film, foto maupun lukisan serta buku sejarah. Obyek wisata ini memang luar biasa. Panjang temboknya saja mencapai 7.000 kilometer dan merupakan bangunan terpanjang dalam sejarah yang pernah dibuat manusia. Konon, inilah bangunan satu-satunya di dunia yang bisa dilihat dari bulan.
Tembok ini melintasi lima provinsi di Tiongkok, membentang dari kawasan Shanhai Pass di timur hingga Lop Nur di barat. Tinggi temboknya belasan meter, dengan lebar yang sama di bagian bawah dan atasnya sekitar lima meter. Dalam jarak setiap 180-270 meter terdapat semacam menara pengintai yang tingginya mencapai 11-12 meter.
Di Indonesia, tidak ada bangunan yang menyerupai tembok raksasa itu. Namun, sebutan muka tembok lumayan banyaknya. Muka tembok diasosiasikan sebagai orang yang tak punya malu untuk berbuat kecurangan, korupsi dan maksiat. Sebutan ini sering dilekatkan pada pejabat birokrat yang korupsi, politikus yang menghalalkan segala cara serta kalangan bisnis yang gemar menyuap pejabat. Di Tiongkok, sudah banyak koruptor dihukum mati, sedang di Indonesia baru sebatas hukuman penjara.
Tidak hanya di Indonesia, manusia julukan muka tembok juga ada di Tiongkok. Mereka adalah pedagang kaki lima yang ada di sepanjang anak tangga tembok raksasa itu. Tidak sedikit pengunjung di tempat ini merasa tertipu oleh ulah pedagang yang memaksa pengunjung membeli barang dagangannya dengan harga tinggi. Seorang pengunjung asal Banjarmasin, misalnya, terpaksa membayar cindera mata seharga 40 yuan, padahal harga barang itu hanya sekitar 10 yuan.
"Mereka (pedagang) menjebak saya setelah tawar menawar di atas tulisan kertas. Setelah barang diambil, pedagang minta barangnya dibeli dengan harga tinggi dan transaksi tidak dapat dibatalkan," keluhnya.
***
Memang pantas Tembok China disebut sebagai salah satu keajaiban dunia. Rasanya, tidak ada lagi manusia yang bisa membangun tembok sepanjang itu. Dibutuhkan waktu lebih dari 2.000 tahun untuk membangun tembok raksasa yang dibuat dengan struktur yang berbeda-beda disesuaikan dengan permukaan bumi yang berbeda pula. Ini juga sekaligus memperlihatkan kepakaran dan kecerdikan bangsa Tiongkok telah lama ada dalam teknik bangunan.
Sebagai proyek pertahanan perang, tembok ini dibuat menurut tinggi rendah lereng gunung dan melintasi padang pasir, padang rumput dan tanah payau. Tembok besar umumnya dibangun di puncak gunung, di sebelahnya adalah lereng gunung terjal yang curam. Pihak musuh akan sukar untuk melancarkan serangan terhadap prajurit yang bertahan di tembok itu.
Tembok raksasa ini dibangun dengan batu dan batu bata panjang, serta tengahnya diisi dengan tanah atau bebatuan. Tinggi tembok umumnya belasan meter dan lebar di atasnya kira-kira lima meter, cukup untuk prajurit bermuda berjalan sejajar di atasnya, mengangkut senjata dan bahan makanan. Prajurit boleh turun dan naik menelusuri tangga dan pintu yang dibuat di sebelah dalam. Banyak kubu pertahanan dibuat sepanjang tembok itu.
Tembok China yang termasyhur ini bisa dimaknai sebagai semangat dan kehebatan bangsa Tiongkok. Bagi kita di Indonesia, semangat dan kehebatan itu bisa dijadikan inspirasi untuk membangun bangsa yang besar, tetapi sekali lagi tidak mencontoh kepalsuan-kepalsuan yang ada pada barang tiruan produk negeri tirai bambu itu. Ambil yang asli-asli saja. **
Langganan:
Postingan (Atom)